3 Alasan Bayer Leverkusen Kalah di Final Europa League 2024

Kesalahan pemain dan manajer

Bayer Leverkusen menelan kekalahan pertamanya pada 2023/2024. Die Werkself sebelumnya mencatat rekor tidak terkalahkan dalam 34 pertandingan Bundesliga Jerman 2023/2024. Mereka juga tidak terkalahkan di UEFA Europa League dari babak grup sampai leg kedua semifinal. Leverkusen bahkan berhasil melaju ke babak final DFB Pokal.

Namun, Atalanta menjadi klub pertama yang mengalahkan Die Werkself dengan kemenangan 3-0 pada babak final Europa League 2024. Hasil ini cukup mengejutkan mengingat permainan Bayer Leverkusen yang begitu menyerang dan solid dalam bertahan.

Lantas, apa yang membuat Leverkusen mengalami kekalahan atas Atalanta? Setidaknya, ada tiga alasan Bayer Leverkusen kalah di final Europa League 2024.

1. Tidak memasang striker sejak menit pertama

3 Alasan Bayer Leverkusen Kalah di Final Europa League 2024Victor Boniface dijaga ketat oleh dua bek Atalanta pada babak kedua. (uefa.com)

Manajer Bayer Leverkusen, Xabi Alonso, memasang starting line-up dengan tanpa striker. Ia memutuskan memainkan Amine Adli di lini depan bersama dengan pemain yang sebenarnya berposisi sebagai bek kiri, Alejandro Grimaldo. Langkah ini terbukti tidak berjalan dengan baik pada babak pertama.

Dilansir Fotmob, secara statistik, Leverkusen memang menguasai bola 66 persen dan mencatat 86 persen akurasi operan. Akan tetapi, ketidakhadiran striker membuat Leverkusen sulit mengkonversi umpan matang menjadi peluang mencetak gol. Sebab, mereka hanya menciptakan 4 tembakan dan 2 di antaranya mengarah ke gawang. Itu pun tidak begitu membahayakan kiper Atalanta, Juan Musso. Sementara itu, Atalanta yang hanya menguasai 34 persen bola, mampu melepaskan 6 tembakan, 4 mengarah ke gawang, dan 2 menghasilkan gol.

Padahal, Leverkusen memiliki dua striker yang tengah dalam performa terbaik, Victor Boniface dan Patrick Shick. Keduanya merupakan tipe striker murni yang punya kemampuan penyelesaian umpan apik. Boniface mencetak 5 gol dalam 8 laga, sementara Shick menorehkan 5 gol dalam 9 pertandingan Europa League pada 2023/2024.

Alonso yang menyadari strateginya tidak berjalan di babak pertama, langsung memasukkan Boniface pada awal babak kedua dan Shick pada menit ke-81. Akan tetapi, perubahan tersebut gagal mengubah jalannya pertandingan bagi Leverkusen. Mereka malah kebobolan lagi oleh Ademola Lookman pada menit ke-75.

Baca Juga: Atalanta Juara Liga Europa, Treble Leverkusen Sirna

2. Para pemain Leverkusen tidak berkutik menghadapi tekanan Atalanta

3 Alasan Bayer Leverkusen Kalah di Final Europa League 2024Atalanta menerapkan sistem man-for-man marking menghadapi Bayer Leverkusen. (uefa.com)

Dilansir situs resmi UEFA, tim Technical Observer Panel UEFA menjelaskan bagaimana sistem man-for-man marking Atalanta membuat Leverkusen begitu kesulitan dalam membangun serangan. Leverkusen menggunakan sistem lima pemain di lini belakang dalam proses build-up dan lima pemain depan untuk memvariasikan serangan. Strategi ini berhasil dipatahkan dengan sistem man-for-man marking Atalanta yang begitu disiplin selama 90 menit.

Tiap pemain Atalanta dari penyerang sampai bek ditugaskan menjaga satu pemain Leverkusen. Ketika 1 pemain Leverkusen memegang bola, 1 pemain Atalanta akan memberikan tekanan, sementara lainnya menutup ruang gerak dan mengoper. Hal ini membuat pemain Bayer Leverkusen sering kali kehilangan bola atau melakukan long ball yang akhirnya mampu diantisipasi bek Atalanta. Strategi ini sukses mematikan peran Granit Xhaka dan Florian Wirtz sebagai pengatur serangan sehingga lini depan Leverkusen tidak mendapatkan bola.

3. Kemampuan Atalanta membaca permainan mematikan kreativitas Leverkusen

3 Alasan Bayer Leverkusen Kalah di Final Europa League 2024Para pemain Atalanta mampu membaca permainan dengan baik. (uefa.com)

Tidak hanya disiplin dalam melakukan pressing, para pemain Atalanta juga mampu membaca permainan Leverkusen dengan baik. Misalnya, dua pemain Atalanta, Sead Kolasinac dan Ademola Lookman, bekerja sama dalam melakukan tekanan kepada Edmond Tapsoba dan Jeremie Frimpong. Lookman bertugas memberikan tekanan kepada Tapsoba yang menguasai bola. Pemain Burkina Faso itu akhirnya mengirim umpan lambung kepada Frimpong.

Namun, Kolasinac yang menjaga Frimpong mampu mengantisipasi dengan baik. Alih-alih langsung mendekati Frimpong, Kolasinac memposisikan diri di tempat bola akan mendarat sehingga bisa melakukan sapuan dengan kepala. Eks pemain Arsenal itu sekali lagi mampu mengantisipasi umpan ke arah Frimpong dengan sapuannya sekaligus memberikan bola kepada Matteo Rugeri yang berada di dekatnya. Koordinasi para pemain Atalanta dalam membaca permainan dan melakukan tekanan berhasil mematikan kreativitas Leverkusen. Inilah yang menyulitkan para pemain Die Werkself dalam menciptakan peluang mencetak gol.

Ketiga faktor di atas cukup membuat Leverkusen gagal meraih kemenangan. Atalanta sebenarnya menerapkan strategi serupa ketika mengalahkan Liverpool pada perempat final. Namun, Alonso sepertinya tidak mempelajari permainan Atalanta dengan baik sehingga tidak memiliki rencana lain dalam menghadapi man-for-man marking yang disiplin selama 90 menit. Catatan ini perlu menjadi evaluasi Alonso dan para pemainnya dalam menghadapi FC Kaiserslautern dalam final DFB Pokal pada 25 Mei 2024. Bayer Leverkusen tentu berambisi meraih dobel titel juara setelah kekalahan atas Atalanta.

Baca Juga: Kesempurnaan Leverkusen Sirna Musim Ini Gara-Gara Atalanta

Audi Rahmantio Photo Verified Writer Audi Rahmantio

Penggemar berat sepak bola terutama sepak bola Eropa dan sangat passionate dalam menulis konten artikel

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya