Frederic Weis, NBA, dan Dua Kematian di Hadapannya

Terkenal dalam kisah le dunk de la mort

Setiap manusia pasti menghadapi kematian suatu saat nanti. Namun, apa jadinya jika seseorang mengalaminya dua kali sebelum benar-benar menghadapi yang sesungguhnya? Ini yang terjadi kepada Frederic Weis, mantan atlet bola basket profesional asal Prancis.

Frederic Weis lahir di Thionville, Prancis, pada 22 Juni 1977. Ia besar di negara asalnya hingga karier membawanya berkelana ke Yunani, Spanyol, dan Amerika Serikat.

Nasib kemudian membawanya pulang ke Prancis. Dia membuka sebuah toko kelontong dan bar di Limoges setelah pensiun.

1. Frederic Weis mengawali karier di Eropa

Frederic Weis, NBA, dan Dua Kematian di HadapannyaFrederic Weis mengawali karier di Limoges sebelum berkelana ke Eropa dan Amerika Serikat. (lalsace.fr)

Frederic Weis sempat menjadi pemain andalan Tim Nasional Prancis. Dia bahkan bermain baik di Olimpiade 2000 Sydney, sehingga Prancis mendapatkan medali perak saat itu.

Weis bermain secara profesional untuk pertama kali bersama CSP Limoges pada 1995. Dia bermain di bawah panji tim asal Limoges itu selama 5 tahun. Potensinya untuk menjadi pemain hebat memang cukup meyakinkan.

Dalam setengah dekade itu, Frederic Weis juga mampu berkembang menjadi pemain bintang di Liga Prancis. Dia sampai terpilih masuk ke tim All-Star selama 4 musim beruntun pada 1997—2000.

Meski bersinar di Prancis, Weis rupanya haus akan petualangan baru. Dia memutuskan meninggalkan kampung halamannya untuk mengepakkan sayap di Eropa. Center dengan tinggi mencapai 218 sentimeter itu berkelana sebentar ke Yunani untuk membela PAOK Thessaloniki pada 2000.

Weis benar-benar sebentar di Yunani. Dia pindah ke Spanyol pada tahun yang sama untuk bermain dengan Unicaja Malaga. Weis menjajal Liga Spanyol bersama mereka selama 4 musim, kemudian pindah ke tim Spanyol lainnya, Iurbentia Bilbao, sampai 2009. 

Sang pemain baru pulang ke Prancis setahun setelahnya. Dia kembali ke CSP Limoges, tim profesional pertamanya di kampung halaman, setelah melalui lika-liku hidupnya sendiri. Jalannya memang tidak selalu mulus ketika berkelana ke beberapa negara berbeda.

2. New York Knicks memilih Frederic Weis, fans NBA marah besar

Frederic Weis, NBA, dan Dua Kematian di HadapannyaFrederic Weis menghadiri minicamp New York Knicks di Amerikat Serikat usai terpilih via NBA Draft 1999. (nytimes.com)

NBA merupakan destinasi yang menggiurkan. Atlet bola basket di seluruh dunia bermimpi untuk bermain di sana. Mereka ingin menjajal liga bola basket terbaik sedunia.

Frederic Weis sebenarnya sudah sangat dekat untuk bisa bermain di NBA. New York Knicks memilihnya di urutan ke-15 pada NBA Draft 1999. Namun, pilihan Knicks itu rupanya menyulut amarah fans.

Fans berharap timnya memilih pemain yang lebih baik. Apalagi Ron Artest (kini
Metta Sandiford-Artest), salah satu bakat terbaik Amerika Serikat sekaligus putra daerah Queens, New York, masih tersedia untuk dipilih. Mereka menginginkan Artest ketimbang pemain Prancis yang datang entah dari mana.

Frederic Weis sendiri tidak langsung mengetahui semuanya. Dia bahkan baru tahu dirinya terpilih setelah agennya menghubunginya.

Weis lantas terbang ke Amerika Serikat dengan bersemangat. Dia tidak tahu amarah fans siap menyambutnya. Weis baru menyadari itu saat mengikuti kamp latihan New York Knicks untuk NBA Summer League.

Cemoohan seolah datang dari mana-mana. Celia, istri Weis, mengungkapkan kepada New York Times bahwa mereka tidak diterima dengan baik di sana. Frederic Weis bagai seorang anak yang tidak diharapkan. Bahkan, sang pemain juga merasa Jeff Van Gundy, kepala pelatih New York Knicks saat itu, tidak benar-benar menginginkannya.

Meski begitu, Van Gundy sendiri tidak bisa banyak mengingat hubungannya dengan Frederic Weis. Dia hanya mengingat center berkebangsaan Prancis itu sebagai pribadi yang positif.

"Sejujurnya, yang menonjol bagi saya adalah saya ingat dia sebagai pria yang sangat baik dan manis," kata Jeff Van Gundy seperti dikutip New York Times.

Dengan segala yang terjadi di New York, Weis lantas mengurungkan niatnya bermain di NBA. Dia menolak kontrak debutnya dan kembali ke tim lamanya di Prancis.

Keputusan itu kemudian menjadi penyesalannya hingga saat ini. Kebetulan Weis saat itu terpengaruh oleh agennya yang mengajaknya kembali ke Prancis. Sang agen sendiri masuk penjara atas tuduhan masalah keuangan dan konflik kepentingan.

3. Vince Carter menghantam Frederic Weis dengan tombokan kematian di Olimpiade 2000

https://www.youtube.com/embed/WihbbVEmppI

Frederic Weis menjadi anggota Tim Nasional Prancis di Olimpiade 2000 Sydney. Weis dkk bukan tim unggulan saat itu.

Prancis menembus turnamen musim panas tersebut setelah mengamankan tempat keempat di Eropa. Mereka juga baru bermain di Olimpiade lagi setelah terakhir kali tampil pada 1984.

Prancis kemudian bertemu Amerika Serikat, tim terkuat di Olimpiade, pada pertandingan terakhir fase grup pada 25 September 2000. Pertemuan itu menjadi mimpi buruk Frederic Weis. Dia menghadapi "kematian" pertamanya kala menghadapi Amerika Serikat.

Kejadiannya berlangsung cepat. Vince Carter, salah satu pemain NBA yang bermain untuk Tim Nasional Amerika Serikat, merebut bola di tengah lapangan ketika Prancis berusaha melakukan serangan balik. Dia mendribel bola ke sisi kiri lapangan dan bertemu dengan Weis tidak jauh dari ring.

Carter sekonyong-konyong melompat, memegang bola dengan satu tangan, dan menombok ring sekeras-kerasnya. Dia melewati kepala Weis yang berusaha menahannya, sementara para penonton takjub dengan tombokan keras itu.

Tombokan ikonik itu masih diingat sampai sekarang. Vince Carter terus diingat sejarah sebagai tokoh utama. Sayangnya, Frederic Weis harus diingat dengan cara berbeda. Nyawanya seolah dicabut saat berusaha menahan tombokan Carter. Media Prancis bahkan menyebut kejadian itu sebagai le dunk de la mort (tombokan kematian).

"Carter pantas mencetak sejarah," kata Weis kepada ESPN. "Sayangnya bagi saya, saya ada dalam video juga. Saya menyaksikan seseorang bisa terbang."

Prancis sendiri sebenarnya tidak tampil buruk-buruk amat. Mereka bahkan mampu menembus final. Sayangnya, Weis dkk takluk di tangan Amerika Serikat. Mereka harus puas pulang dengan medali perak.

Baca Juga: Penting! 5 Data Persentase pada Statistik Tradisional Bola Basket

4. Hampir bunuh diri dengan meminum obat tidur

Frederic Weis, NBA, dan Dua Kematian di HadapannyaFrederic Weis, mantan atlet bola basket Prancis, hadir di LNB Pro A All-Star Game 2017. (lequipe.fr)

Frederic Weis melanjutkan kariernya meski sempat berhadapan dengan "kematian". Dia tidak lagi bermain di Prancis atau Yunani. Tidak pula bersama New York Knicks di NBA. Weis memilih untuk berkelana ke Spanyol.

Sekitar tiga tahun setelah drama New York, seorang anak lahir. Weis dan Celia memberinya nama Enzo.

Weis sendiri senang memiliki anak. Dia telah menantinya sejak lama. Weis merasa dirinya terlahir untuk menjadi seorang ayah.

Meski begitu, Enzo tumbuh berbeda dari yang lain. Sang anak tampak kesulitan berkomunikasi. Dia bahkan tidak bisa fokus mengerjakan sesuatu.

Weis dan istri kemudian memeriksakannya ke dokter. Mereka mendapati fakta bahwa Enzo mengidap salah satu bentuk gangguan perkembangan. Fakta itu membuat mereka kecewa.

Frederic Weis sampai putus asa. Keputusasaan itu lantas menggiringnya ke sisi yang lebih gelap. Weis jadi sering pergi malam, mengunjungi bar, dan minum-minum sampai pagi.

Sang center kemudian berpisah dengan Celia dan Enzo. Keduanya memutuskan untuk kembali ke Prancis. Sementara itu, Weis sendirian di Spanyol untuk terus bermain bola basket.

Ketidakhadiran keluarga malah membuatnya makin terjerembap. Itu tidak hanya mengganggu hidupnya, tetapi juga kariernya di lapangan. Dia bukan lagi Frederic Weis yang banyak orang kenal.

Weis kemudian sampai ke titik terendah dalam hidupnya pada awal 2008. Dia mengendarai mobilnya dari Bilbao, Spanyol, ke Prancis. Tidak lama setelah tahun baru.

Weis tiba-tiba berhenti di sekitar Biarritz, sebuah kota perbatasan. Pemain profesional yang saat itu sudah berusia 30 tahun tersebut segera menyandarkan dirinya ke kursi mobil. Dia meminum obat tidur—pil demi pil—untuk mengakhiri segalanya.

Weis perlahan-lahan memejamkan matanya. Dia terlelap menghadapi "kematian" keduanya.

5. Membuka toko kelontong dan jadi analis pertandingan selepas pensiun

Frederic Weis, NBA, dan Dua Kematian di HadapannyaFrederic Weis membuka toko kelontong di Limoges, Prancis, setelah pensiun sebagai pemain bola basket. (nytimes.com)

Frederic Weis, seorang pria besar dengan tinggi 218 sentimeter, terbangun di Biarritz dengan linglung. Sekitar 10 jam sejak meminum habis obat tidur, dia mendapati dirinya masih hidup.

Weis duduk di tempat yang sama. Dia ada di dunia. Gagal bunuh diri. Bingung dengan apa yang telah terjadi. Namun, perasaannya lega karena tidak jadi menjemput maut.

Setelah mengumpulkan nyawanya kembali, Weis segera menelepon Celia, sang istri, yang ternyata sudah mencoba menghubunginya berkali-kali. Celia yakin Weis seharusnya sudah sampai sejak lama. Namun, sang suami tidak bisa dihubungi.

Frederic Weis menceritakan semua yang terjadi kepada istrinya. Celia pun bergegas menjemputnya di dekat perbatasan.

Bagi Weis, kegagalan itu sendiri bagai sesuatu yang positif. "Itu adalah hal paling menguntungkan dalam hidup saya," katanya kepada New York Times. Apalagi, sejak itu, Weis berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Celia mengungkapkan bawah suaminya berhenti mabuk-mabukan. Mereka bahkan dapat memulai kembali hubungan mereka. Enzo mendapatkan ayahnya lagi.

Frederic Weis  juga sempat kembali ke lapangan. Dia lanjut bermain bola basket di Spanyol sampai memutuskan pensiun di klub lamanya di Prancis pada 2011.

Usai menggantung sepatunya, Weis dan Celia membuka toko kelontong dan bar di Limoges. Dia juga bekerja sebagai analis pertandingan bola basket di televisi.

Weis melewati hari-hari barunya semenjak titik balik di perbatasan. Dia telah menutup perjalanannya di dunia profesional dengan meninggalkan semua cerita di belakangnya, termasuk soal New York Knicks dan dua "kematian" yang pernah ada di hadapannya.

Baca Juga: 5 Pemain NBA yang Main di Film Hustle, Juan Hernangomez Debut

G.N. Putra Photo Verified Writer G.N. Putra

Senang dengan olahraga dan budaya populer. Pernah menulis untuk beberapa media.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya