Saat sudah berumur 30 tahun ke atas, pemain sepak bola sering dibilang senior, gaek, atau uzur dan tinggal menanti saat-saat untuk gantung sepatu. Biasanya, di usia tersebut, performa cenderung menurun, terutama karena faktor fisik yang telah mulai menua.
Namun, ada sejumlah pemain yang membuktikan bahwa umur hanyalah angka. Di pentas Serie A, walau sudah berusia senja, ternyata beberapa penyerang masih tajam di depan gawang lawan, lantas didapuk sebagai raja gol kompetisi. Siapa saja mereka?
Nordahl merupakan salah satu legenda AC Milan yang membela klub tersebut mulai tahun 1949 hingga 1956. Dalam kurun waktu itu, penyerang kelahiran 19 Oktober 1921 ini meraih banyak gelar, termasuk rekor lima kali pencetak gol terbanyak di Serie A.
Ia dinobatkan menjadi raja gol Liga Italia pada musim 1949/1950 dan 1950/1951, serta tiga kali beruntun pada 1952/1953, 1953/1954, dan 1954/1955. Nah, ketika meraih gelar capocannoniere terakhir, usia Nordahl telah menginjak 33 tahun.
Pruzzo adalah salah satu striker Italia tersubur di era 1970-an hingga 1980-an. Kala itu ia mampu menjadi top skor Serie A sebanyak tiga kali, yakni pada musim 1980/1981, 1981/1982, dan 1986/1987. Semua gelar diraihnya saat membela AS Roma.
Ketika meraih Sepatu Emas Serie A terakhir, usia penyerang ini sudah menginjak 31 tahun. Saat itu Pruzzo, yang juga sempat enam kali membela Timnas Italia, sukses menceploskan 19 gol ke gawang lawan di kancah kompetisi domestik.
Nama Hubner mungkin tidak terlalu terdengar lantaran sepanjang kariernya ia cuma membela tim medioker Serie A. Namun, penyerang kelahiran 1967 ini sempat membuat heboh lantaran mampu menyabet gelar top skor liga saat sudah berusia 35 tahun.
Momen tersebut terjadi pada musim 2001/2002 ketika ia sukses menggelontorkan 24 gol, bersanding dengan David Trezeguet (Juventus). Hubner adalah peraih Sepatu Emas Serie A tertua sebelum rekor tersebut dipecahkan oleh Luca Toni pada musim 2014/2015.
Antonio Di Natale bisa disebut sebagai legenda Udinese. Pasalnya, ia membela klub ini sangat lama, mulai 2004 hingga 2016. Selama kurun waktu tersebut, penyerang kelahiran Napoli ini mampu mengukir 191 gol di pentas Serie A dalam 385 partai.
Momen terbaik Di Natale terjadi pada musim 2009/2010 dan 2010/2011. Pasalnya, ia mampu menjadi top skor dua kali secara beruntun, masing-masing dengan 29 gol dan 28 gol. Saat meraih gelar capocannoniere ini, usia Di Natale sudah menginjak 32 tahun.
Luca Toni awalnya dikatakan sudah habis saat memutuskan pulang kampung dari Bayern Munich pada tahun 2010. Benar saja, penampilannya bersama AS Roma, Genoa, Juventus, dan Fiorentina tidak memuaskan sehingga lebih banyak menghiasi bangku cadangan.
Namun, Toni membuktikan bahwa dirinya masih garang di depan gawang. Pada musim 2014/2015, saat sudah 38 tahun, ia mampu mencetak 22 gol bersama Hellas Verona dan menjadi top skor Serie A bersama Mauro Icardi yang berusia 16 tahun lebih muda.
Penampilan Dzeko saat pertama kali bergabung dengan AS Roma tidak terlalu mengagumkan. Ia cuma mencetak 8 gol dalam 31 penampilan di Serie A selama musim 2015/2016. Namun, itu tidak mengecilkan niat klub untuk merekrutnya secara permanen dari Manchester City.
Keputusan AS Roma terbilang tepat. Perlahan, Dzeko kembali menemukan ketajamannya di mulut gawang lawan. Puncaknya, ia sukses mencetak 29 gol pada musim 2016/2017 sekaligus merebut gelar pencetak gol terbanyak. Padahal, kala itu usianya sudah 31 tahun.
Quagliarella adalah salah satu penyerang veteran Serie A yang masih merumput meski usianya telah menginjak 37 tahun. Mengawali karier bersama Torino pada 1999, ia sempat memperkuat beberapa klub besar, seperti Napoli dan Juventus.
Selain gelar bersama tim, termasuk tiga scudetto bareng Juventus, Quagliarella juga pernah menjadi pencetak gol terbanyak Serie A. Ia menghasilkan 26 gol pada musim 2018/2019 saat membela Sampdoria dalam usia yang sudah menginjak 36 tahun.
Sederet pemain di atas sudah membuktikan bahwa usia bukan penghalang meraih kesuksesan. Mungkin, nama-nama terbaru seperti Cristiano Ronaldo dan Zlatan Ibrahimovic bisa menyusul.