Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Alexander-Arnold Balik ke Anfield saat Liverpool Hilang Arah Tanpanya

potret gerbang Anfield stadium, markas Liverpool FC
potret gerbang Anfield stadium, markas Liverpool FC (pexels.com/bohlemedia)
Intinya sih...
  • Kepulangan Alexander-Arnold ke Anfield terasa penuh emosional
  • Kepergian Alexander-Arnold memberikan dampak besar terhadap struktur taktik Liverpool
  • Belum ada pemain yang bisa menandingi kemampuan umpan Alexander-Arnold di Liverpool
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Trent Alexander-Arnold kembali ke Anfield tidak hanya sebagai lawan, tetapi juga sebagai cermin dari apa yang kini hilang dari Liverpool. Kepindahannya ke Real Madrid pada musim panas 2025 mengakhiri 2 dekade hubungan erat antara sang pemain dan klub masa kecilnya. Laga Liga Champions Eropa 2025/2026 antara Liverpool melawan Madrid kini memunculkan lebih dari sekadar nostalgia. Ia menghadirkan refleksi mendalam tentang perubahan struktur, emosi, dan identitas tim.

Liverpool yang dulu dibentuk oleh keterikatan emosional dan harmoni taktik, kini harus berhadapan dengan kenyataan baru. Dalam rentang 6 bulan sejak kepergian Alexander-Arnold, performa The Reds mengalami penurunan signifikan di berbagai lini. Kembalinya sang Scouser ke Anfield menjadi pengingat akan kehilangan suatu hal yang tak sekadar diukur dari jumlah umpan silang atau assist.

1. Kepulangan Alexander-Arnold ke Anfield terasa penuh emosional

Trent Alexander-Arnold kembali ke Anfield untuk pertama kalinya sejak pindah ke Real Madrid setelah lebih dari 20 tahun membela Liverpool. Keputusannya menolak perpanjangan kontrak memicu cibiran dari para penggemar karena membuat klub tak menerima kompensasi transfer apa pun. Dalam laga terakhirnya melawan Arsenal, sebagian fans mencemoohnya, merasa dikhianati oleh seorang putra daerah yang selama ini mereka anggap simbol loyalitas Merseyside.

Di Madrid, situasinya belum sepenuhnya ideal. Dilansir Sky Sports, hingga awal November 2025, sang bek kanan baru bermain selama 156 menit di seluruh kompetisi musim ini akibat cedera hamstring dan rotasi bersama Dani Carvajal. Namun, di balik kesempatan yang terbatas itu, kembalinya Alexander-Arnold ke Anfield membawa makna emosional yang jauh lebih besar. Ia bukan hanya pemain Real Madrid, melainkan juga representasi masa lalu yang penuh kebanggaan bagi Liverpool.

Pelatih Arne Slot dan mantan rekan satu tim Alexander-Arnold menunjukkan rasa hormat menjelang laga. Ryan Gravenberch berjanji akan menyambutnya dengan hangat, sementara Slot menyebut kenangannya terhadap sang pemain selalu positif. Bahkan Alexander-Arnold, bersama perwakilan Real Madrid termasuk Pelatih Xabi Alonso, turut menaruh karangan bunga di memorial mendiang Diogo Jota di Anfield. Gestur itu menunjukkan sisi kemanusiaan di balik tensi pertandingan besar Eropa.

2. Kepergian Alexander-Arnold memberikan dampak besar terhadap struktur taktik Liverpool

Sejak Trent Alexander-Arnold meninggalkan Liverpool, tim kehilangan sosok yang mampu menjembatani lini belakang dan depan dengan akurasi luar biasa. Posisi bek kanan kini bergantian diisi oleh Conor Bradley, Jeremie Frimpong, hingga Dominik Szoboszlai, tetapi tak satu pun mampu meniru umpan vertikal yang menjadi ciri khas sang pendahulu. Sistem baru Arne Slot kini kehilangan mekanisme progresi bola dari sisi kanan, yang selama ini menjadi poros utama serangan.

Ketika Alexander-Arnold masih bermain, Liverpool memiliki jalur umpan yang stabil menuju Mohamed Salah. Opta Analyst mencatat pada 2024/2025, ia menciptakan 147 umpan pemecah garis kepada Mohamed Salah, 36 persen lebih banyak dibandingkan duet terbaik lainnya di English Premier League (EPL). Setelah ia pergi, koneksi itu menghilang. Hasilnya terlihat jelas dengan aliran serangan menjadi lebih lambat, pressing kehilangan koordinasi, dan Virgil van Dijk kerap berada dalam posisi riskan karena tidak memiliki opsi umpan yang aman saat fase transisi menyerang.

Selain itu, terdapat perbedaan fundamental antara Jeremie Frimpong dan Alexander-Arnold. Frimpong merupakan bek sayap yang gemar menggiring bola dan melakukan penetrasi luar, sedangkan Alexander-Arnold berperan sebagai distributor yang menyeimbangkan ruang di dalam. Ketika Salah memilih untuk memotong ke dalam, Frimpong justru berlari di jalur yang sama yang menciptakan ketidakefisienan struktural.

Data Transfermarkt memperkuat pandangan tersebut. Kontribusi gol dan assist dari lini belakang Liverpool kini hanya 7 persen dari total tim, turun signifikan dari 13 persen pada musim sebelumnya. Angka itu menegaskan hilangnya elemen kreatif yang dulu menjadikan Liverpool berbahaya dari segala lini.

Kekosongan taktik ini juga menyoroti hilangnya fungsi dalam struktur permainan. Alexander-Arnold bukan sekadar bek kanan, ia adalah pengatur tempo kedua yang mempercepat sirkulasi bola dari belakang ke depan. Arne Slot mencoba menutup celah itu dengan sistem build-up 3-1 yang melibatkan Ryan Gravenberch dan Alexis Mac Allister, tetapi tanpa sosok yang mampu mengirim umpan diagonal dengan presisi, struktur permainan Liverpool kehilangan dinamika vertikalnya. Kembalinya sang bek ke Anfield kini mengingatkan akan sistem yang belum menemukan keseimbangannya kembali.

3. Belum ada pemain yang bisa menandingi kemampuan umpan Alexander-Arnold di Liverpool

Kepergian Trent Alexander-Arnold membuat mereka kehilangan prinsip permainan yang membentuk DNA Liverpool. Hubungan simbiosis antara dirinya dan Mohamed Salah selama bertahun-tahun menciptakan duet mematikan di sisi kanan lawan. Kini, tanpa partner yang memahami ritme dan sudut serangan yang sama, Salah tampak terisolasi.

Arne Slot berupaya mengalihkan kreativitas melalui rekrutan baru seperti Florian Wirtz dan Hugo Ekitike untuk memperkuat serangan dari tengah. Namun, pendekatan itu belum mampu mengembalikan keseimbangan kanan–kiri yang dulu menjadi kekuatan utama tim. The Athletic menjelaskan, sistem Slot yang menggunakan pola build-up 3-1 bergantung kepada inverted right-back yang membentuk empat pemain di lini tengah saat fase penguasaan bola. Tanpa Alexander-Arnold, struktur itu kehilangan satu simpul penting dalam distribusi bola, sehingga progresi serangan lebih mudah ditekan lawan yang menerapkan blok rendah.

Sistem pertahanan blok rendah terbukti menjadi salah satu cara paling ampuh untuk meredam Liverpool yang bergantung kepada dominasi penguasaan bola. Beberapa tim, seperti Crystal Palace, Chelsea, Manchester United, dan Brentford sukses mengeksploitasi celah ini dengan menunggu di area sendiri dan memanfaatkan ruang yang muncul setelah Liverpool kehilangan bola. The Reds sering kesulitan menembus pertahanan rapat lawan karena hilangnya pengumpan andal yang mampu memecah blok pertahanan seperti Alexander-Arnold.

Kembalinya Trent Alexander-Arnold ke Anfield adalah momen yang mencerminkan kehilangan lebih besar dari sekadar seorang pemain. Ia memperlihatkan betapa rapuhnya sistem yang dulu bergantung kepada harmoni, kini mencari arah di tengah perubahan yang belum menemukan keseimbangan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Sport

See More

Jadwal Liga Voli Jepang 2025/26 SV League, Ada Farhan Halim

13 Nov 2025, 11:01 WIBSport