Apakah Performa Timnas Portugal Lebih Apik Tanpa Ronaldo?

Tim Nasional Portugal berhasil menggilas Armenia dengan skor telak 9-1 dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Minggu (16/11/2025) WIB. Tim Selecao das Quinas sekaligus memastikan diri lolos ke Piala Dunia 2026 sebagai pemuncak klasemen Grup F zona Eropa dengan koleksi 13 poin. Menariknya, kemenangan tersebut diraih tanpa kehadiran sang kapten, Cristiano Ronaldo, yang terkena akumulasi kartu merah saat menghadapi Irlandia.
Situasi tersebut kembali memunculkan perdebatan lama mengenai apakah performa Portugal justru meningkat ketika Ronaldo tidak berada di lapangan. Perdebatan ini tidak muncul tanpa dasar, karena berbagai pertandingan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan pola performa yang berbeda ketika sang megabintang absen. Oleh sebab itu, evaluasi komprehensif terhadap data, dinamika permainan, serta konteks taktis menjadi penting untuk memahami pengaruh kehadiran atau absennya Ronaldo bagi Portugal.
1. Rasio kemenangan Portugal tetap tinggi saat Ronaldo tampil, tetapi rata-rata gol lebih rendah
Dua kemenangan terbesar Portugal sepanjang sejarah, 9-0 atas Luxembourg pada 2023 dan 9-1 atas Armenia pada 2025, sama-sama terjadi ketika Cristiano Ronaldo tidak bermain. Fakta ini bukan sekadar catatan statistik, melainkan indikator alur serangan Portugal dapat berkembang secara berbeda ketika tidak berpusat kepada satu figur. Tim menunjukkan pola permainan yang lebih menyebar, dengan kontribusi gol yang lebih variatif dan ritme progresi yang lebih cepat.
Perbandingan data dari OneFootball dan PlanetFootball memberikan gambaran yang lebih konkret. Dalam 30 laga yang melibatkan Ronaldo sejak Piala Dunia 2022, Portugal mencatat rata-rata 2,2 gol per laga dengan rasio kemenangan 70 persen. Namun, dalam enam laga tanpa Ronaldo, rata-rata gol Portugal justru melonjak menjadi 4,8 per laga meskipun rasio kemenangan sedikit menurun menjadi 66,6 persen. Sampel yang kecil memang membuat angka tersebut harus dibaca dengan hati-hati, tetapi tren lonjakan produktivitas tetap tak bisa diabaikan.
Lima pertandingan terakhir Portugal tanpa Ronaldo mempertegas variasi performa tersebut. Portugal mencatat kemenangan 5-2 atas Swedia pada Maret 2024 dan menang 4-2 atas Finlandia pada Juni 2024 dengan pola serangan yang mengalir. Namun, mereka takluk 1-2 dari Kroasia pada Juni 2024 dan ditahan imbang 1-1 oleh Kroasia pada November 2024 dalam laga yang diwarnai absennya beberapa pemain inti. Kemenangan 9-1 atas Armenia pada 2025 kembali menunjukkan bagaimana pemain seperti Bruno Fernandes, Joao Neves, Goncalo Ramos, dan Francisco Conceicao mampu memikul beban ofensif secara kolektif.
Secara taktis, absennya Ronaldo kerap membuat Portugal terlihat tampil lebih mengalir. Tanpa sosok target man yang menjadi titik acuan utama, lini depan bergerak lebih bebas dan tidak lagi terpaku pada pola aliran bola ke satu titik. Opsi progresi menjadi lebih fleksibel, kombinasi antarlini lebih hidup, dan kreativitas meningkat seiring berkurangnya kekakuan taktik. Pola ini terutama terlihat pada laga-laga uji coba dan partai kualifikasi ketika beban pertandingan lebih ringan sehingga pemain lain tampil lebih ekspresif.
2. Ronaldo masih tajam di depan gawang meski menimbulkan dilema taktis bagi Portugal
Tak bisa ditampik jika kontribusi Cristiano Ronaldo kepada Portugal sangat besar dan berperan penting dalam banyak keberhasilan tim nasional. Dengan torehan 143 gol dalam 226 penampilan, ia memegang rekor gol internasional terbanyak dalam sejarah sepak bola pria. Sejak Piala Dunia 2022, ia juga kembali produktif dengan mencetak 25 gol dalam 30 pertandingan. Kontribusi tersebut menunjukkan, Ronaldo masih merupakan salah satu finisher paling efisien di dunia, terutama di dalam kotak penalti dan duel 1 lawan 1.
Namun, analisis The Athletic mengungkap sisi lain dari kehadiran Ronaldo dalam struktur permainan Portugal. Tim sering kali secara tidak sadar memaksakan aliran bola kepadanya, sehingga menciptakan pola reference player yang membatasi kreativitas pemain lain. Pola ini membuat Portugal menjadi lebih mudah ditebak dan mengurangi dinamika improvisasi yang seharusnya muncul dari pemain-pemain seperti Bernardo Silva, Bruno Fernandes, hingga Vitinha.
Penampilan Ronaldo pada beberapa laga penting juga memperkuat kritik tersebut. Dalam laga melawan Denmark pada Maret 2025, Ronaldo tampil buruk dan hanya mencatat dua tembakan tidak akurat. Ia bahkan gagal mengeksekusi penalti, sekaligus menunjukkan performa yang kurang eksplosif dalam turnamen besar. Faktor eksternal pun turut memengaruhi, seperti distraksi media, insiden gestur terhadap fans, hingga sikap di lapangan yang seolah memastikan semua orang paham siapa pemeran utamanya.
Selain itu, keberadaan Ronaldo sering membuat Pelatih Roberto Martinez enggan mengambil keputusan taktis yang lebih progresif. Di Euro 2024, ia tetap bermain penuh dalam beberapa laga meskipun kontribusinya menurun. Kritik publik tidak hanya tertuju pada kehadirannya, tetapi juga pada durasi bermain yang dianggap berlebihan bagi pemain berusia hampir 41 tahun itu. Situasi ini menempatkan pelatih dalam dilema antara menjaga harmoni ruang ganti dan memenuhi kebutuhan taktis tim.
3. Ronaldo masih layak di timnas, tetapi lebih cocok sebagai opsi rotasi dan penyokong mental tim
Menuju Piala Dunia 2026, pertanyaan mengenai peran ideal Cristiano Ronaldo kembali mencuat. Portugal tidak sepenuhnya lebih baik tanpa Ronaldo, tetapi berbagai sumber menunjukkan tim bisa lebih efisien jika ia dimainkan secara selektif. Pendekatan ini sejalan dengan keberadaan skuad yang makin komplet dan mendalam dalam 2 dekade terakhir, terutama di lini serang.
Roberto Martinez tetap menjadikan Ronaldo bagian inti skuad, tetapi kritik publik lebih banyak menyasar durasi menit bermain ketimbang partisipasinya. Portugal kini memiliki lini serang yang penuh variasi yang membutuhkan ruang untuk berkembang. Dalam beberapa kesempatan, seperti saat Portugal menang 5-2 melawan Swedia pada 2024, performa tim terasa lebih dinamis ketika Ronaldo tidak tampil, sehingga para pemain depan dapat mengekspresikan kreativitas mereka dengan lebih leluasa.
Solusi yang lebih seimbang dapat ditempuh dengan menempatkan Ronaldo sebagai pemain rotasi atau impact sub. Dengan peran tersebut, Portugal dapat memaksimalkan kemampuan finishing dan pengaruh psikologis yang dimilikinya tanpa mengorbankan fleksibilitas tim. Skema ini memungkinkan Portugal menjaga variasi taktik sekaligus mempertahankan ancaman gol dari salah satu pemain terbaik dalam sejarah sepak bola.
Jika ditarik benang merahnya, Portugal cenderung lebih stabil dalam penyelesaian peluang ketika Ronaldo turun laga. Namun, pola permainan mereka sering terlihat lebih kaku dan kurang kreatif. Di sisi lain, ketika Ronaldo absen, permainan Portugal menjadi lebih cepat dan bervariasi, meski konsistensinya belum sepenuhnya terjaga dalam laga-laga besar.
Portugal mungkin siap menatap 2026 dengan Ronaldo tetap di dalam skuad, tetapi apakah mereka sanggup tidak lagi menjadikannya sebagai poros utama tim? Perpaduan talenta muda dengan pengalaman Ronaldo tetap memberikan potensi besar, dan tantangan utama Portugal hanyalah menemukan titik keseimbangan agar performa mereka mencapai level tertinggi.



















