Lika-liku Kisah Klub Sepak Bola di DKI Selain Persija Jakarta

Tak semuanya memiliki nasib baik seperti Persija Jakarta

Jakarta, IDN Times - Pegawai di lingkungan kerja Pemprov DKI sempat diimbau mengenakan seragam dinas dengan nuansa Persija, khususnya saat Macan Kemayoran tengah berlaga.

Sempat menimbulkan polemik, tetapi satu yang pasti, Jakarta sebagai satu wilayah memang diwarnai banyak klub sepak bola, baik yang profesional, mau pun yang amatir. Mulai dari klub yang pernah bermain di kata tertinggi, hingga Persija Jakarta, yang kini jadi salah satu klub tersukses di tanah air.

Lalu, apa saja, sih, klub sepak bola yang ada di ibu kota Indonesia ini selain Persija Jakarta?

1. PSJS, bergeliat pelan di tengah masifnya pertumbuhan Jakarta Selatan

Lika-liku Kisah Klub Sepak Bola di DKI Selain Persija JakartaTwitter/@jerseyligina

Berbicara Jakarta Selatan (Jaksel), banyak orang mungkin akan teringat gaya bicara warga Jaksel. Orang-orang gemar mencampur bahasa Indonesia dan Inggris dalam obrolan sehari-hari. Namun, Kotamadya Jakarta Selatan tak hanya soal gaya bahasa yang unik itu.

Sejak menjadi ‘kota baru’ di wilayah DKI Jakarta per tahun 1966, Jakarta Selatan memang berkembang sangat pesat dan menandingi level elite yang dimiliki Jakarta Pusat. Walau berasal dari wilayah yang tumbuh pesat, Jaksel nyatanya tak punya klub sepak bola semewah Persija Jakarta.

Walau begitu, ada nama PSJS di sana. Awalnya, PSJS berdiri karena sang saudara tua, Persija Jakarta, ingin agar pengembangan sepak bola juga menjamah wilayah selatan. Mendapat restu, lalu berdirilah sebuah klub dengan nama Persija Selbar (Selatan-Barat) pada 11 Maret 1975.

Seiring waktu, Persija Selbar lalu berpisah dan masing-masing menjadi PSJS dan Persija Barat (untuk wilayah Jakarta Barat). Perpisahan ini yang mengawali langkah PSJS menjadi klub mandiri.

Walau begitu, PSJS sejatinya mengalami nasib yang sama seperti dialami klub Jakarta lain selain Persija Jakarta, yakni tidak mendapat perhatian memadai.

Namun, ketika klub seperti Persitara Jakarta Utara mengalami masalah eksistensi, PSJS secara luar biasa mampu selamat dan terus ada. Semua itu berkat campur tangan dari Asosiasi Kota (Askot) PSSI Jakarta Selatan.

Di level grassroots, Askot Jaksel rutin mengadakan kompetisi untuk kelompok umur U-11, U-15, hingga U-17. Selain itu, mengusung bendera Askot Jaksel juga, pembentukan tim senior PSJS diinisiasi.

PSJS kini masih eksis di Jakarta Selatan, tapi kini klub tersebut ganti nama jadi Jaksel FC sejak tahun 2022. Jaksel FC kini bermain di Liga 3 Zona DKI Jakarta.

Sebagai klub yang ada di wilayah yang tengah tumbuh pesat seperti Jaksel, klub ini nyatanya masih tertatih. Walau begitu, Jaksel FC masih terus ada dan berjuang menjaga eksistensinya.

Baca Juga: Anies Ingin PNS DKI Jakarta Pakai Baju Persija, Termasuk Saat Rapat

2. Persitara, saudara muda dari utara yang sempat bersaing dengan Macan Kemayoran

Lika-liku Kisah Klub Sepak Bola di DKI Selain Persija JakartaIDN Times/Muhammad Arief Rahmat

Sama seperti PSJS dan beberapa klub Jakarta lainnya, Persitara juga lahir dari keputusan Persija Jakarta yang ingin mewadahi pertumbuhan sepak bola di wilayah-wilayah DKI Jakarta. Kala itu, pada 1976, muncullah Persija Timut (Timur-Utara).

Berselang tiga tahun sejak dibentuk, Persija Timur kemudian dibagi dua menjadi Persija Timur, yang kini rutin berlatih dan bermain di Stadion Bea Cukai, Rawamangun, Jakarta Timur, sementara di utara, muncul Persitara Jakarta Utara. Di utara pula, kemudian muncul kelompok suporter Persitara yang kelak mampu menandingi fanatisme dan kemeriahan The Jakmania, yakni NJ Mania.

Persitara bisa dibilang saudara muda Persija Jakarta yang mampu menandingi level kompetitif sang saudara tua. Pada musim kompetisi 2006, Laskar Si Pitung, julukan Persitara, mampu satu divisi dengan Macan Kemayoran.

Munculnya Persitara di kasta tertinggi kala itu membawa angin segar bagi publik sepak bola ibu kota. Kala itu, masih bercokol Persijatim (yang kini sudah menjadi Sriwijaya FC) yang disesaki pemain berbakat tapi minim suporter.

Persitara hadir di utara ibu kota untuk menjadi kebanggaan publik Jakarta Utara. Bermarkas di Stadion Tugu, Si Pitung juga pernah sekali mencuri kemenangan atas Ismed Sofyan dan kolega kala itu.

Sayang, pada 2010, Laskar Si Pitung harus terdegradasi. Imbasnya, mereka sulit bangkit sampai saat ini. Kesulitan finansial hingga masalah klasik, inkonsistensi di jajaran manajemen, membuat Persitara kini bak hidup segan mati pun tak mau.

Satu-satunya yang membuat klub ini masih eksis hanya satu: loyalitas dari NJ Mania yang tak pernah luntur.

3. Persija Barat, menjaga eksistensi lewat pembinaan bibit muda

Lika-liku Kisah Klub Sepak Bola di DKI Selain Persija JakartaIDN Times/Muhammad Arief Rahmat

Seperti sudah disinggung sedikit di bagian terkait PSJS di atas, Persija Barat memang lahir berbarengan dengan PSJS dengan nama awal kala itu Persija Selbar (Selatan-Barat). Seiring waktu, ketika PSJS “memerdekakan diri”, Persija Barat kemudian menjadi entitas tunggal baru di Jakarta Barat.

Bila sebelumnya rutin menggunakan Stadion Bulungan, Jakarta Selatan, kini Cupang Serit, julukan Persija Barat, memfokuskan diri kepada pembinaan pemain muda dan rutin berlatih di Stadion Cenderawasih, Cengkareng, Jakarta Barat.

Sepanjang sejarahnya, Persija Barat memang tak mencolok seperti Persitara, yang mampu bersaing dengan Persija Jakarta. Sebaliknya, prestasi terbaiknya hanya mentas di Divisi Satu Liga Indonesia pada 2012 lalu. Setelahnya, mereka hanya berkompetisi di Liga Nusantara, Piala Soeratin, dan mentas dii Liga 3 regional DKI Jakarta.

Sejak berpisah dari PSJS, Persija Barat seolah memiliki prioritas mengembangkan bibit-bibit muda di lingkup kompetisi internal Askot PSSI Jakarta Barat. Mirip dengan yang dilakukan saudara kembarnya, PSJS, Persija Barat juga rutin membina pemain dari kelompok umur U-13, U-15, hingga U-17.

Nasib baik yang tak kalah krusial, dibandingkan PSJS dan Persitara, Persija Barat lebih beruntung karena mampu rutin mengadakan latihan dan kompetisi internal di Stadion Cenderawasih. 

Walau tak banyak berprestasi dan bergelimang trofi, setidaknya, napas Persija Barat dengan pengembangan bibit-bibit mudanya, layak diapresiasi setinggi mungkin. Bukan tak mungkin, kelak akan ada bibit-bibit dari Persija Barat yang mentas di Liga 1 seperti halnya ketika PSJS mengorbitkan Syamsir Alam hingga Amarzukih.

Baca Juga: Wacana Baju PNS Bernuansa Persija, NJ Mania Kritik Anies Baswedan

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria
  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya