Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Analisis Liverpool vs Man United Jilid I di Premier League 2025/2026

ilustrasi Premier League
ilustrasi Premier League (IDN Times/Mardya Shakti)
Intinya sih...
  • Liverpool kalah 1-2 dari Manchester United di Anfield, menandai kekalahan keempat beruntun dan peringatan serius bagi Pelatih Arne Slot.
  • MU mampu bermain lebih efektif dengan formasi 3-5-2 yang menghasilkan transisi cepat, sementara Liverpool buntu sepanjang laga.
  • Kontribusi minim Mohamed Salah dan masalah koordinasi pertahanan menjadi fokus utama dalam kekalahan Liverpool, sementara MU berhasil menunjukkan karakter solid dan taktik efisien.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Liverpool yang selama hampir 1 dekade tak pernah kalah dari Manchester United di Anfield harus merasakan pil pahit. Kekalahan 1-2 pada pekan kedelapan English Premier League (EPL) 2025/2026 itu menandai empat kekalahan beruntun di semua kompetisi, rentetan terburuk sejak era Pelatih Brendan Rodgers pada 2014. Selain kehilangan tiga poin di kandang, kekalahan ini jadi peringatan serius bagi Pelatih Arne Slot yang mulai kehilangan kendali.

Simbol kejatuhan itu tergambar jelas pada sosok Mohamed Salah yang kembali gagal mencetak gol nonpenalti dalam tujuh laga beruntun. The Egyptian King terlihat kehilangan sentuhan dan kepercayaan diri, bahkan digantikan Jeremie Frimpong pada menit-menit akhir saat timnya sedang berjuang mengejar gol penyama. Sementara Slot berusaha menahan tekanan yang meningkat sebagai juara bertahan, Ruben Amorim justru menikmati kemenangan bersejarah. Pelatih asal Portugal itu tidak hanya mengakhiri penantian 9 tahun lebih The Red Devils untuk menang di Anfield, tetapi juga menjadi kemenangan back-to-back pertamanya di EPL.

1. Liverpool buntu sepanjang laga, sementara Manchester United mampu bermain lebih efektif

Laga antara Liverpool dan Manchester dimulai dengan gol cepat. Baru 2 menit berjalan, Bryan Mbeumo membawa MU unggul ketika Alexis Mac Allister terkapar akibat benturan kepala dengan Virgil van Dijk dan Wasit Michael Oliver tidak menghentikan permainan. Keputusan itu membuat Liverpool kehilangan fokus sejak awal. The Red Devils memanfaatkan momentum tersebut untuk mengontrol ritme permainan. Arne Slot, yang berharap timnya bisa menguasai bola seperti musim sebelumnya justru mendapati lini tengahnya kehilangan keseimbangan dan arah.

Secara struktur, Liverpool tampil tidak sinkron antara progresi serangan dan stabilitas bertahan. Slot bahkan nekat memindahkan Dominik Szoboszlai ke posisi bek kanan untuk memperkuat sisi kanan, tetapi perubahan itu justru membuat tim rentan terhadap transisi cepat dan bola mati. Kecepatan umpan dari lini belakang ke depan menurun drastis dan kombinasi Alexander Isak-Cody Gakpo-Mohamed Salah gagal memberi penetrasi berarti. Dengan build-up yang lambat, tekanan publik Anfield pun mulai terdengar yang sebagai tanda frustrasi terhadap permainan yang monoton dan tidak efektif.

Sementara itu, Ruben Amorim mampu membaca situasi dengan cermat. Ia menerapkan formasi 3-5-2 yang berubah menjadi 5-4-1 saat bertahan, dengan Matheus Cunha berperan sebagai false nine untuk menarik garis pertahanan Liverpool. Amad Diallo dan Mbeumo memanfaatkan ruang di antara bek tengah dan full-back, yang menghasilkan transisi vertikal cepat yang membuat Van Dijk dan Ibrahima Konate kewalahan. MU memang tidak mendominasi penguasaan bola, tetapi mereka jauh lebih efisien dalam mengonversi peluang, yang mencerminkan evolusi Amorim yang lebih pragmatis dibanding filosofi penguasaan bola murni di Sporting CP.

Secara statistik, pendekatan Amorim terbukti tepat sasaran. Berdasarkan data Opta Analyst, MU merupakan tim dengan expected goals (xG) tertinggi di Premier League hingga pekan ketujuh (14,1), tetapi masih underperform sebesar 5,06 xG akibat penyelesaian akhir yang buruk. Di Anfield, anomali itu akhirnya berakhir dengan dua peluang besar dari Mbeumo dan Harry Maguire yang berbuah gol. Amorim berhasil menyeimbangkan intensitas pressing dengan efektivitas serangan. Hasilnya adalah efisiensi yang tak dimiliki Liverpool sepanjang laga.

2. Kontribusi minim Mohamed Salah dan miskoordinasi pertahanan jadi masalah utama Liverpool

Di tengah permainan yang berantakan, Cody Gakpo menjadi satu-satunya pemain Liverpool yang tampak menunjukkan determinasi. Tembakannya sempat tiga kali membentur tiang sebelum akhirnya mencetak gol penyeimbang pada menit ke-78, yang sempat menghidupkan asa di tengah stagnasi kolektif. Namun, momen kebangkitan itu tidak berlangsung lama. Hanya 6 menit berselang, Harry Maguire menanduk bola hasil umpan silang Bruno Fernandes untuk memastikan kemenangan Manchester United, sekaligus menjadi mimpi buruk The Reds.

Mohamed Salah, yang selama ini menjadi tumpuan dalam laga besar, justru tidak kelihatan selama laga. Ia gagal menuntaskan peluang emas dari jarak dekat sebelum ditarik keluar oleh Arne Slot, keputusan yang cukup mengagetkan bagi publik Anfield. Pergantian itu bukan hanya keputusan taktis, melainkan juga refleksi dari penurunan pengaruh Salah dalam sistem ofensif Slot. Di sisi lain, Jeremie Frimpong yang menggantikannya malah lebih efektif dalam menciptakan dua peluang berbahaya hanya dalam 10 menit terakhir, yang menambah tekanan terhadap statusnya sebagai pemain senior.

Masalah lain muncul dari organisasi pertahanan Liverpool. Gol Harry Maguire menjadi bukti nyata lemahnya konsentrasi pada bola mati, situasi yang sebelumnya sudah dikritik berbagai pihak karena lini belakang Liverpool kekurangan fisikalitas dan disiplin area. Bek tengah seperti Ibrahima Konate tampak kehilangan timing duel udara, sementara Giorgi Mamardashvili, yang menggantikan Alisson Becker, terlihat ragu dalam pengambilan keputusan pada dua momen penting. Dirinya tak mampu membaca arah tembakan Bryan Mbeumo saat gol pertama dan hampir membuat blunder dari umpan silang Matheus Cunha.

Secara psikologis, perbedaan karakter kedua tim juga terlihat jelas. MU bermain dengan kepercayaan diri tinggi usai meraih kemenangan melawan Sunderland, sedangkan Liverpool menunjukkan tanda-tanda kepanikan setiap kali tertinggal. Amorim menegaskan, kunci kemenangan mereka yakni disiplin dalam menerapkan pertahanan blok rendah dan transisi cepat, sedangkan Slot mengakui timnya kehilangan efektivitas meski menciptakan banyak peluang. Ketajaman MU berbanding lurus dengan ketenangan mereka, sementara Liverpool terus terjebak dalam siklus peluang tanpa penyelesaian.

3. Laga besar Liverpool vs Manchester United jadi cerminan arah klub dalam menghadapi laga-laga ke depan

Kemenangan di Anfield menjadi bukti nyata Ruben Amorim yang mulai menanamkan identitas permainan Manchester United. Ia membentuk tim yang efisien, taktis, dan berani beradaptasi dengan kondisi pertandingan. Senne Lammens mampu memberikan jaminan keamanan di bawah mistar. Trio Harry Maguire-Matthijs De Ligt-Luke Shaw yang tampil cukup solid kini membuahkan hasil bagi fondasi pertahanan yang sebelumnya rapuh.

Sebaliknya, Arne Slot menghadapi krisis paling serius sejak kedatangannya ke Merseyside. Ia mengaku tidak kehilangan kepercayaan diri, tetapi hasil di lapangan menunjukkan penurunan koordinasi, efektivitas, dan mentalitas. Transfer besar seperti Florian Wirtz dan Alexander Isak belum memberikan dampak berarti. Empat kekalahan beruntun bukan sekadar statistik, melainkan tanda permainan Slot sedang goyah di tengah tekanan ekspektasi sebagai juara bertahan.

Secara emosional, laga ini menjadi cermin dua arah. Amorim memetik validasi atas proyek jangka panjangnya, sedangkan Slot berusaha keluar dari pusaran hasil buruk yang bisa menelan musim keduanya di Liverpool. Dalam narasi besar Premier League, laga lebih dari sekadar hasil. Ia menjadi babak baru dari perjalanan dua klub raksasa yang kini bergerak ke arah berlawanan.

Kekalahan Liverpool di Anfield menjadi refleksi dua kutub yang berlawanan. Ruben Amorim menjejakkan potensi kebangkitan Manchester United lewat taktik efisien dan karakter solid. Di sisi lain, Arne Slot harus mencari cara untuk memulihkan tim yang kini tampak rapuh baik secara struktur maupun mental.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

Kemenpora Irit Bicara Soal Pelatih Timnas Indonesia: Selasa Baru Rapat

20 Okt 2025, 20:27 WIBSport