Kenapa Banyak Pemain Muda yang Menjual Kariernya ke Arab Saudi?

- Kedatangan pemain bintang seperti Cristiano Ronaldo membuka pintu bagi pemain muda untuk mempertimbangkan Liga Pro Saudi sebagai destinasi karier.
- Liga Pro Saudi berhasil membangun citra sebagai liga yang ambisius dan berani dengan menggelontorkan dana fantastis untuk mendatangkan bintang-bintang top Eropa.
- Direktur olahraga Liga Pro Saudi, Michael Emenalo, mengubah strategi transfer klub-klub Arab Saudi dengan fokus pada pemain muda berbakat dan melakukan perubahan regulasi penting.
Sepak bola dunia kini tengah dihebohkan dengan fenomena baru. Makin banyak pemain muda yang memilih untuk melanjutkan kariernya ke Arab Saudi. Fenomena ini bukan kebetulan, melainkan hasil dari berbagai strategi yang dijalankan klub-klub Liga Pro Saudi.
Sebelumnya, pencinta sepak bola mungkin hanya bisa melihat pemain-pemain hijrah ke sana mendekati masa pensiun. Sekarang, wajah-wajah muda yang menjanjikan pun ikut tertarik. Kenapa banyak pemain muda yang menjual kariernya ke Arab Saudi?
Akan menarik membahas berbagai faktor yang membuat para pemain muda tergoda untuk merumput ke Liga Pro Saudi, mulai dari eksodus pemain bintang hingga regulasi baru yang menguntungkan. Coba kupas bersama alasan di balik tren ini, yang kian hari kian jadi sorotan dunia sepak bola.
1. Kedatangan bintang dunia membuka pintu bagi pemain muda untuk melakukan langkah serupa
Ketika Cristiano Ronaldo memutuskan untuk bergabung dengan Al Nassr, dunia sepak bola mulai menoleh Liga Pro Saudi. Kedatangan megabintang ini membuka pintu bagi pemain lain, baik senior maupun junior, untuk mempertimbangkan langkah serupa. Klub-klub Saudi makin gencar memburu nama-nama besar demi meningkatkan daya tarik liga mereka. Dengan investasi besar-besaran, mereka ingin menunjukkan Liga Pro Saudi bukan sekadar tempat persinggahan.
Para pemain muda yang ingin bermain dengan idola mereka merasa terinspirasi untuk mengikuti jejak ini. Dalam 2 tahun terakhir, Liga Pro Saudi berhasil membangun citra sebagai liga yang ambisius dan berani mengambil risiko besar. Mereka tak ragu menggelontorkan dana fantastis untuk mendatangkan bintang-bintang top Eropa. Hasilnya, nama-nama seperti N’Golo Kante, Edouard Mendy, Karim Benzema, hingga Neymar Jr mulai berdatangan, menjadikan liga ini makin diperhitungkan di panggung sepak bola dunia.
2. Klub-klub Arab Saudi mulai menunjukkan keseriusan dalam membangun fondasi tim
Tren baru yang menarik adalah bagaimana klub-klub Arab Saudi mulai gencar mendatangkan pemain muda berbakat. Mereka tak lagi hanya membidik pemain berusia 30 tahun ke atas, tetapi juga para pemain 20-an yang masih memiliki masa depan panjang di dunia sepak bola. Strategi ini diambil demi membangun kekuatan liga yang berkelanjutan, bukan sekadar sensasi yang cepat berlalu.
Perubahan besar terlihat pada bursa transfer musim panas 2024. Al-Ittihad menunjukkan keberanian dengan berinvestasi kepada pemain pada usia emas, seperti Moussa Diaby, Steven Bergwijn, dan Houssem Aouar yang berusia 26 tahun serta Isaias Rodriguez yang baru berusia 19 tahun. Al-Nassr juga memperkuat skuad dengan merekrut Mohammed Simakan yang berusia 24 tahun, Angelo dan Wesley yang sama-sama berusia 19 tahun, hingga Jhon Duran (21 tahun) dari Aston Villa. Dengan pola rekrutmen ini, klub-klub Saudi mulai menunjukkan keseriusan dalam membangun fondasi tim yang solid untuk masa depan.
3. Kehadiran Michael Emenalo membawa visi membangun kekuatan lewat pemain muda
Salah satu alasan utama di balik perubahan strategi transfer Liga Pro Saudi adalah kehadiran Michael Emenalo. Pria asal Nigeria ini resmi menjadi direktur olahraga Saudi Pro League pada awal musim 2023/2024. Sejak saat itu, ia mulai mengarahkan klub-klub Arab Saudi untuk beralih dari memburu pemain senior menuju fokus membangun kekuatan lewat pemain muda berbakat. Kehadirannya membawa warna baru yang perlahan mengubah wajah kompetisi tersebut.
Emenalo bukan nama asing di dunia sepak bola. Perjalanannya di balik layar bersama Chelsea pada 2007 sebagai kepala pencari bakat membawanya menemukan talenta seperti Gael Kakuta, Daniel Sturridge, dan Nemanja Matic. Pada 2017, ia bergabung dengan AS Monaco dan membangun sistem transfer cerdas yang membuat klub tersebut mampu menjual pemain top seperti Kylian Mbappe, Thomas Lemar, dan Fabinho dengan nilai fantastis. Kini, Emenalo mencoba menghadirkan ekosistem serupa di Arab Saudi, dengan visi menjadikan liga lebih kompetitif dan berkelanjutan untuk masa depan yang lebih cerah.
4. Adanya regulasi 2 dari 10 pemain asing wajib berusia di bawah 21 tahun
Untuk mewujudkan visi tersebut, Michael Emenalo mengambil langkah tegas dengan mengubah beberapa regulasi penting. Salah satu aturan baru yang diterapkan adalah mengenai jumlah pemain asing. Mulai 2024/2025, tiap klub di Liga Pro Arab Saudi diperbolehkan memiliki 10 pemain asing, meningkat dari 8 pemain pada musim sebelumnya. Perubahan ini membuka peluang lebih besar bagi klub untuk memperkuat skuad mereka dengan talenta internasional.
Namun, ada ketentuan unik yang harus dipatuhi. Dua dari sepuluh pemain asing tersebut wajib berusia di bawah 21 tahun atau lahir setelah 2003. Aturan ini mendorong klub agar tidak hanya fokus kepada hasil instan, tetapi juga memastikan adanya regenerasi yang sehat di dalam tim. Selain itu, jumlah total pemain dalam satu tim kini dibatasi maksimal 25 orang, turun dari sebelumnya yang bisa lebih dari 30 pemain, dengan tambahan pemain hanya diperbolehkan jika berusia di bawah 21 tahun.
5. Liga Pro Saudi menargetkan klub berisikan pemain muda agar usia skuadnya lebih panjang
Melalui perubahan ini, Liga Pro Saudi menargetkan terciptanya keseimbangan antara daya tarik bagi bintang internasional berpengalaman dan penguatan aspek penting dalam dunia sepak bola Arab Saudi. Salah satu fokus utamanya adalah meningkatkan persaingan yang sehat dan intens di liga. Jika nantinya klub berisikan mayoritas pemain muda, maka usia skuadnya bisa lebih panjang dan stabil.
Pemain muda memiliki potensi untuk berkembang lebih jauh dibandingkan pemain veteran yang masa keemasannya singkat. Contohnya adalah Al-Ahli yang merekrut bintang muda PSV Eindhoven, Matteo Dams, dengan nilai transfer sebesar 10 juta euro (172 miliar rupiah). Dams yang masih berusia 20 tahun tentu lebih murah dibandingkan pemain senior. Klub berharap performa apiknya akan menaikkan nilai jual pada masa depan. Dengan strategi ini, bisnis transfer pun menjadi lebih dinamis dan menguntungkan.
6. Gaji tinggi hingga bermain dengan idola adalah alasan kuat pemain muda tergoda datang
Bagi para pemain muda, bermain ke liga yang jauh dari Eropa memang berisiko. Namun, ada daya tarik yang sulit ditolak. Misalnya, gaji tinggi, fasilitas mewah, dan popularitas yang mendunia. Status sebagai pemain asing di Arab Saudi menjamin mereka mendapatkan perlakuan istimewa, yang tak selalu mereka dapatkan di Eropa.
Selain itu, ada pula alasan emosional. Beberapa pemain muda rela meninggalkan Eropa demi kesempatan bermain dengan idola mereka. Contohnya, Jhon Duran yang bergabung dengan Al-Nassr karena ingin bermain bersama Cristiano Ronaldo, sosok yang sangat ia kagumi sejak kecil. Kesempatan seperti itu dianggapnya langka dan tidak datang dua kali, sehingga karier di Eropa pun bisa dibangun kembali pada masa depan.
Dengan berbagai strategi dan perubahan yang dilakukan, Liga Pro Saudi kini tak hanya menjadi destinasi akhir karier para pemain senior. Kompetisi ini mulai membangun fondasi kuat yang melibatkan pemain muda berbakat, menjadikan liga lebih dinamis, kompetitif, dan penuh potensi. Masa depan sepak bola Arab Saudi tampak makin cerah. Dunia pun mulai menaruh perhatian lebih pada perkembangan menarik ini.