Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Esports Termasuk Olahraga? Ini Jawabannya

ilustrasi dua atlet esports (unsplash.com/@alexhaney)
Intinya sih...
  • Esports memiliki sistem kompetisi terstruktur dan profesional, dengan badan penyelenggara resmi dan organisasi liga
  • Latihan, strategi, dan keterampilan tinggi diperlukan dalam esports, menuntut reaksi cepat dan kekuatan mental
  • Pengakuan resmi dari berbagai lembaga olahraga memperkuat posisi esports sebagai cabang olahraga, meskipun belum masuk Olimpiade

Kenapa esports termasuk olahraga? Itulah pertanyaan yang mungkin sering terdengar ketika esports masuk sebagai cabor di kompetisi multi-event seperti Asian Games. Wajar jika pertanyaan tersebut sering terlontar. Sebab, esports memang tidak mengandalkan kekuatan fisik seperti olahraga konvensional. 

Meskipun esports termasuk olahraga, namun hingga sekarang masih belum masuk sebagai salah satu cabor di Olimpiade. Selain itu, masih ada sebagian pihak yang menganggap esports tidak bisa disejajarkan dengan olahraga konvensional. Padahal, ada beberapa alasan kuat kenapa esports termasuk olahraga. Apa saja alasannya? Mari kita bahas!

1. Esports punya kompetisi terstruktur

ilustrasi perlengkapan esports (unsplash.com/@elladon)

Esports termasuk olahraga karena memiliki sistem kompetisi yang terstruktur dan profesional. Setiap turnamen diselenggarakan dengan rugulasi jelas, jadwal pertandingan, dan format eliminasi atau liga. Tim dan pemain individu bersaing untuk meraih gelar juara, poin peringkat, atau hadiah uang seperti dalam olahraga tradisional. Adanya badan penyelenggara resmi dan organisasi liga turut memperkuat legitimasi esports sebagai sebuah disiplin kompetitif.

2. Esports memerlukan latihan dan strategi

ilustrasi dua gamer bermain esports (unsplash.com/@alexhaney)

Dalam esports, latihan dan strategi memegang peranan penting layaknya dalam olahraga fisik. Para pemain profesional bisa menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk mengasah keterampilan individu dan koordinasi tim. Mereka juga mempelajari pola permainan lawan dan merancang strategi khusus untuk setiap pertandingan. Proses ini menunjukkan bahwa keberhasilan dalam esports tidak hanya bergantung pada insting, tapi juga pada perencanaan dan disiplin tinggi.

3. Atlet esports dituntut memiliki skill tingkat tinggi

ilustrasi bermain game esports (unsplash.com/@elladon)

Esports menuntut keterampilan tinggi dan reaksi yang cepat dari para pemainnya. Koordinasi tangan dan mata harus sangat presisi, terutama dalam permainan dengan tempo cepat seperti FPS atau MOBA. Pemain dituntut mengambil keputusan dalam hitungan detik, yang menentukan kemenangan atau kekalahan tim. Kemampuan ini setara dengan atlet olahraga tradisional yang membutuhkan kecepatan reaksi dan ketepatan dalam setiap aksi. Jadi, pemain esports tidak hanya sekedar bermain game, namun harus punya skill di atas rata-rata penggemar game biasa. 

4. Aspek mental dan tekanan psikologis di setiap pertandingan

ilustrasi arena esports (unsplash.com/@emanuelekstrom)

Aspek mental dalam esports sama pentingnya dengan kemampuan teknis. Pemain harus mampu mengelola tekanan dari pertandingan, ekspektasi penggemar, dan situasi kompetitif yang intens. Fokus, ketenangan, dan ketahanan mental sangat dibutuhkan agar tidak melakukan kesalahan fatal saat bermain. Ini membuktikan bahwa esports juga menuntut kekuatan psikologis sebagaimana olahraga biasa.

5. Esports diakui oleh lembaga olahraga resmi

ilustrasi pertandingan esports (pexels.com/@a-darmel)

Pengakuan resmi dari berbagai lembaga olahraga turut memperkuat posisi esports sebagai cabang olahraga. Esports telah masuk dalam ajang-ajang bergengsi seperti Asian Games dan SEA Games sebagai kompetisi resmi. Beberapa negara juga memiliki federasi esports nasional yang diakui oleh komite olahraga, termasuk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa esports bukan sekadar hiburan digital, tetapi telah menjadi bagian dari ekosistem olahraga global.

6. Belum masuk Olimpiade, bukan berarti esports bukan olahraga

potret menara Eiffel dengan cincin Olimpiade (unsplash.com/@bozh_ntu)

Esports belum masuk Olimpiade karena masih ada perdebatan tentang definisi "olahraga" yang identik dengan aktivitas fisik. Selain itu, banyak game populer dikembangkan oleh perusahaan swasta, sehingga hak cipta dan kepentingan komersial menjadi kendala. Konten kekerasan dalam beberapa game juga bertentangan dengan nilai-nilai Olimpiade yang menjunjung sportivitas dan perdamaian. Meski begitu, diskusi dan uji coba terus dilakukan untuk menjajaki kemungkinan masuknya esports di masa depan. Jadi, esports belum masuk olimpiade, bukan berarti esports bukan olahraga sama sekali. 

Faktanya, lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia kini menjadi penonton aktif esports. Angka ini terus meningkat setiap tahun, bahkan melampaui beberapa cabang olahraga tradisional. Berkat pertumbuhan pesat ini, esports bukan lagi sekadar tren, melainkan masa depan dunia olahraga global.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us