Kenapa Performa Chelsea Inkonsisten sejak Pekan 17 EPL 2024/2025?

Chelsea menampilkan performa inkonsisten di English Premier League (EPL) sejak Desember 2024. The Blues hanya meraih 2 kemenangan dari 9 pertandingan EPL terakhir sejak pekan 17 pada 22 Desember 2024. Chelsea juga tersingkir dari Piala FA usai kalah 1-2 dari Brighton & Hove Albion pada babak keempat pada 8 Februari 2025.
Padahal, The Blues sempat tampil apik dalam 16 laga awal EPL 2024/2025. Permainan menyerang dengan sistem permainan kolektif membuat Chelsea menempati peringkat empat besar klasemen sementara EPL per pekan 16 EPL 2024/2025. Namun, penampilan The Blues inkonsisten sejak seri 0-0 kontra Everton pada pekan 17.
Lantas, kenapa performa Chelsea menurun signifikan dan terlempar ke peringkat keenam klasemen sementara EPL per pekan 25? Berikut analisisnya.
1. Sering kali bikin kesalahan di lini pertahanan
Chelsea memiliki masalah di sektor pertahanan. Berbagai faktor memengaruhi penurunan performa lini belakang The Blues, seperti cedera para pemain inti, komposisi empat bek yang sering kali berganti-ganti, sampai blunder kiper. Chelsea kebobolan 15 kali dari 9 laga terakhir EPL. Mereka hanya mencatat sekali nirbobol saat seri 0-0 menghadapi Everton pada pekan 17.
Salah satu faktor penurunan performa lini belakang Chelsea adalah cedera para pemain inti. Chelsea kehilangan Wesley Fofana sampai akhir musim akibat cedera saat menang 3-0 atas Aston Villa pada pekan 13. Selain itu, Benoit Badiashile juga mengalami cedera hamstring. Sementara, Levy Colwill beberapa kali absen akibat masalah kebugaran. The Blues sampai memanggil kembali Trevoh Chalobah dan Aaron Anselmino dari masa peminjaman di Crystal Palace dan Boca Juniors. Akibatnya, lini belakang Chelsea menjadi kurang kompak seiring dengan bergonta-ganti pasangan bek tengah.
Di samping itu, kiper Chelsea, Robert Sanchez, beberapa kali melakukan blunder yang berujung gol. Itu seperti yang terjadi kala Chelsea kalah 1-3 dari Manchester City pada pekan 23. Sanchez tidak berkomunikasi dengan baik kala Marc Cucurella hendak membuang bola sehingga bola tepisannya langsung direbut Josko Gvardiol pada gol pertama Manchester City. Ditambah lagi, Sanchez mengejar bola sampai keluar kotak penalti saat Trevoh Chalobah seharusnya bisa menyapu bola. Kedua pemain itu mati langkah dan gawang dibobol Erling Haaland.
2. Terlalu mengandalkan Cole Palmer di lini depan
Chelsea sebenarnya memiliki kedalaman pemain di lini depan. Namun, mereka terlalu bergantung kepada Cole Palmer. Saat Palmer bermain buruk, pemain lain gagal mengambil peran untuk mencetak gol. Misalnya, Nicolas Jackson yang terakhir mencetak gol di EPL saat Chelsea menang 2-1 atas Brentford pada pekan 16. Ia belum menorehkan gol dalam delapan laga beruntun. Jackson bahkan menyia-nyiakan peluang di depan gawang ketika mendapat umpan matang dari Palmer saat Chelsea kalah 1-3 dari Manchester City.
Palmer sendiri terakhir kali menorehkan gol saat Chelsea seri 2-2 menghadapi AFC Bournemouth pada pekan 21. Ia belum mencetak gol dalam 4 pertandingan beruntun dari pekan 22 sampai 25. Sementara itu, Christopher Nkunku yang menggantikan Jackson di lini depan baru mencetak 2 gol dalam 21 laga EPL. Ia terakhir kali membobol gawang lawan saat Chelsea membantai Southampton 5-1 pada pekan 14. Tumpulnya lini depan Chelsea membuat mereka kesulitan mencetak gol. Padahal, The Blues selalu bermain menyerang dan menciptakan peluang, tetapi para pemain lini depan gagal mengonversinya menjadi gol.
3. Strategi menyerang dengan penguasaan bola Enzo Maresca kurang efektif
Pelatih Chelsea, Enzo Maresca, mengusung sistem permainan menyerang dengan pendekatan penguasaan bola dalam formasi 4-2-3-1 yang sering menjadi 3-2-2-3. Strategi ini berhasil mengangkat performa Chelsea dalam 16 pertandingan pertama EPL pada 2024/2025. Dilansir laman resmi Premier League, Chelsea menguasai 56,9 persen bola dengan catatan rata-rata sentuhan 696,4, fast breaks 2,1, dan serangan cepat dengan direct football 3,1.
Namun, skema permainan menyerang ini akhirnya terbaca lawan-lawan Chelsea, plus penampilan inkonsisten para pemain di semua lini. Chelsea memang lebih banyak menguasai bola dengan persentase mencapai 62,2 persen dan sentuhan 753,4. Sayangnya, mereka kurang agresif saat melancarkan serangan ke sepertiga pertahanan lawan dengan rata-rata fast breaks menurun 0,9 dan serangan direct 1,8. Alhasil, The Blues hanya bisa menorehkan 10 gol dalam 9 laga terakhir di EPL.
Ketiga faktor di atas menjadi penyebab utama penurunan performa Chelsea di semua kompetisi, terutama EPL. Meski begitu, hal tersebut masih terbilang wajar mengingat The Blues baru mengganti pelatih dan mendatangkan banyak pemain baru pada musim panas 2024. Mereka masih dalam proses membangun identitas dan filosofi permainan dengan materi pemain cenderung muda. Meski begitu, peluang Chelsea untuk finis di peringkat empat besar terancam apabila tidak segera memperbaiki performa dan meraih kemenangan secara konsisten.