Barcelona dan Seni Menyulap Striker Buangan Menjadi Mesin Gol

- Henrik Larsson tiba di Barcelona pada usia 33 tahun dan mencetak 22 gol dalam dua musim, termasuk membantu Barcelona menang di final Liga Champions 2006.
- Luis Suárez bergabung dengan Barcelona setelah kontroversi di Liverpool, mencetak 40 gol dalam satu musim dan meraih Sepatu Emas Eropa.
- Pierre Emerick Aubameyang diselamatkan oleh Barcelona setelah dilepas oleh Arsenal secara gratis dan langsung mencetak tiga gol dalam debutnya.
Barcelona memiliki kecenderungan unik dalam strategi merekrut pemain, terutama di lini serang. Klub ini kerap mendatangkan penyerang yang tengah mengalami penurunan performa atau kehilangan tempat di klub sebelumnya. Meski datang dengan ekspektasi terbatas, beberapa dari mereka justru menemukan kembali ketajamannya di Camp Nou.
Alih-alih memburu komoditas panas di bursa transfer, Barcelona justru memilih figur yang tengah menjalani masa-masa sulit di dalam kariernya dalam beberapa periode. Namun, dalam sistem permainan dan atmosfer kompetitif klub, para striker tersebut mampu menunjukkan kualitas yang sebelumnya nyaris tenggelam. Lima pemain ini menunjukkan cara Barcelona mengelola potensi yang terpinggirkan hingga menjadi elemen krusial dalam pola serangannya.
1. Henrik Larsson tiba di Barcelona saat akhir kariernya
Henrik Larsson bergabung dengan Barcelona pada akhir musim 2003 setelah masa baktinya di Celtic berakhir. Saat itu, ia sudah berusia 33 tahun, usia yang bagi banyak penyerang dianggap melewati masa puncaknya. Meski begitu, Barcelona melihat pengalaman dan ketenangan Larsson sebagai pelengkap krusial dalam skuad yang sedang membangun kembali kekuatan. Pada musim pertamanya, ia sempat mengalami cedera lutut serius yang membuatnya absen cukup lama. Namun, ketika pulih, Larsson mulai menunjukkan kontribusinya sebagai pemain pelapis yang efektif dan mampu menjaga ritme permainan saat masuk dari bangku cadangan. Dalam 2 musim berseragam Barcelona, ia tampil dalam 62 pertandingan resmi dan mencetak 22 gol, termasuk di kompetisi domestik dan Eropa.
Puncak kontribusinya terjadi pada final Liga Champions Eropa 2006 di Paris saat Barcelona menghadapi Arsenal. Dalam laga itu, Barcelona tertinggal satu gol dan mengalami kesulitan menembus pertahanan lawan. Larsson masuk sebagai pemain pengganti pada babak kedua dan hanya butuh beberapa menit untuk mengubah jalannya pertandingan. Ia memberikan dua assist, masing-masing kepada Samuel Eto’o dan Juliano Belletti, yang berujung pada dua gol kemenangan. Setelah laga, banyak media dan pemain lawan mengakui, kehadiran Larsson menjadi titik balik dalam pertandingan.
2. Luis Suárez datang dari Liverpool meski tersangkut kasus kontroversial
Luis Suárez bergabung dengan Barcelona pada Juli 2014 setelah dibeli dari Liverpool dengan harga sekitar 81 juta euro atau sekitar Rp1,5 triliun. Menurut laporan Skysports, saat itu, ia sedang menjalani larangan bermain karena insiden gigitan di Piala Dunia 2014, sehingga baru bisa debut pada akhir Oktober. Meski begitu, Barcelona tetap yakin dengan kemampuannya di lini depan. Pada musim pertamanya, Suárez mencetak 25 gol dari 43 pertandingan di semua kompetisi. Ia langsung menjadi bagian integral dari trio MSN bersama Lionel Messi dan Neymar Jr.
Setahun kemudian, ia mencetak 40 gol di LaLiga Spanyol dan meraih gelar top skor. Raihan itu membuatnya mengungguli pemain sekaliber Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Performa itu membuat Suárez meraih Sepatu Emas Eropa 2015/2016. Ia juga menjadi pemain Barcelona pertama sejak Messi yang mampu mencetak lebih dari 30 gol liga dalam semusim. Suárez pun membuktikan dirinya bukan pembelian gagal, tetapi justru salah satu penyerang tersukses dalam sejarah klub.
3. Karier Pierre-Emerick Aubameyang diselamatkan Barcelona
Pierre-Emerick Aubameyang bergabung dengan Barcelona pada awal Februari 2022 setelah dilepas Arsenal secara gratis. Dilansir TalkSport, kepindahannya terjadi di tengah situasi sulit, karena ia sempat dibekukan dari skuad utama setelah persoalan disiplin dan konflik dengan sang pelatih, Mikel Arteta. Banyak yang meragukan apakah ia masih mampu bersaing di level tertinggi, apalagi usianya sudah menginjak 32 tahun. Namun, sejak pertandingan pertamanya, Aubameyang langsung menunjukkan dirinya belum kehilangan sentuhan. Dalam laga melawan Valencia pada 20 Februari 2022, ia mencetak tiga gol dan membantu Barcelona menang 4-1
Performa Aubameyang tidak berhenti di satu pertandingan saja. Dalam El Clásico pada 20 Maret 2022, ia menjadi bintang dengan 2 gol dan 1 assist saat Barcelona menang 4-0 di kandang Real Madrid, Santiago Bernabéu. Hingga akhir musim 2021/2022, ia mencetak total 13 gol dari 24 pertandingan resmi bersama Barcelona. Meski hanya setengah musim di Camp Nou, kontribusinya begitu terasa, terutama dalam periode ketika klub sedang dalam masa transisi di bawah pelatih baru, Xavi Hernández.
4. Marcus Rashford pergi ke Barcelona usai disisihkan oleh Manchester United
Marcus Rashford bergabung dengan Barcelona pada musim panas 2025 melalui skema peminjaman dari Manchester United. Kepindahan ini terjadi setelah Barcelona gagal mendatangkan target utama mereka seperti Nico Williams dan Luis Díaz. Meski Rashford disebut-sebut hanya sebagai opsi ketiga, pihak klub tetap melihat potensi besar dalam diri pemain berusia 27 tahun ini. Rashford menyambut kesempatan tersebut dengan serius, sementara Barcelona menyetujui pemotongan gaji agar transfer ini bisa terwujud. Total gaji bersih yang akan dibayarkan kepada Rashford diperkirakan mencapai sekitar 10 juta euro atau sekitar Rp190 miliar.
Sebelum bergabung, Rashford sempat dipinjamkan kepada Aston Villa selama paruh kedua 2024/2025. Di sana, ia mencatatkan 4 gol dan 5 assist dari 17 penampilan, meskipun performanya sempat terganggu cedera pada April. Di Manchester United sendiri, ia mengalami penurunan performa dan sempat dibekukan dari skuad utama oleh Ruben Amorim. Kini, di bawah arahan Hansi Flick, Rashford memiliki peluang untuk menemukan kembali bentuk terbaiknya. Ia akan bersaing dan berkolaborasi di lini depan bersama Raphinha, Robert Lewandowski, dan Lamine Yamal.
5. Barcelona memberikan kesempatan kedua bagi striker yang berada pada masa-masa sulit
Dari pemain-pemain di atas, strategi perekrutan Barcelona menunjukkan keberanian dalam memberi ruang bagi pemain yang tidak lagi dipandang utama oleh klub sebelumnya. Mereka datang bukan sebagai bintang yang sedang bersinar terang, melainkan sebagai pemain yang pernah bersinar dan kini membawa keraguan. Ada yang baru sembuh dari cedera, ada pula yang dicoret karena dianggap kurang cocok dengan strategi tim lama. Namun, di Barcelona, mereka diberi kepercayaan penuh untuk kembali menampilkan kualitas yang sempat memudar. Klub ini tidak terpaku pada label pemain terbaik, melainkan pada potensi peran yang bisa dihidupkan kembali.
Langkah ini memang mengandung risiko, karena tidak semua transfer menghasilkan dampak besar. Namun, dari apa yang ditunjukkan Henrik Larsson, Luis Suárez, dan Pierre-Emerick Aubameyang, keputusan klub terbukti membawa hasil. Mereka mampu mencetak gol-gol krusial dan memberi dorongan besar pada performa tim pada musim yang berat. Gol-gol mereka bukan hasil dari proses panjang dalam adaptasi, melainkan hasil dari penempatan peran yang tepat dan kepercayaan yang utuh.
Barcelona membuktikan, ketajaman seorang striker tidak selalu ditentukan usia, nilai transfer, atau performa terakhir di klub sebelumnya. Melalui pilihan yang dianggap berani, klub ini mampu menghidupkan kembali pemain yang sempat tersisih dan menjadikannya sebagai bagian vital dari mesin serangan. Tiap perekrutan tersebut menunjukkan kepercayaan, peran besar bisa lahir dari nama yang sempat dipinggirkan selama diberikan kepercayaan dan ruang untuk tampil.