7 Tim NBA yang Dibela Chris Paul hingga 2025

- Chris Paul memulai karier di NBA bersama New Orleans Hornets, kemudian pindah ke Los Angeles Clippers dan Houston Rockets.
- Ia menjadi mentor Shai Gilgeous-Alexander di Oklahoma City Thunder, membantu Phoenix Suns mencapai Final NBA, dan bergabung dengan Golden State Warriors.
- Chris Paul kembali ke Los Angeles Clippers sebelum didepak pada awal Desember 2025 setelah berlabuh di San Antonio Spurs.
Karier Chris Paul di NBA menyerupai perjalanan panjang seorang pengelana yang selalu membawa kompas kepemimpinan. Pemain yang kerap dipanggil CP3 itu tidak hanya berpindah tim, tetapi juga turut membentuk identitas permainan tiap organisasi yang disinggahinya. Perjalanan itu memperlihatkan bagaimana seorang point guard sekelasnya bisa menjadi jantung strategi, pencipta ritme, sekaligus mentor bagi generasi berikutnya.
Sayangnya, pada ujung kariernya, Chris Paul mengalami hal yang tidak diinginkan. Los Angeles Clippers mengirimnya pulang pada awal Desember 2025. Mereka memutuskan untuk tidak lagi menggunakan jasanya pada sisa musim 2025/2026, musim yang seharisnya menjadi musim terakhir CP3 dalam kariernya sebagai seorang pemain profesional.
1. Mengawali karier di NBA bersama New Orleans Hornets
Chris Paul memulai petualangannya di NBA bersama New Orleans Hornets, tim yang memberinya ruang tumbuh sebagai pemimpin muda. Dia cepat menancapkan pengaruh dengan kemampuan membaca permainan yang matang untuk seorang pendatang baru. Reputasinya sebagai motor serangan membuat Hornets kembali relevan dalam percaturan kompetisi.
Setelah fase awal itu, dia pindah ke Los Angeles Clippers dan menjadi pusat dari era yang dikenal sebagai Lob City. Paul mengubah permainan Clippers dengan presisi umpan, kontrol tempo, dan mentalitas kompetitif yang menular. Tim ini mungkin tidak meraih gelar juara, tetapi keberadaan CP3 telah mengubah Clippers dari tim pinggiran menjadi ancaman nyata.
Pindah ke Houston Rockets kemudian membuka babak baru bagi Chris Paul, terutama ketika dipasangkan dengan gaya bermain eksplosif James Harden. Rockets memintanya menjalankan sistem yang mengutamakan efisiensi tembakan dan isolasi, tetapi ia tetap mampu menyesuaikan diri. Perpaduan gaya mereka membawa Houston sangat dekat dengan Final NBA, menandai pengalaman CP3 tetap bernilai tinggi.
2. Sempat menjadi mentor Shai Gilgeous-Alexander di Oklahoma City Thunder
Setelah singgah di Houston, Chris Paul berlabuh di Oklahoma City untuk bergabung dengan Oklahoma City Thunder, sebuah tim yang saat itu tengah membangun ulang skuadnya. Keputusan menghadirkan pemain veteran sekelas CP3 terlihat seperti eksperimen, tetapi justru memajukan tim melampaui ekspektasi. Musim itu membuktikan, kepemimpinannya mampu memperbaiki struktur permainan, bahkan dalam situasi yang penuh ketidakpastian. Namun, CP3 sebentar saja di sana.
Langkah berikutnya mengantar Chris Paul ke Phoenix Suns, sebuah tempat yang sempat membuka peluang besar pada ujung kariernya. Bersama Devin Booker dan Deandre Ayton, dia membantu Suns melaju hingga ke Final NBA untuk pertama kalinya dalam hampir 3 dekade. Momen itu menjadi bukti kejernihan visioner seorang veteran dapat memicu perubahan besar dalam waktu singkat meski gagal juara karena kalah dari Milwaukee Bucks.
Setelah masa berharga di Phoenix, Chris Paul melanjutkan perjalanan ke Golden State Warriors. Di sana, dia beradaptasi dengan sistem serbacepat yang dipimpin Stephen Curry. Perannya pun lebih kecil dibanding masa puncaknya. Namun, keputusannya bergabung menunjukkan kemampuannya membaca peluang dan tetap relevan dalam sistem apa pun.
3. Kembali ke Los Angeles Clippers sebelum didepak pada awal Desember 2025
Menjelang senja kariernya, Chris Paul bergabung dengan San Antonio Spurs, sebuah organisasi yang terkenal dengan budaya keseimbangan. Di kota itu, dia menjadi mentor bagi para pemain muda sambil tetap menjaga keahliannya sebagai pengendali ritme. Periode ini menegaskan, nilainya tidak semata pada statistik, melainkan juga pada kebijaksanaan yang dibawanya dalam tiap sesi latihan dan pertandingan.
Meski terbilang sukses di San Antonio, Chris Paul mengambil langkah sentimental dengan kembali ke Los Angeles Clippers setelah bertahun-tahun berkelana. Kepulangannya terasa seperti babak rekonsiliasi antara legenda dan tim yang pernah dia angkat menuju era terbaiknya. Para penggemar menyambutnya sebagai ikon yang kembali menutup lingkaran cerita.
Pada fase ini, CP3 berusaha tampil sebagai pemain yang tidak lagi mengejar pembuktian individu. Dia menempatkan dirinya sebagai pengarah lalu lintas permainan sambil membagikan pengalaman 2 dekade di NBA. Namun, kabar miring menerpanya pada ujung kariernya, yang membuatnya didepak dari tim. Padahal, CP3 sudah mengumumkan itu sebagai musim terakhirnya di NBA.
Rupanya perjalanan terakhir bersama Clippers mesti setop secara prematur. Meski begitu, karier Chris Paul yang telah melewati berbagai tim NBA tetap menunjukkan bagaimana seorang pemain bisa berkembang bersama perubahan lingkungan. Tiap tim memberinya babak yang berbeda: dari bintang muda ambisius, maestro yang mengatur panggung, hingga mentor yang mengajar dengan ketenangan. Peta itu sekaligus menegaskan, seorang legenda tidak hanya diukur dari trofi, tetapi dari jejak pengaruh yang dia tinggalkan di banyak tempat.


















