Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Alasan Barcelona dan Real Madrid Jadi Rival Abadi

twitter.com/Oudagh465
twitter.com/Oudagh465

El Clasico jilid kedua musim ini yang digelar dinihari tadi (7/5/2018), harus berakhir dengan skor 2-2. Dua gol Barcelona melalui Suarez dan Lionel Messi mampu dibalas Madrid melalui gol Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale.

Drama El Clasico kali ini dihiasi dengan hujan kartu. Bahkan Barcelona harus bermain dengan 10 pemain di babak kedua, setelah Sergio Roberto menerima kartu merah di penghujung babak pertama.

Tak hanya itu, Real Madrid pun memenuhi janjinya untuk tidak melakukan 'guard of honour' yang semakin memanaskan pertandingan tersebut.

Hal ini tampaknya membuat fans Barcelona semakin tak menyukai Real Madrid, yang merupakan rival abadi mereka. Tapi tahukah kamu masih banyak lagi alasan yang membuat duel dua klub raksasa Spanyol ini selalu panas. Apa saja itu? Check this out, dilansir dariĀ Sportskeeda.com, dan Bleacherreport.com.

1. Real Madrid 'mencuri' pemain-pemain bintang Barcelona

goal.com
goal.com

Rivalitas Madrid dan Barcelona memang selalu berlangsung sangat panas. Real Madrid sendiri merupakan klub paling kaya dan terpopuler di dunia. Tak heran jika mereka selalu dengan mudah mendatangkan deretan pemain bintang dunia dari klub lain.

Tak tanggung-tanggung, pemain-pemain Barcelona pun pernah menjadi target incaran Real Madrid. Bernd Schuster, Luis Milla, Luis Figo dan Javier Saviola menjadi deretan pemain Barca yang pernah dibeli Madrid. Bahkan El Real pun pernah mencoba untuk merekrut Lionel Messi berkali-kali meskipun gagal.

Akibat hal itu, fans Barcelona akan menyebut sang pemain sebagai pengkhianat jika benar pindah ke Santiago Bernabeu.

2. Drama laga El Clasico

provoke-online.com
provoke-online.com

Laga El Clasico selalu menjadi hal yang terlihat jelas jika Cules sangat tak menyukai El Real. Strategi tiki-taka Barcelona yang memainkan bola-bola pendek dan penguasaan bola sebanyak-banyaknya sering membuat El Real frustasi.

Efeknya tak jarang pemain Real Madrid bermain keras yang menyebabkan hujan kartu kuning hingga kartu merah.

Bahkan keributan antar pemain pun selalu menyelimuti laga El Classico setiap musimnya. Saat Madrid masih dilatih Jose Mourinho, persaingan kedua klub bahkan selalu melibatkan semua aspek mulai dari kedua pelatih, pemain hingga staff klub.

Pertandingan dinihari tadi pun (7/5/2018), tak lepas dari drama dimana anak asuhan Zinedine Zidane tidak memberikan 'guard of honour' bagi Barcelona yang telah menjadi juara La Liga. Padahal hal tersebut merupakan tradisi dalam sepak bola Spanyol.

3. Real Madrid mengoleksi trofi La Liga dan Liga Champions lebih banyak

default-image.png
Default Image IDN

Real Madrid merupakan klub paling sukses di dunia. Mereka merupakan pemegang 33 gelar trofi La Liga dan 12 Liga Champions. Bahkan mereka memiliki kesempatan untuk menambah trofi Liga Champions mereka musim ini, setelah mampu lolos ke final untuk menghadapi Liverpool.

Barcelona sendiri kini merupakan klub yang selalu mencoba memecahkan dominasi Real Madrid. El Barca kini sudah mengoleksi 25 gelar La Liga dan 5 trofi Liga Champions.

Dalam 10 musim terakhir di La Liga Barca mampu menungguli El Real dengan meraih 7 trofi La Liga, sedangkan Madrid hanya mampu meraihnya sebanyak dua kali. Tentunya fans Barcelona bangga akan pencapaiannya tersebut.

Namun jika kita tanyakan pada fans Madrid, tentu saja mereka akan tetap mengklai jika El Real klub paling sukses di Spanyol karena telah mengumpulkan 33 trofi.

Dengan selalu mengklaim alasan tersebut, tak heran jika Los Cules pun semakin tak menyukai rivalnya tersebut.

4. Isu sejarah dan politik kedua klub

grup14.com
grup14.com

Rivalitas Barcelona dan Real Madrid bukanlah hanya sebuah persaingan dalam sepak bola. Namun lebih jauh dari itu, rivalitas kedua klub pun menyentuh sisi sejarah dan politik.

Saat terjadi perang saudara di Spanyol pada tahun 1936-1939, Jenderal Fransisco Franco lebih memfavoritkan Real daripada Barcelona. Kenapa?

Karena pada saat itu Barcelona merupakan representasi dari Repbublikan dan Federelasime, yang merupakan lawan dari Fasis Nasionalisme yang menjadi pedoman pemerintahan negara pusat.

Efeknya pun terlihat saat Barcelona kalah 11-1 di leg kedua Copa Del Rey saat itu, padahal mereka unggul 3-0 di leg pertama. Usut punya usut ternyata Jenderal Fransisco Franco terlebih dahulu memberikan warning kepada Barcelona sebelum leg kedua tersebut. Akhirnya Barca menyerah di tangan Madrid.

Tak ayal hal ini terus menjadi gambaran laga El Clasico sebagai gambaran pemberontak melawan pemerintah pusat. Isu politik yang paling hangat saat Catalunya melakukan referendum mencoba untuk memisahkan diri dari Spanyol pun selalu menjadi sebuah gambaran panasnya laga El Clasico.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest in Sport

See More

Bekuk Selandia Baru, Timnas Futsal Indonesia ke Semifinal CFA 2025

08 Sep 2025, 23:55 WIBSport