Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kepemimpinan Arne Slot di Liverpool Tengah Diuji Usai 3 Kekalahan

potret gerbang Anfield stadium, markas Liverpool FC
potret gerbang Anfield stadium, markas Liverpool FC (pexels.com/bohlemedia)
Intinya sih...
  • Performa Liverpool menurun drastis setelah tiga kekalahan beruntun
  • Pemain anyar belum menyatu dengan filosofi permainan Arne Slot, mempengaruhi produktivitas gol
  • Cedera beruntun dan masalah performa individu memperumit situasi Liverpool, ditambah tekanan dari lawan yang telah belajar mengatasi pola permainan mereka
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Liverpool sedang memasuki periode paling rumit sejak Pelatih Arne Slot mengambil alih kursi kepelatihan dari Juergen Klopp. Untuk pertama kali dalam kariernya, pelatih asal Belanda itu menelan tiga kekalahan beruntun, termasuk kekalahan dramatis 1-2 dari Chelsea pada pekan ketujuh English Premier League (EPL) 2025/2026. Meski masih berada di papan atas Premier League, performa The Reds menunjukkan gejala kehilangan kendali dan kestabilan yang selama ini menjadi ciri khas mereka.

Musim lalu, Slot mengubah wajah Liverpool menjadi tim yang efisien dan terkontrol, tetapi kini struktur itu tampak rapuh. Kekalahan beruntun dari Crystal Palace, Galatasaray, dan Chelsea memperlihatkan betapa cepat dinamika bisa berubah dalam sepak bola papan atas Inggris. Tantangan terbesar Slot kini bukan hanya meraih kemenangan, melainkan juga menjaga Liverpool tetap kompetitif di tengah perubahan taktik, adaptasi pemain baru, serta tekanan mental yang menguji kapasitasnya sebagai pelatih elite.

1. Pemain anyar Liverpool belum memahami dinamika rotasi posisi ala Arne Slot

Arne Slot datang dengan visi menjadikan Liverpool lebih dominan dalam penguasaan bola dan lebih efektif menghadapi tim bertahan. Filosofi itu merupakan lanjutan dari pendekatan progresifnya di Feyenoord, dengan penekanan kepada rotasi posisi, permainan kombinasi sempit, serta progresi vertikal melalui lini tengah. Untuk mendukung ambisi tersebut, Liverpool berinvestasi besar pada bursa transfer musim panas 2025, mengeluarkan total lebih dari 450 juta pound sterling atau setara Rp10,046 triliun, termasuk 116 juta pound sterling (Rp2,589 triliun) untuk Florian Wirtz dan rekor klub 125 juta pound sterling (Rp2,790 triliun) untuk Alexander Isak. Keduanya diharapkan membawa kreativitas dan efisiensi baru dalam serangan.

Namun, hasilnya belum sesuai harapan. Wirtz justru banyak menerima bola di area yang lebih dalam karena minimnya suplai dari belakang usai kepergian Trent Alexander-Arnold. Ia berperan sebagai penghubung antarlini, tetapi jarang muncul di area sepertiga akhir yang menjadi kekuatannya di Bayer Leverkusen. Isak, di sisi lain, masih mencari ketajaman setelah datang tanpa pramusim penuh dan tampil tidak bugar. Ketika keduanya belum sepenuhnya menyatu, sistem yang dibangun Slot kehilangan keseimbangan antara eksplorasi ide baru dan efektivitas lama.

Liverpool kini mengalami penurunan produktivitas gol dari permainan terbuka dan semakin bergantung kepada situasi bola mati. Mengutip The Times, dalam 19 laga pertama 2024/2025, mereka mencetak 40 gol dari permainan terbuka. Akan tetapi, pada paruh kedua jumlah itu menurun drastis menjadi 27.

Pola yang sama berlanjut musim ini. Gaya menyerang yang semula cair berubah menjadi kaku karena banyak pemain belum memahami dinamika rotasi Slot. Dilema pun muncul, antara mempertahankan sistem lama yang efisien atau terus memaksakan bentuk baru yang belum matang. Evolusi yang diniatkan sebagai langkah maju justru berisiko menimbulkan disorientasi taktik di dalam skuad.

2. Masalah performa individu dan kedalaman skuad kian mempersulit situasi Liverpool

Masalah internal menjadi faktor lain yang memperumit situasi Arne Slot di Liverpool. Cedera beruntun melanda lini belakang dan membuat rotasi pemain kacau. Ibrahima Konate harus ditarik keluar pada laga melawan Chelsea akibat masalah pada paha, sementara Andy Robertson meninggalkan Stamford Bridge dengan tertatih karena benturan keras. Alisson Becker juga mengalami cedera hamstring saat melawan Galatasaray dan harus absen selama beberapa pekan. Absennya pemain-pemain kunci itu memaksa sang pelatih melakukan penyesuaian ekstrem di struktur pertahanan.

Dalam laga melawan Chelsea, Ryan Gravenberch bahkan dimainkan sebagai bek tengah, sedangkan Dominik Szoboszlai diposisikan di bek kanan menggantikan Conor Bradley. Keputusan-keputusan semacam itu menunjukkan goyahnya kedalaman skuad dan ketidakseimbangan antara lini serang dan pertahanan. Di lini depan, Mohamed Salah justru menumbulkan dilema baru bagi Slot. Ia diberi kebebasan ofensif untuk tetap berada di area sepertiga akhir lawan, tetapi kebebasan itu menciptakan kelemahan di sisi kanan yang sering terekspos ketika lawan melakukan transisi cepat.

Ketajaman Salah juga menurun, baik dari sisi efektivitas maupun kontribusi defensif. Pemain Mesir itu beberapa kali gagal memanfaatkan peluang penting, seperti saat tembakannya melebar pada babak kedua melawan Chelsea. Situasi ini makin runyam ketika pemain seperti Alexis Mac Allister dan Cody Gakpo tampil di bawah performa terbaik, sementara Florian Wirtz dan Milos Kerkez masih beradaptasi dengan skema Slot. 

Akibat kondisi tersebut, Liverpool tampak kesulitan mempertahankan kendali permainan sebagaimana disorot kolumnis BBC, Danny Murphy. Ia menilai struktur pressing dan transisi tim kini tidak sekuat musim sebelumnya. Dalam berbagai laga, tim asuhan Slot kerap kehilangan integrasi dan ritme, terutama pada fase akhir pertandingan.

3. Lawan kini telah belajar bagaimana mengatasi pola permainan Liverpool

Jika musim lalu Arne Slot diuntungkan oleh efek kejutan sebagai penerus Juergen Klopp, musim ini ia menghadapi lawan yang sudah siap sepenuhnya. Setelah sukses menjuarai Premier League, semua tim kini memandang Liverpool sebagai target utama untuk dikalahkan. Slot sendiri mengakui, pendekatan lawan telah berubah drastis, tidak ada lagi tim yang mau bermain terbuka melawan mereka. Banyak lawan kini bertahan rapat dan mengandalkan serangan balik cepat, pola yang sukses dieksploitasi Crystal Palace, Galatasaray, dan Chelsea yang menjadi pukulan berat bagi Liverpool.

Menurut BBC, dalam kekalahan 1-2 dari Chelsea, 39 persen serangan lawan datang dari sisi kanan pertahanan Liverpool akibat ruang kosong yang ditinggalkan Mohamed Salah. Sementara itu, Crystal Palace dan Galatasaray memanfaatkan kesalahan individual serta kelengahan transisi untuk mencetak gol penentu. Liverpool tidak lagi bisa mengandalkan keunggulan intensitas seperti musim lalu karena lawan telah belajar beradaptasi dengan sistem Slot. Hal ini terbukti dari penurunan gol dari permainan terbuka dan meningkatnya ketergantungan kepada set-piece untuk memecah kebuntuan.

Tekanan terhadap Liverpool juga datang dari opini publik yang kian keras. Beberapa pengamat menilai tim terlalu bergantung kepada keberuntungan karena kerap memenangi laga lewat gol-gol telat. Ada pula yang menganggap penurunan performa musim ini sebagai bukti keberhasilan tahun lalu yang sulit terulang.

DataThe Athletic menunjukkan kenyataan yang lebih kompleks dengan Liverpool hanya menghadapi sembilan tembakan tepat sasaran dalam lima laga Premier League 2025/2026 dan memiliki expected goals against (xGA) lebih rendah dibanding jumlah gol yang diterima. Artinya, kebobolan mereka lebih disebabkan blunder pemain, bukan dominasi lawan. Bagi Slot, tantangannya adalah menemukan kembali keseimbangan emosional dan taktis agar evolusi yang diinginkan tidak berakhir menjadi disorientasi yang memakan momentum juara.

Arne Slot datang ke Anfield untuk membawa evolusi, bukan revolusi, tetapi kini justru dihadapkan pada ujian terbesar dalam kariernya. Di tengah tekanan internal, perubahan eksternal, dan ekspektasi publik, kemampuan Slot menjaga arah proyek Liverpool akan menentukan apakah perjalanan ini menjadi titik balik atau awal dari penurunan yang tak diinginkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

Dilema San Siro: Mempertahankan Nilai Sejarah atau Tuntutan Zaman

07 Okt 2025, 19:52 WIBSport