Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Brian Madjo, Bocah 16 Tahun Asal Inggris di Ligue 1 Prancis

ilustrasi pemain sepak bola
ilustrasi pemain sepak bola (pixabay.com/keithjj)
Intinya sih...
  • Brian Madjo, pemain sepak bola 16 tahun asal Inggris, bermain di Ligue 1 Prancis untuk FC Metz.
  • Madjo memiliki bakat istimewa yang menarik perhatian klub besar Eropa dan telah mencetak 13 gol dari 26 pertandingan di tim U-19.
  • Madjo memiliki kekuatan fisik yang membuatnya dibandingkan dengan Romelu Lukaku dan memilih untuk mengundurkan diri dari Timnas Luksemburg demi peluang membela Inggris.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Salah satu perbincangan utama dari English Premier League (EPL) 2025/2026 selama 3 pekan pertama adalah kehadiran dua pemain muda lokal. Max Dowman menorehkan assist saat debut bersama Arsenal pada usia 15 tahun. Sementara Rio Ngumoha berhasil mencetak gol kemenangan bagi Liverpool pada laga perdananya beberapa hari sebelum berumur 17 tahun.

Namun, Inggris juga setidaknya memiliki satu talenta istimewa lain yang masih sangat belia. Perbedaannya, ia berkiprah di Ligue 1 Prancis. Sosok tersebut bernama Brian Madjo. Penyerang berumur 16 tahun itu membela FC Metz. Madjo selalu tampil dalam tiga laga perdana mereka sebelum jeda internasional September 2025. Lantas, siapa sebenarnya Madjo dan seperti apa potensinya?

1. Produk sepak bola Luksemburg

Brian Djomeni Madjo lahir di Enfield, sebuah kota di sisi utara London, Inggris, pada 12 Januari 2009. Namun, Madjo tidak mendapat banyak kesempatan untuk mengasah talentanya di tanah kelahirannya. Pasalnya, ia harus pindah bersama keluarga ke Luksemburg saat masih belia. Di negara Eropa barat ini, barulah Madjo bisa mulai mengembangkan potensinya. Ia sempat menghuni akademi FC Marisca Mersch dan Racing FC Union.

Bakat istimewa Madjo pun sukses mencuri sejumlah perhatian pemandu bakat klub besar Eropa. Namun, FC Metz justru menjadi tim yang berhasil mengamankan jasanya. Mereka mendapatkannya pada musim panas 2023. Berkat kemampuan Madjo yang di atas rata-rata, FC Metz memutuskan untuk menempatkan Madjo di tim U-19 pada 2024/2025. Hebatnya, ia mampu menjawab tantangan tersebut dengan mencetak 13 gol dari 26 pertandingan.

Bersamaan dengan kembalinya mereka ke Ligue 1 pada 2025/2026, FC Metz yakin untuk menyodorkan kontrak profesional pertama kepada Madjo. Sang pemain pun tidak ragu menerima tawaran yang berdurasi selama 3 tahun tersebut. Madjo bukan hanya langsung menembus skuad utama, melainkan selalu tampil dalam tiga pertandingan pertama. Ia bahkan menjadi starter dalam dua di antaranya.

Sejauh ini, Madjo memang belum mencetak gol atau assist. Namun, tren yang tengah terjadi menunjukkan kualitasnya yang mumpuni untuk bertarung di level tertinggi serta kepercayaan FC Metz kepadanya bukan cuma isapan jempol belaka. Sebagai catatan, Madjo kini resmi berstatus sebagai pemain termuda dalam sejarah FC Metz. Ia debut pada 17 Agustus 2025 saat kalah dari Strasbourg dengan skor 0-1. Kala itu, Madjo berusia 16 tahun 217 hari.

2. Lebih komplet dari Romelu Lukaku

Brian Madjo berposisi sebagai striker. Salah satu kualitas yang paling menonjol darinya adalah kekuatan fisik. Dengan usia yang masih sangat muda, tingginya sudah mencapai 1,93 meter. Menurut pelatih FC Metz, Stephane Le Mignan, faktor inilah yang membuatnya unggul telak ketik bertarung di level junior. Itu pula yang membuat klub tidak ragu untuk mengorbitkannya ke tim utama pada 2025/2026.

Karakter seperti itu membuat Madjo kerap dibandingkan dengan bintang Napoli dan Timnas Belgia, Romelu Lukaku. Namun, Direktur Teknik Federasi Sepak Bola Luksembug (FLF), Manuel Cardoni, menyebut bahwa Madjo bahkan lebih komplet dari Lukaku. Sebabnya, Madjo menawarkan banyak opsi lain dari sisi teknis permainan. Ia mampu bermain di ruang yang sempit, positional play, atau bergerak ke belakang pertahanan lawan.

Sebagai penyerang, Madjo bukan cuma handal dalam membobol gawang lawan, melainkan juga kreator yang ulung. Ia bisa melayani rekan-rekan setimnya karena kualitas umpan yang tinggi. Itu didukung dengan kemampuan kedua kaki yang sama baiknya. Menurut Cardoni, semua keterampilan ini tidak terlepas karena keputusan FLF yang memasangnya sebagai gelandang ketika rutin membela Timnas Luksemburg U-14 dan U-15. Dengan begitu, Madjo pun bisa lebih mengasah teknik serta kecerdasan bermain dibanding sekadar mengandalkan keunggulan fisik.

3. Brian Madjo mengundurkan diri dari Timnas Luksemburg demi menjaga peluang membela Inggris

Menetap di negaranya sejak belia, Federasi Sepak Bola Luksemburg memang menjadi salah satu pihak yang berperan dalam perkembangan Brian Madjo. Bahkan, per jeda internasional Maret 2025, Madjo sudah mengoleksi tiga caps untuk tim nasional senior mereka. Sayangnya, pada jeda internasional September ini, FLF harus kehilangan Madjo. Sebabnya, sang pemain lebih memilih untuk menerima panggilan dari Timnas Inggris U-17.

FIFA memang mengatur, seorang pemain tidak akan bisa berpindah kewarganegaraan jika sudah bermain empat kali, baik itu pertandingan kompetitif maupun sekadar persahabatan. Jeff Strasser, pelatih Timnas Luksemburg, menyatakan, Madjo memilih untuk menjaga peluangnya bermain bagi Inggris pada masa mendatang sehingga memutuskan untuk berhenti membela mereka mulai jeda internasional September 2025 ini.

Selain Inggris, Madjo juga sebetulnya memenuhi syarat untuk membela Kamerun. Ayahnya, Guy Madjo, lahir di negara tersebut dan merupakan mantan pesepak bola. Guy tidak berhasil menembus Timnas Kamerun senior, tetapi pernah mengenakan seragam mereka bersama skuad U-23. Guy pensiun sebagai pemain pada 2017 di salah satu klub Kamerun, Union Douala. Namun, ia menghabiskan mayoritas kariernya di Inggris meski cuma membela tim-tim medioker.

Brian Madjo menjadi salah satu bintang masa depan paling cemerlang milik Inggris. Keyakinan sang pemain bakal mampu menembus skuad senior The Three Lions sampai membuatnya memilih untuk mengundurkan diri dari Timnas Luksemburg. Sambil menanti momen tersebut tiba, untuk sementara Madjo akan terus melanjutkan perkembangannya bersama FC Metz di Ligue 1 Prancis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Sport

See More

Timnas U-23 Wajib Tekuk Korsel, tapi Vanenburg Punya Rapor Buruk

07 Sep 2025, 20:36 WIBSport