4 Striker Era Mikel Arteta yang Moncer Usai Tinggalkan Arsenal

Mikel Arteta sudah melatih Arsenal sejak 2019. Selama itu, ada banyak pemain yang keluar-masuk. Menariknya, posisi striker justru menjadi salah satu yang paling sedikit didatangkan daripada yang memilih hengkang. Entah karena minim kesempatan bermain atau tak cocok dengan gaya bermain Arteta.
Siapa sangka, di tengah krisis striker yang melanda Arsenal pada 2024/2025, beberapa striker yang hengkang ini justru berhasil menunjukkan performa gemilang di klub lain. Siapa saja mereka? Berikut empat striker yang tampil moncer usai tinggalkan Arsenal era Mikel Arteta.
1. Didepak Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang kembali menunjukkan tajinya di Al-Qadsiah
Pierre-Emerick Aubameyang pernah menjadi andalan Arsenal dengan torehan 92 gol dan 20 assist dari 163 laga di semua ajang. Namun, hubungan striker Gabon itu dengan sang manajer, Mikel Arteta, memburuk pada paruh pertama 2021/2022. Indisipliner membuat Auba dicoret dari skuad The Gunners sampai akhirnya kontraknya diputus pada Januari 2022.
Aubameyang pun membuktikan dirinya belum habis. Terbaru, dia gabung dengan Al-Qadsiah pada musim panas 2024. Bersama klub Saudi Pro League itu, dia langsung nyetel. Bahkan, dia langsung menjadi pencetak gol terbanyak kedua untuk timnya dengan 10 gol dari 20 laga di Saudi Pro League 2024/2025.
2. Kembali ke Olympique Lyon, Alexandre Lacazette menemukan lagi ketajamannya
Arsenal era Mikel Arteta pernah punya duet maut di lini depan. Mereka adalah Alexandre Lacazette dan Pierre-Emerick Aubameyang. Khusus Lacazette, penurunan performa mengharuskannya meninggalkan klub London Utara tersebut. Dia pun meninggalkan kenangan 5 tahun pada 2017–2022 dengan mencatatkan 71 gol dan 32 assist dari 206 laga di semua ajang.
Lacazette kemudian memilih pulang kampung ke Prancis. Klub tujuannya adalah Olympique Lyon, klub yang membesarkan namanya. Bersama Lyon, dia kembali menemukan sentuhan terbaiknya. Padahal, umurnya sudah kepala tiga. Namun, dia berhasil membuktikan kualitasnya dengan bersaing dalam kandidat pencetak gol terbanyak tiap musimnya. Meski tidak masuk kandidat itu, dia tetap tampil produktif dengan setidaknya sudah mencatatkan 12 kontribusi gol pada 2024/2025.
3. Menolak jadi pelapis di Arsenal, Folarin Balogun membuktikan diri di Ligue 1
Bakat Folarin Balogun memang sudah terlihat sejak masih bermain di Hale End, akademi Arsenal. Dia bahkan diprediksi menjadi andalan di lini depan The Gunners. Namun, harapan itu sirna. Balogun memilih angkat kaki setelah menolak dijadikan striker pelapis. Padahal, kualitasnya tak bisa dipandang sebelah mata. Saat dipinjamkan Arsenal kepada Stade Reims pada 2022/2023, Balogun sukses mencetak 22 gol dalam semusim.
Performanya di Stade Reims membuat AS Monaco rela mengeluarkan dana besar. Besarannya sekitar 35 juta pound sterling (sekitar Rp730 miliar). Pada awal 2024/2025, dia berhasil mencatatkan 7 gol dalam 3 laga di Ligue 1 Prancis 2024/2025. Namun, cedera bahu membuat laju impresifnya terhenti sementara.
4. Mika Biereth menunjukkan sinarnya yang cemerlang di AS Monaco setelah terabaikan di Arsenal
Rekan setim Folarin Balogun di AS Monaco, Mika Biereth, juga tampil moncer usai meninggalkan Arsenal. Dia sukses mencatatkan sepuluh gol di Ligue 1 2024/2025. Menariknya, catatan ini dibuatnya dalam tujuh laga.
Catatan impresif itu makin menarik. Pasalnya, Mika Biereth sebelumnya nyaris tak pernah mendapatkan sorotan saat masih berseragam Arsenal. Penyebabnya, dia belum sempat merasakan tampil di tim utama Arsenal dan hanya tampil di Arsenal kelompok umur. Artinya, Mikel Arteta belum pernah benar-benar memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengisi lini depan Arsenal.
Kisah lima striker di atas jadi pengingat, kegagalan di Arsenal bukan berarti akhir dari segalanya. Dalam sepak bola, kecocokan strategi, kepercayaan sang juru taktik, dan lingkungan yang mendukung punya peran besar dalam karier seorang pemain. Mikel Arteta mungkin punya alasan kuat melepas kelima pemain ini. Namun, bukan berarti mereka tidak berkualitas. Justru keberhasilan mereka di klub baru menunjukkan bahwa terkadang perpisahan adalah jalan terbaik bagi semua pihak.