Menuju Final Piala Asia Pertama Timnas Yordania

Tinggal berjuang 90 menit lagi untuk ukir sejarah

Intinya Sih...

  • Timnas Yordania mengalahkan Korea Selatan di semifinal Piala Asia 2023 tanpa perlu babak tambahan waktu atau adu penalti
  • Meskipun kurang diunggulkan, Yordania bermain efisien dengan gaya pragmatis dan pemain mayoritas berasal dari liga domestik dan liga profesional jazirah Arab
  • Kelolosan mereka ke final menciptakan sejarah baru yang akan dikenang publik, mirip dengan Irak pada Piala Asia 2007

Tak diunggulkan karena minim pengalaman, Timnas Yordania justru berhasil mengalahkan Korea Selatan pada laga semifinal Piala Asia 2023. Skornya pun cukup meyakinkan, dua gol tanpa balas dalam waktu normal 90 menit.

Seperti dua pertandingan fase gugur sebelumnya, Yordania tak perlu melalui babak tambahan waktu apalagi adu penalti untuk menentukan kelolosan mereka ke babak berikutnya. Bertolak belakang dengan Korea Selatan yang mengandalkan gol-gol injury time untuk mencuri peluang lolos. 

Yordania mengingatkan kita pada momen serupa medio setahun lalu saat Timnas Maroko berjaya di Piala Dunia 2022. Apa kunci sukses Yordania capai final Piala Asia 2023 perdana mereka? 

1. Gaya permainan Yordania pragmatis, tapi efisien dan didukung disiplin tinggi

Menuju Final Piala Asia Pertama Timnas Yordaniaselebrasi gol ala pemain Yordania di laga semifinal Piala Asia 2023 (twitter.com/Qatar2023en)

Yordania datang ke Qatar sebagai tim kuda hitam yang tak banyak dilirik. Sejak dilatih  Hussein Ammouta pada 26 Juni 2023, performa mereka sebenarnya kurang menyakinkan. Pada beberapa laga uji coba dan kualifikasi Piala Dunia 2026, Yordania mengalami beberapa kekalahan telak. Yakni kekalahan atas Jepang (1-6), Arab Saudi (0-2), dan Lebanon (1-2).

Seperti tim-tim kuda hitam pada umumnya, gaya permainan Yordania cukup pragmatis. Mereka bukan tim yang bertumpu pada penguasaan bola. Cek saja presentase kepemilikan bola mereka sejak fase grup hingga semifinal. Walau lebih sering kalah dari lawannya, Timnas Yordania mampu bermain efisien saat berhasil merebut bola. Terlihat dari jumlah tembakan yang berhasil mereka lontarkan sepanjang pertandingan. Meski begitu, taktik ini butuh kedisiplinan dan kecepatan tinggi karena pemain dituntut untuk mencari celah dan mengeksploitasi kelemahan lawan. Tak ada penjelasan pasti, tetapi dalam waktu singkat Yordania bertransformasi jadi tim yang sulit ditaklukan di Piala Asia 2023.

Baca Juga: Perjalanan Epik Tajikistan di Piala Asia 2023, Debut yang Memukau!

2. Skuad Yordania didominasi pemain liga domestik

Menuju Final Piala Asia Pertama Timnas YordaniaMousa Al Tamari usai cetak gol pada laga semifinal Piala Asia 2023 (instagram.com/mousa_tamari_13)

Komposisi skuad mereka juga tak bisa dibilang spesial. Mayoritas pemain Yordania berlaga di liga domestik dan liga profesional jazirah Arab, seperti Saudi Pro League, Egyptian Premier League, dan Qatar Stars League. Hanya Mousa Al-Tamari yang merumput di Eropa bersama klub Ligue 1 Prancis, Montpellier Herault SC. 

Namun, jangan remehkan pemain-pemain liga domestik mereka macam Abdallah Nasib, Nizar Al-Rashdan, Ehsan Haddad, dan Mahmoud Al-Mardi. Yordania seolah membungkam argumen kalau presentase pemain high-profile jebolan liga top Eropa berbanding lurus dengan prestasi sebuah tim. Pada Piala Asia 2023, Timnas Jepang, Australia, Korea Selatan, dan Iran jadi tim dengan komposisi pemain liga Eropa terbanyak. Namun, tak ada dari mereka yang tembus sampai final.

3. Ulang momen manis Maroko di Piala Dunia 2022 atau Irak di Piala Asia 2007?

Menuju Final Piala Asia Pertama Timnas Yordaniafans timnas Yordania membentangkan bendera di tribun penonton (instagram.com/jordan.fa)

Yordania memang bukan debutan macam Tajikistan di Piala Asia 2023. Namun, keikutsertaan mereka dalam turnamen tersebut tak bisa dibilang sukses. Yordania baru tampil lima kali dalam putaran final Piala Asia sejak debut pada 2004. Prestasi terbaik mereka sebelum edisi 2023 adalah perempat final. Jelas, kelolosan mereka ke final jadi sejarah baru yang bakal dikenang publik sampai bertahun-tahun kemudian. 

Banyak yang menyandingkan momen ini dengan sejarah yang dicetak Maroko pada Piala Dunia 2022. Namun, final pertama Yordania ini lebih mirip dengan yang pernah dialami Irak pada Piala Asia 2007. Itu adalah momen pertama mereka mencapai final yang kemudian disempurnakan dengan gelar juara pertama. Padahal, kala itu Irak sedang dihantam perang berkepanjangan akibat invasi Amerika Serikat sejak 2003.

Tak seperti Irak dan beberapa negara tetangganya, Yordania tidak mengalami gejolak politik berarti. Sebaliknya, mereka salah satu negara paling stabil di kawasan Timur Tengah. Secara situasi politik, Yordania lebih mirip dengan Maroko. Mereka termasuk sebuah negara dengan sistem monarki yang relatif tak terganggu, bahkan oleh gelombang Arab Spring sekalipun. Namun, di sisi lain menyisakan isu kebebasan berpendapat dan ketimpangan ekonomi. 

Ketidakstabilan regional di kawasan Timur Tengah sebenarnya menguntungkan monarki Yordania. Kondisi itu menyakinkan penduduk Yordania bahwa kestabilan keamanan dan politik lebih penting dari kedua isu tersebut. Penduduk Yordania sudah cukup melihat negara-negara tetangga mereka porak poranda akibat Arab Spring (yang berujung pada vakumnya kekuasaan, ketidakstabilan politik, bahkan perang sipil). Kejayaan timnas mereka di Piala Asia 2023 secara tak langsung bakal memperkuat kedudukan pemerintah monarki Yordania. Setidaknya prestasi ini bisa jadi distraksi atas kekhawatiran dan masalah hidup para warga.

Baca Juga: 'Messi' dari Yordania Kubur Asa Korea Selatan di Piala Asia 2023

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya