Perjalanan Karier Damian Lillard Jelang NBA 2025/2026

Damian Lillard pulang ke rumah pertamanya di NBA. Ia memutuskan untuk kembali bergabung ke Portland Trail Blazers untuk NBA 2025/2026. Kontraknya diputus secara mengejutkan oleh Milwaukee Bucks pada jeda musim NBA tahun ini.
Lillard menyetujui kontrak 3 tahun sebesar 42 juta dolar Amerika atau Rp684 miliar bersama Trail Blazers. Perjuangannya berliku-liku dalam beberapa tahun terakhir. Namun, hal tersebut konsisten menjadi tantangan Lillard selama 13 tahun berkarier di NBA. Lantas, seperti apa kiprah Damian Lillard memasuki NBA 2025/2026?
1. Bersinar sebagai megabintang Portland Trail Blazers
Karier profesional Lillard dimulai pada 2012. Kala itu, Trail Blazers memilihnya di urutan keenam pada putaran pertama NBA Draft 2012. Lillard tidak membutuhkan waktu lama untuk tampil gemilang. Ia dinobatkan sebagai Rookie of the Year NBA 2013 dengan torehan 19 poin, 6,5 assist, 3,1 rebound, dan 2,3 tripoin.
Seiring berjalannya waktu, Lillard membangun reputasi sebagai bintang utama Trail Blazers. Berkat kepemimpinannya, Trail Blazers sukses mencapai playoff selama 8 musim beruntun. Lillard dan Trail Blazers sempat melaju hingga Final Wilayah Barat pada 2018/2019. Sayang, imipian mereka untuk meraih gelar juara NBA tidak terwujud dalam kurun waktu itu.
Selama 11 tahun mengenakan seragam Trail Blazers, Lillard mencatat rata-rata 25,2 poin, 6,7 assist, 4,2 rebound, dan 3,1 tripoin. Ia terpilih sebagai All-Star 7 kali, All-NBA Second Team 4 kali, dan All-NBA First Team serta All-NBA Third Team masing-masing 1 kali. Nama Lillard juga masuk ke dalam jajaran NBA 75th Anniversary Team. Lillard menjalani laga terbaiknya pada 26 Februari 2023 dengan mengumpulkan 71 poin dan 13 tripoin melawan Houston Rockets.
2. Nasib Lillard di Milwaukee Bucks berakhir tragis
Memasuki 2023/2024, Lillard akhirnya memutuskan untuk hengkang demi mengincar gelar juara NBA. Ia kemudian ditukar ke Bucks dan membentuk duet megabintang bersama Giannis Antetokounmpo. Secara performa, Lillard tampil fenomenal pada 2023/2024 dengan rata-rata 24,3 poin, 7 assist, 4,4 rebound, dan 3 tripoin. Ia berhasil menyabet gelar 3-Point Contest dan NBA All-Star Game MVP.
Lillard dan Bucks berhasil memenangi NBA Cup 2024. Tidak terkalahkan sepanjang turnamen, mereka mendominasi Oklahoma City Thunder pada babak final dengan skor akhir 97-81. Kesuksesan ini semakin menguatkan harapan Lillard untuk meraih gelar juara yang jauh lebih berarti di playoff. Namun, Lillard justru menerima nasib yang bertolak belakang.
Pada Maret 2025, Lillard didiagnosa menderita trombosis vena pada betis kanannya. Pada putaran pertama playoff 2025 melawan Indiana Pacers, ia dihantam cedera Achilles. Lillard lagi-lagi pulang dengan tangan kosong. Akhirnya, Bucks rela melepas Lillard demi merekrut Myles Turner yang lebih siap untuk berkompetisi di NBA 2025/2026.
3. Kembali ke Portland Trail Blazers demi orang-orang terdekat
Status Lillard sebagai free agent membuka kesempatan besar baginya untuk bergabung ke tim-tim kandidat juara NBA lainnya. Kendati demikian, ia memilih untuk reuni dengan Trail Blazers. Dekat dengan keluarganya merupakan alasan utama Lillard untuk pulang ke Portland.
Lillard dikabarkan ingin menjalani masa pemulihan dari cedera Achilles bersama ketiga anaknya. Selain itu, ia juga rindu berkumpul dengan ibu, saudara, dan teman-teman terdekatnya. Lillard diprediksi akan absen sepanjang 2025/2026. Sembari memulihkan diri, ia dapat menjadi mentor bagi pemain-pemain muda Trail Blazers.
Dengan kehadiran Lillard, daftar pemain guard Trail Blazers semakin menarik. Selain Lillard, ada Jrue Holiday, Scoot Henderson, dan Shaedon Sharpe. Susunan pemain ini disebut-sebut ideal bagi Trail Blazers baik untuk sekarang maupun pada masa depan.
Bagaimanapun, pergerakan ini mengindikasikan bahwa Lillard akan baik-baik saja jika tidak menduduki takhta tertinggi NBA. Berusia 35 tahun, ia mulai menjadikan keluarga sebagai prioritas. Apakah Lillard masih berpotensi menjuarai NBA bersama Trail Blazers?