Perjalanan Karier Sergio Perez, Jawara Meksiko di Formula 1

Jadi pembalap Meksiko tersukses saat ini

Penggemar motorsport, khususnya Formula 1 (F1), pasti tidak asing dengan sosok Sergio Perez. Pria dengan nama lengkap Sergio Michel Perez Mendoza ini merupakan pembalap berkebangsaan Meksiko. Ia berkarier di ajang jet darat bersama Red Bull Racing. Tim itu sendiri merupakan tim papan atas asal Austria yang telah bertanding selama 19 musim.

Perez akrab dipanggil Checo. EssentiallySports sempat mengungkap alasan di balik sapaan tersebut. Mereka menjelaskan, semua orang bernama Sergio otomatis memiliki panggilan Checo di Meksiko.

Checo sendiri merupakan pembalap F1 yang tidak begitu populer pada mulanya. Ini berbeda dengan tokoh sentral seperti rekan setimnya, Max Verstappen. Namun, perjuangannya di dunia balap tetap bisa dinikmati dan dijadikan motivasi.

1. Harus melewati beragam tantangan

Perjalanan Karier Sergio Perez, Jawara Meksiko di Formula 1Sergio Perez tersenyum di hadapan kamera. (instagram.com/schecoperez)

Mengutip situs resmi Red Bull, Sergio Perez lahir pada 26 Januari 1990 di Guadalajara, sebuah kota di Meksiko. Ia mulai mengasah karier balapnya pada 1996 lewat dunia karting. Saat itu Checo masih berusia 6 tahun. Checo kecil menyelesaikan musim balapan pertamanya dengan finis di posisi kedua klasemen dan merengkuh empat kemenangan.

Checo kemudian pindah ke kasta balap yang lebih tinggi, yaitu Kejuaraan Nasional Skip Barber yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Kebutuhan finansial untuk perpindahan tersebut dibeking Escuderia Telmex yang merupakan tim balap mobil asal Meksiko. Timbal baliknya, Checo berseragam Telmex ketika bertanding di ajang balap itu.

Pada umur 14 tahun, Sergio Perez mengemas barang-barangnya dan terbang ke Jerman untuk membalap di ajang Formula BMW. Menurutnya, pergi ke Eropa adalah keputusan yang sulit untuk diambil. "Itu (keputusan yang) sangat besar, untuk meninggalkan semuanya saat berusia 14 tahun," ujar Checo kepada The Athletic.

Checo hidup di Jerman dengan penuh kesederhanaan. Ia tinggal di sebuah restoran yang dimiliki manajer tim yang dibelanya. Checo banyak menghabiskan waktu untuk menyendiri. Kerinduan akan rumahnya di Meksiko adalah tantangan terbesar saat remaja.

Setelah 2 tahun, Checo kemudian pindah ke ajang A1 Grand Prix. Ia juga lanjut beralih ajang ke Formula 3. Peralihannya ke Formula 3 Inggris membuatnya harus meninggalkan Eropa dan menetap di Inggris.

Lompat 2 tahun kemudian, yaitu pada 2009, Sergio Perez akhirnya membalap di ajang GP2 yang hanya satu tingkat di bawah F1. Checo mengukir karier GP2-nya dengan cukup sukses. Pada musim keduanya, ia berhasil menang di Hockenheim, Monako, Silverstone, Spa, dan Abu Dhabi.

2. Jadi anak baru di Formula 1

Perjalanan Karier Sergio Perez, Jawara Meksiko di Formula 1Sergio Perez meluncur ke area kerikil kala sesi kualifikasi GP Kanada 2012. (commons.wikimedia.org/Nic Redhead)

Pada 2011, Sergio Perez akhirnya sukses menembus puncak olahraga motorsport, apalagi kalau bukan Formula 1. Kedatangannya di F1 membuatnya menjadi orang Meksiko pertama yang membalap di ajang ini semenjak Hector Rebaque pada 1981. Itu artinya, Meksiko mengalami kekosongan pembalap F1 selama 30 tahun lamanya.

Menurut laporan TheSportsHint, Checo direkrut tim papan tengah Sauber untuk menemani pembalap kenamaan Jepang, Kamui Kobayashi. Ia melakoni debutnya pada pekan balap Grand Prix (GP) Australia dan berhasil finis di posisi ketujuh yang termasuk zona poin. Namun, Checo dan Kamui didiskualifikasi karena Sauber melanggar aturan teknis.

Pada musim berikutnya, Sergio Perez menorehkan prestasi yang fantastis. Ia jelas masih muda di F1, tetapi sukses meraih podium di Malaysia, Kanada, dan Monza. Penampilan mengesankannya membuat Checo finis di urutan kesepuluh klasemen akhir pembalap saat itu.

Baca Juga: Max Verstappen Finis Pertama di GP Miami, Sergio Perez Runner-up

3. Karier merosot kala berseragam McLaren

Perjalanan Karier Sergio Perez, Jawara Meksiko di Formula 1Sergio Perez menyicipi mobil McLaren P1. (instagram.com/mclarenauto)

Team Principal McLaren, Martin Whitmarsh, merekrut Sergio Perez untuk musim ketiga pembalap Meksiko tersebut di F1. Checo ditarik ke tim yang berasal dari Inggris untuk menggantikan Lewis Hamilton yang pindah ke Mercedes.

Perpindahan Checo ke McLaren menjadi momentumnya untuk beraksi bersama tim kelas berat. Di McLaren, ia disandingkan dengan seniornya sekaligus pemegang juara dunia pada 2009, Jenson Button.

Sayangnya, mobil McLaren pada 2013 dianggap kurang kompetitif. Checo juga kesusahan untuk beradaptasi dengan tim barunya. Ia secara konsisten berada di belakang Button dalam sesi kualifikasi serta balapan dan tidak bisa menyamai performa apiknya selama membela Sauber.

Pada akhirnya, Sergio Perez gagal bersama McLaren. Ia tidak bisa membawa pulang sedikit pun podium. Ini tentu berbeda dengan musim sebelumnya. Checo pun hanya di McLaren selama semusim sebelum didepak dan diboyong tim papan tengah, Force India.

Syukurnya, Whitmarsh tidak memecat Checo dengan cara yang kasar. Pada akhir 2013, ia berjuang menghubungi tim-tim F1 untuk memastikan kursi yang tersedia untuk pembalapnya. Whitmarsh dan Button percaya Checo dapat menemukan tim baru.

4. Naik takhta ke Red Bull

Perjalanan Karier Sergio Perez, Jawara Meksiko di Formula 1Sergio Perez (kanan) bersama rekan setimnya, Max Verstappen (kiri) di Red Bull. (instagram.com/redbullracing)

Sergio Perez menjadi pembalap terloyal yang dimiliki Force India. Bagaimana tidak, Checo membela tim tersebut selama 6 tahun, terhitung pada 2014—2020. Selama 2018, Force India juga mengalami perubahan manajemen dan namanya berganti menjadi Racing Point, tetapi Checo setia membela tim tersebut yang sekarang bernuansa warna merah muda.

Bersama Racing Point, Checo berhasil meraih kemenangan pertamanya setelah hampir 10 tahun berlaga di F1. Kemenangan tersebut ia dapat di Sirkuit Internasional Bahrain pada 7 Desember 2020. Podium satu itu merupakan kemenangan pertama seorang pembalap Meksiko di F1 dalam 50 tahun terakhir.

Untuk 2021, Sergio Perez berlabuh ke Red Bull Racing setelah kehilangan kursi di Racing Point. Team Principal Red Bull Racing, Christian Horner, memilih Checo untuk menggantikan Alex Albon yang tidak bisa menyamai kinerja pembalap utama Red Bull Racing, Max Verstappen.

Memilih pembalap berumur 30 tahun dianggap sebagai keputusan yang tidak lumrah bagi Red Bull Racing. Apalagi, mengingat mereka lebih sering merekrut pembalap muda yang dididik langsung di program akademi mereka. Namun, oleh karena tim Banteng Merah itu kesusahan dalam menemukan pembalap nomor dua yang tepat sejak 2019, maka Horner memilih Checo.

Pemilihan tersebut didasari pada pengalaman Checo. Memperkerjakan pembalap berusia kepala tiga merupakan terobosan besar dalam tim bermesin Honda itu.

5. Baru mendominasi F1 ketika sudah kepala tiga

Perjalanan Karier Sergio Perez, Jawara Meksiko di Formula 1Sergio Perez dan Max Verstappen sedang bersiap untuk sesi Balapan Sprint GP Azerbaijan 2023. (instagram.com/redbullracing)

Pada pekan balap pertamanya bersama Red Bull Racing di GP Bahrain 2021, Sergio Perez mencetak hasil kualifikasi di posisi kelima. Namun, karena masalah teknis, ia terpaksa memulai balapan dari posisi terbuncit. Meski begitu, Checo sukses menyelesaikan balapan di posisi kelima dan meraih gelar Pembalap Terbaik.

Musim 2021 menjadi musim adaptasi Checo di Red Bull Racing. Ia banyak mencetak hasil yang manis, tetapi juga sering membuat kesalahan. Pada musim selanjutnya, Checo sudah nyaman dengan mobil Honda miliknya. Ia bahkan banyak bertarung dengan pemain utama Red Bull Racing, Max Verstappen, saat seharusnya membantu pembalap berkebangsaan Belanda itu.

Kini, pada musim yang baru, Sergio Perez makin mahir mengontrol mobilnya. Hingga balapan kelima, atlet kebanggaan Meksiko itu telah mengoleksi empat podium. Dua di antaranya adalah podium satu. Checo hanya berjarak 14 poin dari rekan setimnya sendiri yang bertengger di puncak klasemen.

Sergio Perez, yang telah menjadi pembalap tersukses Meksiko, jelas dianggap penantang gelar juara dunia 2023. Meskipun usianya sudah tidak begitu muda dan harus melawan anak emas Red Bull Racing, ayah tiga anak ini tetap berjuang sekuat tenaga. Motonya dalam membalap adalah pantang menyerah.

Baca Juga: Christian Horner Bolehkan Sergio Perez Melawan Max Verstappen

Written by IRIZU Photo Writer Written by IRIZU

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya