Ironi Inggris di Euro 2024, Unggulan yang Tak Punya Gairah Juara

Inggris berhasil lolos ke babak 16 besar usai bermain imbang tanpa gol pada laga terakhir Grup C Euro 2024 kontra Slovenia. The Three Lions melaju ke fase gugur sebagai juara grup. Mirisnya, kelolosan tim besutan Gareth Southgate ini penuh dengan catatan minor. Mereka menduduki puncak klasemen dengan hanya megumpulkan 5 poin, hasil dari 1 kemenangan dan 2 hasil imbang.
Bisa dibilang, performa Inggris di turnamen ini jauh dari harapan meski lolos. Dari 3 laga yang dilakoni, mereka hanya bisa mencetak 2 gol. Ini tentu menyedihkan mengingat mereka punya sederet nama yang bermain produktif di klubnya masing-masing. Harry Kane, Ollie Watkins, Phil Foden, Cole Palmer, hingga Bukayo Saka adalah contoh dari sekian pemain yang kreatif.
Sebelum Euro 2024 bergulir, Inggris merupakan negara paling favorit untuk merengkuh gelar juara. Status sebagai finalis Euro 2020 membuat mereka dijagokan. Lantas, apa yang membuat performa mereka tidak bisa maksimal? Mari mengupasnya melalui ulasan berikut ini!
1. Tumpulnya lini serang Inggris jadi masalah utama

Faktor Inggris dijagokan menjadi juara Euro 2024 adalah berkat kualitas individu pemainnya. Harry Kane yang merupakan ujung tombak serangan The Three Lions tak setajam biasanya. Padahal, dia tampil gemilang bersama Bayern Munich dengan meraih gelar top skor Bundesliga Jerman 2023/2024. Namun, perannya tidak begitu terlihat di dalam permainan Inggris.
The Guardian mencatat, ada dua masalah utama Kane di yang membuatnya tumpul di lini serangan. Pertama, dia tidak terlihat sebagai striker pada umumnya untuk berada di depan gawang. Kedua, dia lebih sering menguasai bola alih-alih membuat percobaan tendangan. Menurut data dari FotMob, dia hanya membuat 4 peluang dari 3 laga dengan berbuah 1 gol.
Contoh lain ada pada diri Jude Bellingham. Musim debutnya bersama Real Madrid sensasional. Dia merupakan sumber kreativitas permainan tim dengan kontribusi 23 gol dan 13 assist dari 43 laga. Catatan tersebut sangat impresif bagi seorang debutan yang berposisi sebagai gelandang serang. Namun, dia tidak bisa mereplikasi penampilannya bersama Inggris.
Di atas kertas, Bellingham memang dipasang sebagai gelandang serang. Namun, sosok di belakangnya adalah Trent Alexander-Arnold, yang posisi aslinya bek kanan. Memang ada Declan Rice yang sebagai tandemnya. Namun, peran double pivot yang diterapkan mereduki kreativitasnya. Pemain Liverpool ini malah tidak maksimal dalam membantu kreativitas permainan sebab harus fokus menjaga lini tengah.
2. Eksperimen Gareth Southgate yang gagal total dalam membangun kreativitas permainan

Gareth Southgate tentu menjadi sorotan akibat performa buruk Inggris selama fase grup. Banyak yang menilai bahwa Inggris menjadi tim terburuk dari segi permainan di Euro 2024. Terlepas dari kelolosan ke babak 16 besar, ini juga sesuatu hal yang harus diperhatikan.
Keputusan memasang Alexander-Arnold sebagai gelandang yang paling menjadi pertanyaan. Tidak maksimalnya Bellingham dan Kane juga membuatnya dikritik. Sistem permainan yang dijalankan tidak terlihat seperti sebuah tim yang dipenuhi pemain bintang. Inggris minim kreativitas dan kesulitan membangun serangan dari strategi yang dijalankan.
Selain itu, nama-nama yang punya potensi mencairkan permainan juga tidak dipasang dari awal laga. Sebut saja Kobbie Mainoo yang tampil impresif di Manchester United. Dia hanya bermain 4 menit pada laga perdana, sedangkan laga kedua dia hanya di bangku cadangan. Penampilannya selama 45 menit di laga melawan Slovenia menjadi bukti kehadirannya penting.
Conor Gallagher yang dipasang sebagai starter gagal menunjukkan perannya sebagai gelandang kreatif. Ketika Mainoo masuk pada babak kedua, permainan Inggris menjadi lebih cair. Sosok gelandang murni ada dalam diri pemain 19 tahun ini. Dia bahkan dinilai memberikan dampak instan dalam permainan tersebut meski Inggris gagal menang.
3. Inggris lolos ke babak 16 besar dengan catatan minor

Jika dilihat dari segi performa, Inggris sejatinya bermain buruk di fase grup. Namun, tim-tim pesaing juga tidak lebih baik. Ini yang membuat mereka bisa lolos ke babak 16 besar sebagai juara grup. Ironi memang, tetapi inilah kenyataan yang sedang menimpa mereka.
Southgate tahu bahwa tekanan berada di pundaknya usai permainan yang tidak memuaskan. Eksperimennya dalam taktik bisa dibilang gagal total selama fase grup. Namun, dirinya tetap meminta dukungan penuh untuk bisa membenahi diri dan bermain lebih baik lagi.
Inggris punya banyak catatan minor di Euro 2024. Dari yang semula dijagokan juara, kini mereka belum tentu bisa lolos ke perempat final. Jika tidak ada perubahan ketika berlaga di babak 16 besar, bukan tidak mungkin The Three Lions bakal pulang lebih cepat dari Jerman.