Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dalih Erick Thohir soal PSSI Gak Urus Kompetisi, Cek Jepang Yuk

2b2ab8a4-7bab-4e1a-8bd5-cdf6fa7a7258.jpg
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. (IDN Times/Tino).

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, berdalih tentang anggapan federasi abai dalam urusan kompetisi. Menurut Erick, fokus utama federasi adalah meningkatkan kualitas Timnas Indonesia.

Erick menyatakan PSSI menyerahkan kepada operator, yakni PT Liga Indonesia Baru. Dia mengklaim, seluruh negara menyerahkan urusan kompetisi ke pihak operator.

1. Klaim Premier League dan Bundesliga jadi contoh

Logo Liga 1. (Dok. PT Liga Indonesia Baru)
Logo Liga 1. (Dok. PT Liga Indonesia Baru)

Di tengah kritik pencinta sepak bola Indonesia, Erick mencontohkan Premier League dan Bundesliga. Dia menyatakan kedua kompetisi itu menjadi model dari pengelolaan kompetisi yang independen.

"Memang di banyak negara, federasi itu fokus tim nasional. Liga itu memang sangat independen, seperti ada yang di Liga Inggris, BundesLiga, seperti itu. Ini masalah pola pikir, bukan berarti salah dan benar," kata pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN itu di RUPS PT LIB, Senin (7/7/2025).

2. PSSI dan PT LIB bersinergi

Logo PSSI. (Dok. PSSI)
Logo PSSI. (Dok. PSSI)

Erick juga membantah PSSI lepas tangan. Salah satu kiat federasi dalam memajukan kompetisi adalah mendorong peningkatan kualitas wasit. Komite Wasit juga dibenahi, dengan menghadirkan Yoshimi Ogawa dan Pratap Singh yang masuk daftar struktur organisasi. Namun, proses ini butuh waktu panjang.

"Kami memperbaiki kualitas wasit itu berarti bukan hanya enam bulan, perlu waktu tiga sampai empat tahun. Tidak mudah. Apalagi banyak pihak ingin jadi perwasitan, tetapi ingat yang pernah saya bilang, kehidupan bulanannya tidak cukup. Artinya (nanti) gampang diintervensi. Makanya itulah kita PSSI memperkenalkan asuransi perwasitan. Liga menaikkan juga standar untuk pendapatan perwasitan," ujar Erick.

Erick juga mengapresiasi langkah PT LIB yang merekrut Takeyuka Oya sebagai General Manager Kompetisi dan Operasi. Oya punya segudang pengalaman, karena sempat menjadi petinggi J.League.

"Saya percaya proses, kita beri kesempatan Oya bekerja. Jangan selalu, 'oh ini udah sebulan kerja, mana hasilnya?' Semua itu perlu waktu. Tapi apa yang dilakukan Liga hari ini sudah baik. Apakah ada pihak-pihak individu yang happy atau tidak? Ya, itu bagian dari demokrasi. Tetapi saya yakin transformasi yang terjadi di Liga itu bukan karena tekanan. Tapi karena kesadaran yang disampaikan tadi oleh Oya, potensialnya luar biasa," kata Erick.

3. Coba lihat Jepang dulu, ya!

WhatsApp Image 2025-07-07 at 14.36.38.jpeg
LIB rekrut eks petinggi J-League, Takeyuki Oya, untuk menaikkan level Liga 1. (Dok. PSSI)

Kompetisi pada dasarnya menjadi bagian dari ekosistem sepak bola di sebuah negara. Ada sejumlah jenis dalam pengelolaan kompetisi di beberapa negara-negara dan berbeda bentuknya. Apa yang Erick sampaikan, benar adanya, jika Premier League dan Bundesliga berjalan secara independen.

Namun, federasi memiliki fungsi dalam urusan sebagai regulator, pengawasan, serta pengembangan. Mari kita lihat JFA, ketika mengelola kompetisi di level J.League. Jika kamu membaca Japan's Way, salah satu kuote yang muncul di halaman terdepan adalah dari mantan pelatih Timnas Jepang, Takeshi Okada.

"Mustahil memenangkan Piala Dunia jika cuma fokus penguatan tim nasional. Kita perlu menguatkan kepemimpinan dalam sepak bola dalam setiap level di Jepang untuk kesuksesan pada abad 21," kata Okada dilansir Japan's Way.

Lewat Japan's Way, Jepang menciptakan sebuah roadmap, yang mengintegrasikan pembinaan usia dini dengan kompetisi. Mereka menyiapkan talenta sejak usia dini untuk bisa masuk ke level profesional melalui roadmap tersebut. Bahkan, urusan pembinaan pelatih, wasit, hingga sepak bola putri (Nadeshiko), mereka susun dengan rapi. PSSI? Klaim roadmap sudah dibuat sejak lama keluar. Namun, publik hingga sekarang belum mendapatkannya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us