Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kemunduran Karier Ruud Gullit Usai Kalah di Derbi Tyne-Wear pada 1999

ilustrasi pertandingan
ilustrasi pertandingan (pixabay.com/Pyxis-Web-Solutions)
Intinya sih...
  • Ruud Gullit meraih hasil yang cukup menjanjikan pada musim pertamanya sebagai pelatih Newcastle United
  • Ruud Gullit gagal membawa Newcastle United menang atas Sunderland pada 25 Agustus 1999
  • Ruud Gullit memilih hengkang dari Newcastle United
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Keberhasilan Sunderland promosi ke English Premier League (EPL) 2025/2026 membuat Derbi Tyne-Wear kembali tersaji di kasta teratas sepak bola Inggris. Pertarungan mereka dengan Newcastle United memang menjadi salah satu laga terpanas di negara yang kini dipimpin Raja Charles III tersebut. Ruud Gullit merupakan salah satu orang yang merasakan dampak paling buruk dari kekalahan pada pertandingan ini.

Legenda asal Belanda tersebut berstatus sebagai pelatih Newcastle ketika menghadapi Sunderland pada 25 Agustus 1999. The Magpies yang bermain di kandang, St James’ Park, kalah comeback dengan skor 1-2. Tiga hari berselang, Gullit mengumumkan pengunduran dirinya. Ironisnya, hasil tersebut bukan hanya menyudahi kekuasaannya di Newcastle, melainkan mengawali pula kemunduran karier kepelatihannya.

1. Ruud Gullit meraih hasil yang cukup menjanjikan pada musim pertamanya sebagai pelatih Newcastle United

Ruud Gullit bergabung dengan Newcastle United pada 27 Agustus 1998. Ia dipilih untuk menggantikan Kenny Dalglish yang dipecat ketika The Magpies baru melakoni dua pertandingan di Premier League 1998/1999. Pria yang lahir di Amsterdam pada 1 September 1962 ini datang ke St. James’ Park dengan reputasi mentereng. Ia membawa Chelsea menjuarai Piala FA 1996/1997 sebagai pemain sekaligus pelatih.

Gullit lantas memimpin Newcastle dengan status tunggal sebagai pelatih. Ia resmi gantung sepatu pada akhir 1997/1998. Hebatnya, pada musim debutnya, Gullit kembali berhasil melenggang ke partai puncak Piala FA. Sayangnya, ia dan Newcastle kalah 0-2 dari Manchester United yang meraih treble winners. Namun, capaian ini sudah cukup membuat Gullit mengambil hati pendukung klub.

2. Ruud Gullit gagal membawa Newcastle United menang atas Sunderland pada 25 Agustus 1999

Sayangnya, setelah musim pertama yang positif, Ruud Gullit dan Newcastle United mengawali 1999/2000 dengan babak belur. Mereka kalah dalam tiga pertandingan pertama di Premier League. Newcastle dibekuk 0-1 oleh Aston Villa di kandang dan kalah 1-3 dari Tottenham Hotspur serta 2-4 dari Southampton saat bermain tandang. Ketika kembali tampil di rumah pada pekan keempat, Newcastle cuma seri 3-3 melawan Wimbledon. Padahal, mereka sempat unggul 3-1. Ketegangan pun mencapai puncaknya pada pekan kelima. Newcastle dipermalukan sang rival, Sunderland, di St. James’ Park dengan skor 1-2. Newcastle memimpin lebih dulu melalui gol Kieron Dyer pada menit 28. Namun, mereka kalah akibat gol Niall Quinn (64’) dan Kevin Phillips (75’).

Situasi begitu runyam setelah kekalahan signifikan tersebut. Masa depan Gullit mulai dipertanyakan. Kondisi makin tidak kondusif karena konflik Gullit dengan Alan Shearer dan Duncan Ferguson akibat keputusannya tidak memasang dua striker senior itu sebagai starter. Gullit memang memainkan keduanya pada babak kedua. Namun, dalam konferensi pers setelah pertandingan, ia mengeluarkan komentar yang menyebut Newcastle gagal mengejar ketertinggalan karena performa mengecewakan mereka. Sehari setelah derbi, Shearer dan Ferguson mendatangi Gullit di ruangannya untuk mengonfrontasinya. Sejumlah laporan menyebut mereka begitu emosi hingga membuat engsel pintu rusak sebagai dampak dari bantingan.

3. Ruud Gullit memilih hengkang dari Newcastle United

Meski penuh tekanan usai kalah dari Sunderland pada 25 Agustus 1999, Ruud Gullit mengungkapkan pada kemudian hari bahwa petinggi Newcastle United sebetulnya memohon kepadanya untuk bertahan. Sang agen, Phil Smith, juga sempat menyatakan secara terbuka pada saat itu bahwa ada kemungkinan Gullit melanjutkan tugasnya. Namun, 3 hari berselang, tepat 1 tahun 1 hari setelah ditunjuk sebagai pelatih Newcastle, Gullit menyampaikan pengunduran dirinya.

Ironisnya, dalam pernyataan resminya, Gullit menyebut alasan terbesar dirinya mengambil keputusan ini adalah karena kehidupan pribadinya yang mulai terganggu. Ia mengaku bisa menerima kritik dan tekanan akibat hasil yang buruk. Namun, Gullit menegaskan tidak bisa lagi menoleransi ketika keluarganya di Belanda juga mendapat serangan sehingga ikut menanggung penderitaan. Newcastle lantas memilih Bobby Robson sebagai pengganti Gullit.

4. Karier kepelatihan Ruud Gullit mengalami kemunduran setelah meninggalkan Newcastle United

Nahas, pengunduran diri dari Newcastle United sekaligus menandai kemunduran karier kepelatihan Ruud Gullit. Ia baru kembali melatih pada 2004 di Feyenoord. Namun, Gullit cuma bertahan semusim. Gullit harus menunggu hingga 2 tahun untuk mendapat pekerjaan selanjutnya. Ia memimpin Los Angeles Galaxy, tetapi cuma 19 pertandingan. Menurut laporan, Gullit kembali berkonflik dengan para pemain bintang di tim tersebut, seperti Landon Donovan, hingga sang manajer, Alexi Lalas.

Pada 2011, Gullit secara mengejutkan menerima tawaran untuk melatih klub Liga Rusia, Terek Grozny. Langkah Gullit ini memancing pertanyaan karena mereka berbasis di Chechnya yang merupakan wilayah konflik. Finansial disebut-sebut sebagai alasan Gullit bersedia memimpin Grozny. Pada akhirnya, Gullit dipecat setelah bertugas dalam 13 pertandingan. Pekerjaan pemungkas Gullit di dunia kepelatihan per 13 Desember 2025 adalah asisten di Timnas Belanda pada Juni 2017—November 2017.

Ruud Gullit merupakan salah satu pemain paling legendaris. Namun, ia tidak merasakan kesuksesan yang sama sebagai pelatih. Kariernya mulai hancur usai kekalahan di Derbi Tyne-Wear pada 25 Agustus 1999.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

Kabaddi: Sejarah, Cara Bermain, dan Aturan Permainan

17 Des 2025, 11:39 WIBSport