Kisah Chatri Sityodtong, Kuliah di Harvard Sambil Ngajar Muay Thai 

Perjuangan CEO ONE Championship saat ditelantarkan ayah

CEO ONE Championship, Chatri Sityodtong, membagikan kisahnya saat kuliah di Harvard. Kala itu ia harus belajar sambil mengajar Muay Thai demi bisa bertahan hidup dan lanjut mengenyam pendidikan

Chatri kuliah di Harvard saat krisis moneter tengah melanda Asia pada akhir 90an. Sang ayah mengalami kebangkrutan dan akhirnya meninggalkan keluarga termasuk Chatri dan ibunya. Dengan uang terbatas, ia harus menjalani banyak pekerjaan untuk mengejar pendidikannya. Ia pun membagikan kisah perjuangannya di Instagram.

1. Kenang momen sulit saat kuliah di Harvard

"Saat itu saya hanya memiliki satu koper berisi barang-barangku. Makan sekali sehari, saya bertahan hidup hanya dengan US$4 (sekitar Rp60.000 dalam kurs saat ini) dalam sehari," kenang Chatri di kolom takarir.

Selain harus membiayai kuliahnya sendiri, ia juga harus menghidupi ibunya yang tinggal bersama dengannya di asrama.

"Untuk mencari uang saya mengajar Muay Thai dan melakukan banyak pekerjaan serabutan lainnya sambil melunasi pinjaman. Saya melakukan segala hal yang bisa kulakukan untuk bertahan hidup," jelas Chatri.

"Hal yang paling gila, ibu tinggal bersama saya di asrama kecil saat memasuki tahun kedua. Alasannya karena dia tak memiliki tempat untuk tinggal," lanjutnya.

2. Ditinggal sosok ayah 

Lahir di Thailand, sejatinya Chatri mengaku jika saat kecil ia tidak hidup berkekurangan. Namun, semua berubah ketika keluarganya bangkrut. Rumah keluarganya pun harus dijual, dan sang ayah bahkan sampai menelantarkan keluarga. Walau begitu, Chatri tetap berjuang demi hidup yang lebih baik.

"Kemiskinan mengoyak keluarga saya, dan ayah pergi meninggalkan kami sekeluarga. Satu hal, uang tak ada hubungannya dengan kebahagiaan," sambungnya.

Meski hubungan dengan sang ayah sempat renggang, satu hal yang ia kenang adalah pengalaman yang sang ayah berikan terkait bela diri. Saat kecil, Chatri kerap diajak menyaksikan laga Muay Thai di Lumpinee Stadium, salah satu arena bersejarah dalam olahraga Thailand. Berkat kecintaannya pada Muay Thai pula, Chatri bisa menghidupi diri dan juga orang lain.

Baca Juga: ONE Championship Rekrut 4 Petarung MMA Tak Terkalahkan

3. Semangat untuk keluar dari kemiskinan

Demi hidup yang lebih baik, Chatri pun mempertaruhkan semuanya dengan mengejar pendidikan di Universitas Harvard. Walau penuh tantangan, Chatri menyebut masa kuliahnya sebagai salah satu pengalaman terbaik salam hidupnya.

"Hari-hari saya di Harvard merupakan yang terbaik dalam hidup. Saya hanyalah anak-anak yang mengejar mimpi, dengan semangat untuk membawa keluargaku keluar dari kemiskinan serta meninggalkan jejak di dunia," ujar Chatri.

4. Mendirikan ONE Championship

Berkaca dari kesulitannya dulu, Chatri melihat kerja keras sebagai modal besar untuk sukses. Mental tak pernah menyerah juga sangat penting.

"Jika Anda melewati masa sulit dalam hidup, saran saya adalah lihat hal itu sebagai kesempatan besar. Bekerja keras dan laluilah itu. Nikmati setiap pelajarannya dan bersyukur. Jangan pernah menyerah," pungkasnya.

5. Mengubah hidup banyak seniman bela diri

Daya juang itu juga ia bawa ke ONE Championship, di mana ia telah mengubah hidup banyak atlet seni bela diri. Sebut saja legenda Muay Thai Nong-O Gaiyanghadao, Rodtang Jitmuangnon, bintang Tiongkok, Tang Kai, hingga Eko Roni Saputra dari Indonesia.

Dalam laga terakhirnya, Eko bahkan mendapat bonus senilai US$50.000 atau setara Rp760 juta dalam kurs saat ini. Para atlet mendapat perlakuan istimewa karena Chatri sendiri mengetahui betul betapa kerasnya perjuangan sebagai seniman bela diri.

Baca Juga: Jagoan MMA Sage Northcutt Meriahkan ONE Fight Night 10 di Amerika 

ONE Championship Photo Verified Writer ONE Championship

The Home Of Martial Arts

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya