Jadi Ketua DPD RI, Ini Jejak Kontroversi La Nyalla sebagai Ketum PSSI

Sebelum dipimpin Edy Rahmayadi, La Nyalla adalah nama yang hadir di tampuk kekuasaan PSSI. Hanya dalam waktu singkat saja, dari 2015-2016, La Nyalla memimpin PSSI dalam era turbulensi yang penuh gejolak.

Saat masuk, ia dihadapkan dengan pembekuan dari Menpora karena PSSI tak mengizinkan Persebaya dan Arema Indonesia untuk mengikuti liga resmi. Di bawah pimpinan La Nyalla juga, PSSI dihukum oleh FIFA tepatnya melalui surat sanksi yang dikirimkan pada 30 Mei 2015, hari penuh sejarah gelap bagi sepakbola Indonesia.

Ketika menghadapi hukuman FIFA, praktis pendanaan PSSI mengalami masalah besar. Di kala-kala gelap seperti itu, La Nyalla menggunakan dana pribadinya untuk menyuntikkan napas bagi federasi yang dipimpinnya itu.

Untuk menjalankan liga dan operasional lain, dikabarkan, La Nyalla mengeluarkan dana dari kocek pribadinya hingga puluhan miliar, walau untuk saat ini, IDN Times belum mengonfirmasi jumlah angka pastinya.

Oleh karena itu pula, konon, La Nyalla menuntut PSSI untuk melunasi semua dana itu yang dianggap La Nyalla sebagai utang.

Seharusnya memimpin hingga 2019, nyatanya, La Nyalla lengser di tengah jalan. Kasus dana hibah dari Pemprov Jawa Timur yang menjeratnya, membawa nama La Nyalla ditetapkan jadi tersangka. Walau begitu, Pengadilan Tipikor Surabaya membebaskannya dari tuntutan.

Walau begitu, Kongres Luar Biasa PSSI 2016 menuntut La Nyalla untuk mundur. Nama Hinca Panjaitan kemudian ditunjuk menjadi Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI sebelum kemudian voters memilih nama sang Ketum ikonik, Edy Rahmayadi.