Drama Pemecatan Nuno Espirito dan Taruhan Baru Nottingham Forest

- Pemecatan Nuno Espirito Santo sebagai Pelatih Nottingham Forest setelah perselisihan dengan pemilik klub dan hadirnya Edu Gaspar.
- Penunjukan Ange Postecoglou sebagai penerus Nuno, dipengaruhi faktor budaya dan filosofi sepak bola yang berbeda.
- Pemecatan Nuno Espirito Santo memperlihatkan ketidakstabilan manajemen klub di bawah kepemimpinan Evangelos Marinakis.
Pemecatan Nuno Espirito Santo sebagai pelatih Nottingham Forest mengundang perbincangan. Keputusan ini muncul hanya tiga pertandingan setelah English Premier League (EPL) 2025/2026 dimulai, padahal Nuno sebelumnya dianggap pahlawan yang membawa The Forest dari jurang degradasi menuju kompetisi Eropa. Namun, perselisihan internal dengan pemilik klub, Evangelos Marinakis, dan hadirnya Edu Gaspar sebagai global head of football membuat hubungan mereka tak bisa diperbaiki.
Pergantian kursi pelatih tidak berlangsung lama karena Forest menunjuk Ange Postecoglou sebagai penerus dalam waktu kurang dari sehari. Penunjukan ini menimbulkan berbagai reaksi, mulai dari harapan segar akan sepak bola menyerang hingga kekhawatiran akan risiko gaya bermain yang rentan. Dinamika tersebut tidak hanya menentukan arah tim di lapangan, tetapi juga menguji stabilitas manajemen klub yang kerap dilanda konflik.
1. Awal konflik dipicu ketidakpuasan Nuno Espirito Santo terhadap aktivitas transfer Nottingham Forest
Nuno Espirito Santo ditunjuk sebagai pelatih Nottingham Forest pada Desember 2023 setelah Steve Cooper didepak karena tim berada di zona degradasi. Ia menerapkan strategi pragmatis untuk mengangkat performa klub dari ancaman turun kasta. Upayanya menyelamatkan Forest berhasil meski saat itu harus menerima pengurangan empat poin karena pelanggaran aturan keuangan.
Prestasi lebih gemilang hadir pada musim berikutnya ketika Nuno berhasil membawa Forest finis di peringkat ketujuh Premier League 2024/2025. Pencapaian tersebut menandai kebangkitan klub yang sebelumnya berkutat di papan bawah. Hasil itu menjadi capaian liga tertinggi Forest sejak 1995 sekaligus mengantarkan mereka kembali ke kancah Eropa untuk pertama kalinya dalam 3 dekade.
Dilansir BBC, sinyal konflik mulai terlihat pada musim panas 2025 ketika Nuno secara terbuka mengkritik lambatnya aktivitas transfer klub. Ia menilai skuad sangat tidak seimbang dan tidak siap untuk menghadapi kompetisi baru, meskipun Forest telah mengeluarkan hampir 200 juta pound sterling (Rp4,449 triliun) untuk 13 pemain baru. Masalah makin memanas setelah kedatangan Edu Gaspar, mantan direktur teknik Arsenal, sebagai kepala global sepak bola yang membuat hubungan Nuno dan Evangelos Marinakis renggang.
Ketegangan memuncak setelah Nuno menyatakan “no smoke without fire” ketika ditanya soal ancaman pemecatan. Komentar publik ini membuat Marinakis merasa dikhianati, apalagi sebelumnya sudah menanggung hinaan serupa di media. Kekalahan 0-3 dari West Ham United pada pekan ketiga Premier League 2025/2026 di kandang sendiri menjadi pukulan terakhir sebelum akhirnya Nuno dipecat pada Selasa (9/9/2025) waktu setempat. Fans pun merasakan kekecewaan mendalam, sebab pelatih yang mereka anggap pembawa kejayaan justru berakhir sebagai korban konflik internal.
2. Penunjukkan Ange Postecoglou sebagai pelatih Nottingham Forest turut dipengaruhi faktor budaya
Tidak butuh waktu lama bagi Nottingham Forest untuk menunjuk pengganti. Hanya 13 jam setelah pernyataan resmi, Ange Postecoglou diumumkan sebagai pelatih baru. Keputusan cepat ini bukan kebetulan, sebab Evangelos Marinakis dan Postecoglou sudah menjalin kedekatan sejak lama. Pada Juli 2025, Marinakis bahkan memberi penghargaan kepada Postecoglou atas keberhasilan membawa Tottenham Hotspur menjuarai Liga Europa 2024/2025 yang mengakhiri puasa trofi kejuaraan Spurs selama 17 tahun.
Latar belakang kedekatan budaya juga memperkuat hubungan ini. Postecoglou lahir di Athena, Yunani, sebelum pindah ke Australia, sementara Marinakis dikenal sebagai figur kuat di sepak bola Yunani. Bagi Marinakis, menunjuk seorang pelatih berdarah Yunani dengan reputasi Eropa merupakan langkah yang strategis sekaligus emosional. Selain soal pertimbangan teknis, penunjukkan ini juga mengandung dimensi personal.
Namun, dari sisi filosofi sepak bola, gaya Postecoglou berbanding terbalik dengan Nuno Espirito Santo. Jika Nuno menekankan pertahanan kokoh dan serangan balik cepat, Postecoglou dikenal dengan sepak bola menyerang, garis pertahanan tinggi, dan pressing intens. Di Tottenham, filosofi ini membuat tim produktif mencetak 64 gol, tetapi juga kebobolan 65 gol dan terdampar di posisi 17 liga. Tantangan terbesarnya di Forest yakni memastikan skuad mampu beradaptasi dengan intensitas tersebut tanpa mengulang masalah cedera dan kerentanan yang pernah terjadi di Spurs.
3. Pemecatan Nuno Espirito Santo makin memperlihatkan ketidakstabilan manajemen klub
Bagi para pemain, pemecatan Nuno Espirito Santo merupakan pukulan emosional karena berhasil membangun ikatan erat di ruang ganti. Nuno mampu menciptakan atmosfer kebersamaan, bahkan kebiasaan sederhana seperti bermain American football bersama usai latihan yang mempererat solidaritas tim. Kini, Ange Postecoglou harus bekerja keras merebut hati skuad yang masih loyal kepada pelatih lama, sembari memperkenalkan filosofi permainan yang jauh berbeda.
Dari sisi manajerial, drama ini mempertontonkan pola yang sudah sering terjadi di bawah kepemimpinan Evangelos Marinakis. Sebelumnya, Steve Cooper yang membawa Forest promosi juga berakhir dipecat setelah perselisihan dengan sang pemilik. Masuknya Edu Gaspar makin menegaskan pergeseran kuasa dalam urusan transfer ketika pelatih kehilangan kendali penuh atas perekrutan pemain. Situasi ini memperlihatkan, Marinakis lebih suka mengatur jalannya klub secara langsung meski berisiko mengorbankan stabilitas.
Hal ini membuat reputasi Marinakis dan Postecoglou sama-sama dipertaruhkan. Jika sukses, Forest bisa berkembang menjadi penantang serius dalam perebutan trofi kejuaraan, melanjutkan fondasi yang sudah dibangun Nuno. Namun, bila gagal, klub berisiko kehilangan momentum positif yang telah diperoleh musim lalu serta menambah catatan konflik internal yang merusak citra manajemen. Kasus ini sekaligus menjadi ujian apakah Forest mampu menapaki jalur stabilitas di level Eropa atau kembali terjebak dalam siklus ketidakpastian.
Keputusan mengganti Nuno Espirito Santo dengan Ange Postecoglou menandai babak baru yang penuh ketegangan sekaligus harapan. Nottingham Forest saat ini menghadapi titik krusial, antara melanjutkan tren positif atau terperosok ke jurang kegagalan karena masalah internal yang terus berulang.