5 Klub dengan Performa Terburuk dalam Sejarah Liga Champions Eropa

- Levski Sofia (2006/2007) hanya mencetak satu gol dan kebobolan 17 gol, mengakhiri fase grup dengan nol poin dan selisih gol minus 16.
- Spartak Moscow (2002/2003) hanya bisa mencetak satu gol dari enam pertandingan, kebobolan 18 gol, dan selisih gol minus 17.
- Dinamo Zagreb (2011/2012) hanya mampu mencetak tiga gol dan kebobolan 22 gol, menempatkan mereka di posisi juru kunci fase grup.
UEFA sudah mengundi jadwal Liga Champions Eropa (UCL) musim 2025/2026. Klub-klub besar seperti Real Madrid, Bayern Muenchen, hingga Manchester City kembali siap bersaing memperebutkan trofi. Turnamen kasta tertinggi Eropa ini selalu menghadirkan drama besar dari pertandingan awal sampai partai final nanti.
Namun, tidak semua tim mampu bersinar dan malah mencatat cerita pahit selama berlaga di turnamen ini. Banyak tim-tim Eropa yang gagal bersaing dan bahkan menjadi bulan-bulanan lawan-lawannya. Sejarah mencatat setidaknya ada lima tim dengan performa paling buruk sepanjang bergulirnya Liga Champions Eropa (UCL).
Siapa saja?
5. Levski Sofia (2006/2007) tidak pernah terlihat lagi di fase grup Liga Champions
Pada 2006/2007, Levski Sofia mencatatkan sejarah dengan tampil untuk pertama kali di fase grup Liga Champions Eropa (UCL). Namun, kiprah klub asal Bulgaria ini tidak berjalan mulus. Dalam enam pertandingan, mereka hanya mampu mencetak satu gol dan kebobolan 17 gol, sehingga mengakhiri fase grup dengan nol poin dan selisih gol minus 16.
Levski Sofia berada satu grup dengan Chelsea, Barcelona, dan Werder Bremen. Perjalanan mereka di turnamen tersebut menjadi mimpi buruk, terutama saat kalah telak 0-5 dari Barcelona di Camp Nou. Apalagi, partisipasi ini menjadi satu-satunya yang mereka raih di fase grup Liga Champions Eropa (UCL) hingga 2025.
4. Spartak Moscow (2002/2003) hanya bisa mencetak satu gol dari enam pertandingan
Spartak Moskwa tampil mengecewakan pada Liga Champions Eropa (UCL) 2002/2003. Mereka tidak berhasil meraih satu pun poin, hanya mencetak satu gol, dan kebobolan 18 gol dari enam pertandingan fase grup. Selisih gol mereka mencapai minus 17, yang semakin memperburuk catatan mereka pada musim tersebut.
Kekalahan terbesar Spartak datang dari Liverpool dengan skor telak 0-5 di Anfield. Gol-gol Liverpool dicetak oleh Emile Heskey (dua gol), Bruno Cheyrou, Sami Hyypiä, dan Salif Diao. Selain kekalahan tersebut, lebih mirisnya lagi Spartak hanya mampu mencetak satu gol pada UCL musim itu yang dicetak oleh Aleksandr Danishevsky pada pekan keempat.
3. Dinamo Zagreb (2011/2012) kalah telak oleh Olympique Lyon di kandang sendiri
Dinamo Zagreb mencatatkan rekor terburuk dalam sejarah klub di Liga Champions Eropa (UCL) musim 2011/2012. Sepanjang fase grup, mereka hanya mampu mencetak tiga gol dan kebobolan 22 gol. Hasil ini menempatkan klub asal Kroasia tersebut di posisi juru kunci fase grup.
Kekalahan terbesar mereka terjadi saat menjamu Lyon dengan skor telak 1-7. Dalam pertandingan itu, striker Lyon, Bafetimbi Gomis, berhasil mencetak hat-trick tercepat dalam sejarah Liga Champions saat itu. Hasil ini menambah daftar catatan negatif Dinamo Zagreb di kancah kompetisi Benua Biru.
2. Viktoria Plzen (2022/2023) bernasib kurang beruntung karena berada di grup neraka
Viktoria Plzeň menghadapi musim terburuk mereka di Liga Champions Eropa (UCL) pada 2022/2023. Tim asal Republik Ceko ini menelan enam kekalahan beruntun di fase grup. Mereka hanya mampu mencetak lima gol dan kebobolan 24 gol dari enam pertandingan.
Hasil buruk ini didapatkan Plzeň karena berada satu grup dengan tim-tim top Eropa seperti Barcelona, Bayern München, dan Inter Milan. Kekalahan besar dengan skor 0-4, 1-5, 0-5, dan 2-4 menegaskan perbedaan level yang sangat jauh. Pertahanan mereka terlihat kewalahan menahan gempuran yang dilancarkan lawan sepanjang turnamen.
1. Rangers (2022/2023) sudah dibantai pada pertandingan pertama fase grup
Rangers memuncaki daftar performa terburuk setelah tampil mengecewakan pada fase grup UCL. Klub top Skotlandia itu benar-benar mengukir sejarah kelam pada Liga Champions 2022/2023. Mereka mengalami enam kekalahan, hanya mencetak dua gol, dan kebobolan 22 gol. Selisih gol minus 20 semakin menegaskan betapa buruknya performa mereka.
Kekalahan paling telak terjadi di kandang sendiri, Stadion Ibrox, saat Liverpool menang 1-7. Harapan Rangers untuk lolos ke babak 16 besar sendiri sudah hilang sejak pertandingan pertama fase grup. Pada pekan pertama, The Gers langsung dibantai 0-4 oleh Ajax saat bertandang ke Kota Amsterdam, Belanda.
Liga Champions Eropa (UCL) memang selalu menjadi ajang paling bergengsi di Eropa. Namun, lima tim di atas membuktikan pengalaman dan komposisi pemain sangat penting untuk bersaing di level tertinggi. Kira-kira, klub mana yang akan memiliki nasib serupa pada Liga Champions Eropa (UCL) 2025/2026 nanti?