Analisis: Ketika 'Plan D' ala PSG Berjalan Sangat Efektif

Jakarta, IDN Times - Pelatih Paris Saint-Germain (PSG), Thomas Tuchel, terang-terangan menunjukkan bahwa timnya dalam bahaya jelang lawatan ke Old Trafford pada Rabu (13/2) dini hari. Pelatih asal Jerman itu juga tak segan mengakui bahwa ia tak hanya butuh Plan B, tapi butuh Plan D.
"Ini sangat membingungkan, karena kami kehilangan Neymar dan Edi (Cavani). Kini, kami tak hanya butuh Plan B tapi juga Plan D," ujar Tuchel dikutip dari RMC pascalaga melawan Bordeaux, akhir pekan llau.
Nyatanya, Plan D yang dimaksud Tuchel justru sukses memberi kejutan bagi Manchester United. Tanpa tiga pemain utama dan memaksakan Marco Veratti yang baru saja pulih dari cedera, Les Parisiens justru bermain gemilang untuk kalahkan tuan rumah dua gol tanpa balas.
Bagaimana Plan D ala Tuchel berjalan? Berikut IDN Times Sport coba menganalisisnya.
1. Mengoptimalkan Marquinhos sebagai gelandang

Posisi natural Marquinhos adalah bek tengah. Walau begitu, eks pemain AS Roma ini difungsikan sebagai gelandang karena badai cedera yang melanda skuat PSG, juga karena dibekukannya Adrien Rabiot dari tim karena polemik kontrak baru. Normalnya, Angel Di Maria dan Julian Draxler difungsikan sebagai gelandang tengah ketika Neymar dan Cavani dalam kondisi bugar.
Namun, Marquinhos, yang notabene adalah bek tengah, mampu tampil sangat baik di laga lawan United. Tak hanya brilian saat mendapat tugas man marking Paul Pogba, pemain asal Brasil ini juga kreatif saat mengirimkan umpan progresif ke depan. Bermain di skema dua gelandang tengah bersanding dengan Veratti, kedua pemain ini tak hanya sukses mematikan Paul Pogba, yang kemudian diusir karena terkena dua kartu kuning, tapi juga jadi platform penting saat PSG membangun serangan.
Ambil contoh forward pass Marquinhos di statistik ini. Satu dari 21 forward passes sukses yang dilepaskannya berujung kepada gol kedua PSG yang dicetak Mbappe. Dalam situasi serangan balik, umpan dilepaskan menuju arah lari Di Maria di sisi sayap kiri sebelum akhirnya berakhir lewat umpan silang datar yang dikonversi Kylian Mbappe menjadi gol kedua.
2. Sosok metronom andal dalam diri Marco Veratti

Di laga ini, Veratti membuktikan bahwa ia adalah salah satu pemain nomor 6 terbaik dunia saat ini selepas menepinya Xavi Hernandez ke Liga Qatar. Krusialnya peran Veratti bisa dilihat tentang bagaimana Tuchel memanfaatkan kemampuan pemainnya asal Italia ini. Dari 75 umpan yang dilepaskan, 70 di antaranya menemukan sasaran dengan tingkat akurasi sebesar 94 persen.
Veratti bermain bukan hanya sebagai gelandang pengatur tempo, tapi juga mampu memberi physical presence walau badannya terhitung mungil dan harus bertempur melawan Pogba dan Nemanja Matic yang bertubuh tinggi. Catatan 3 tekelnya di laga ini juga krusial karena membantu Marquinhos memenangkan duel lini tengah.
Sebagai metronom, dari 75 menit bermain, Veratti menunjukkan kemampuan mengirim umpan ke berbagai jengkal lapangan baik ke depan, belakang, mau pun ke samping. Walau belum ke level kebugaran 100 persen, eks pemain Pescara ini membuktikan bahwa ia adalah salah satu gelandang tengah terbaik dunia saat ini.
3. Mengeksploitasi sayap

Membicarakan sisi sayap PSG, tak lengkap rasanya tanpa memuji kontribusi Angel Di Maria. Kembali ke Old Trafford sebagai lawan, eks pemain Benfica ini menunjukkan bahwa dirinya masih merupakan winger nomor satu di dunia. Sisi sayap juga sisi yang dioptimalkan oleh Tuchel di laga.
Turun dengan formasi 3-4-3, Tuchel membuat distribusi di sisi sayap menjadi fokus utama untuk membongkar pertahanan United. Juan Bernat dan Di Maria di kiri, serta Dani Alves dan Julian Draxler di kanan, cukup ampuh untuk memporak-porandakan lini belakang United yang di laga ini tak tampil seperti 11 laga sebelumnya di mana mereka tampil sangat solid.
Berulang kali, sisi sayap menjadi akses utama PSG untuk membuat peluang di mana salah satunya berbuah gol Mbappe dalam skema serangan balik cepat yang mengakhiri perlawanan United.
4. Kylian Mbappe pelengkap kepingan Plan D

Usianya baru 20 tahun, betul. Tapi dia adalah juara dunia dan juga mencetak gol di partai final Piala Dunia 2018 lalu. Itulah sebab utama kenapa eks pemain AS Monaco ini bukan nama yang patut dikesampingkan walau ia main tanpa dua tandemnya di lini depan. Bermain sebagai penyerang tengah, Mbappe tak hanya statis, tapi juga rajin membuka ruang ke koridor sayap bahkan memanfaatkan kecepatan larinya untuk mendobrak pertahanan United.
Ambil contoh di gol yang dicetaknya. Ketika Di Maria membawa bola di sayap kiri, Mbappe sebenarnya ketinggalan beberapa langkah di belakang Eric Bailly dan Victor Lindelof. Namun dengan sprint jarak pendeknya, Mbappe mampu melewati kedua bek ini dan menyongsong umpan Di Maria untuk dikonversi menjadi gol.
Bila pada leg kedua nanti Cavani sudah pulih, besar kemungkinan laga di Parc des Princes pada 7 Maret 2019 nanti akan jadi neraka yang tidak menyenangkan bagi Ole Gunnar Solskjaer dan anak asuhnya, mengingat Paul Pogba dipastikan absen karena kartu merah.