Pakhtakor FC, Pabrik Pemain Muda Berbakat asal Uzbekistan

Sejak awal 2024 terapkan terobosan-terobosan baru

Pemberitaan yang Eropa-sentris tentu jadi makanan sehari-hari penggemar sepak bola internasional. Tak pelak Pakhtakor FC pun terlewat dari radar begitu saja. Padahal, dalam peta kekuatan sepak bola Asia, mereka termasuk salah satu yang patut diperhitungkan. Tak hanya peserta langganan AFC Champions League dan juara bertahan Liga Super Uzbekistan, Pakhtakor FC pula "pabrik" pemain muda berbakat asal Uzbekistan. 

Bahkan, mulai akhir 2023, klub ini tak ragu lakukan terobosan-terobosan baru untuk mendukung upaya pemerataan kekuatan sepak bola dalam negeri. Rasanya tak elok untuk mengabaikan mereka. Guna memperluas khazanah bersama, mari simak secuplik profil Pakhtakor FC berikut ini. 

1. Juara bertahan Liga Super Uzbekistan yang kekuatannya sudah dominan sejak era Uni Soviet

Pakhtakor FC, Pabrik Pemain Muda Berbakat asal UzbekistanTulyagan Isakov (paling kiri), pemain Pakhtakor FC yang meninggal dunia karena kecelakaan pesawat pada 1979. (instagram.com/pakhtakor_fc)

Pakhtakor FC berdiri pada 1956 dan berhasil jadi klub Uzbekistan satu-satunya yang tampil di Soviet Top League (liga kasta tertinggi di seluruh wilayah Uni Soviet). Mereka bahkan merebut gelar juara Soviet pada 1972. Namun, tak lama dari itu, tepatnya pada 1979, Pakhtakor FC pernah menggemparkan dunia saat pesawat yang ditumpangi para pemain dan staf mengalami kecelakaan di wilayah yang kini jadi bagian Ukraina. Peristiwa itu masuk dalam salah satu tragedi sepak bola terbesar dunia. 

Setelah berpisah dari Uni Soviet, Liga Super Uzbeksitan pun terbentuk pada 1992. Pakhtakor berhasil menjuarai musim perdana turnamen itu bersama Neftchi Fargona. Mereka baru bisa meraih gelar juara lagi 6 tahun berselang. Hingga pada 2002, Pakhtakor kembali jadi juara dan sepanjang 5 musim berikutnya merebut status juara bertahan. Dominasi mereka sempat dipatahkan Bunyodkor, sang rival sekota. Selama 2007 hingga 2018, liga utama Uzbekistan jadi kontestasi dua tim itu. Pakhtakor akhirnya merebut kembali hegemoni mereka dengan meraih gelar juara Uzbekistan sepanjang musim 2019 hingga 2023. 

Di Asia, Pakhtakor pula yang jadi peserta langganan AFC Champions League. Prestasi terbaik mereka adalah semifinal 2003 dan 2004. Sayangnya, sejak 2010-an, dengan kemunculan kekuatan baru dari jazirah Arab, Pakhtakor mulai kesulitan lolos fase grup. 

Baca Juga: 7 Momen Gading Marten dan Gempi Kompak Dukung Timnas Indonesia, Nobar!

2. Lahirkan alumni-alumni prominen yang kini tersebar di berbagai klub Eropa

Pakhtakor FC, Pabrik Pemain Muda Berbakat asal UzbekistanAbbosbek Fayzullaev saat masih membela Pakhtakor FC. (instagram.com/abbos.fs)

Pakhtakor pula gudang pemain-pemain muda berbakat di Uzbekistan. Legenda mereka yang paling dikenang adalah Mirdzhalol Kasymov. Pada usia 18 tahun, jebolan akademi Pakhtakor itu sudah berkarier di luar negeri. Dimulai dengan Dinamo Minsk (Belarusia), disusul Sparta Alania (Rusia), Krylia Sovetov Samara (Rusia), dan Al-Shabab (Arab Saudi) sebelum akhirnya mengakhiri perjalanannya dengan kembali ke Uzbekistan. Kasymov dikenang karena jadi pemain Uzbekistan pertama sekaligus pemain Asia kedua yang berhasil mencetak gol di kompetisi Eropa (UEFA). 

Pada era modern, Pakhtakor tak kehilangan kemampuannya melahirkan bakat-bakat muda. Tentu kamu masih ingat duo Abbosbek Fayzullaev dan Abdukodir Khusanov yang langsung mentas dari Pakhtakor usai antar Timnas U-20 Uzbekistan juarai Piala Asia 2023. Saat ini keduanya masing-masing bermain untuk CSKA Moskow (Rusia) dan RC Lens (Prancis).

Terbaru Pakhtakor berhasil mengorbitkan Mukhammadali Urinboev ke Brentford pada Januari 2024. Urinboev jadi pemain Uzbekistan pertama yang berhasil hijrah ke Inggris. Di kandang sendiri, Pakhtakor masih punya beberapa pemain potensial. Ada beberapa nama seperti Kimi Merk (Kyrgyztan), Diyor Kholmatov (Uzbekistan), dan Mukhammadkodir Khamraliev (Uzbekistan) yang langganan memperkuat timnas.
 

3. Rela lancarkan terobosan berisiko demi kemajuan sepak bola Uzbekistan

Pakhtakor FC, Pabrik Pemain Muda Berbakat asal Uzbekistanpemain Pakhtakor FC (instagram.com/pakhtakor_fc)

Menariknya, sejak awal 2024, Pakhtakor rela melancarkan terobosan-terobosan berisiko. Mulai dari perekrutan pemain muda dan memastikan mereka dapat menit bermain hingga upaya privatisasi penuh. Perekrutan pemain muda ini terlihat dari rata-rata usia pemain mereka yang turun jadi 22,2 tahun (termuda kedua seantero Uzbekistan, hanya kalah dari FC Olympic Taskhent). Pemain tertua mereka berada di kisaran usia 25 hingga 27 tahun dengan satu pemain berusia 36 tahun, yakni Dragan Ceran asal Serbia. 

Pakhtakor juga hanya punya 3 pemain asing dalam skuad terbaru mereka. Sisanya anak-anak muda Uzbekistan yang minim pengalaman. Ini pula yang menjelaskan mengapa performa mereka di liga domestik turun drastis. Dari juara bertahan selama 5 musim berturut-turut sejak 2019, untuk pertama kalinya mereka harus menelan beberapa kekalahan berturut-turut pada awal musim kompetisi 2024. 

Secara tak langsung, kebijakan baru Pakhtakor membuka jalan bagi terciptanya kompetisi yang lebih seru. Liga Super Uzbekistan yang selama 1 dekade terakhir didominasi Pakhtakor dan Bunyodkor kini diramaikan beberapa nama lain macam Lokomotiv Tashkent yang didominasi pemain muda serta Nasaf Qarsi dan Navbahor Namangan. Dua nama terakhir adalah tim luar ibu kota yang seolah hendak menggebrak dominasi tim-tim asal Tashkent. Mantan juara bertahan Neftchi Fargona pun bangkit dari tidurnya. 

Pada awal Januari 2024 pula, Pakhtakor jadi klub sepak bola Uzbekistan pertama yang menjual sahamnya ke publik. Ini dilakukan atas rekomendasi AFC guna menciptakan kompetisi yang lebih sehat dan mengurangi ketergantungan sepak bola Uzbekistan pada suntikan dana pemerintah. Melansir laman resmi State Asset Management Agency Uzbekistan, Pakhtakor FC saat ini dikelola oleh agen pemerintah dan perusahaan milik pemerintah. Sayangnya, rencana tersebut harus ditunda sementara waktu seiring dengan penerimaan publik yang kurang baik. 

Sebagai kepanjangan tangan pemerintah, Pakhtakor FC sepertinya memang ditarget jadi  eksekutor terobosan-terobosan baru untuk pengembangan sepak bola Uzbekistan. Definisi bersakit-sakit dahulu, memetik hasil kemudian. Semoga pengorbanan mereka tak sia-sia. 

Baca Juga: 7 Potret Azizah Salsha Dukung Arhan saat Indonesia vs. Uzbekistan

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya