Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kisah di Balik 5 Musim saat Manchester United Terdegradasi

ilustrasi stadion sepak bola Manchester United, Old Trafford (pixabay.com/nmoodley)
Intinya sih...
  • Manchester United merupakan raja di sepak bola Inggris dengan 20 gelar, 7 pada era First Division dan 13 di English Premier League (EPL).
  • Gelar EPL terakhir diraih pada 2011/2012, Setan Merah berada di posisi 14 musim ini dan pernah mengalami degradasi sebanyak lima kali.
  • Setan Merah terdegradasi pada 1894, kembali ke First Division pada 1906, dan mengalami pasang surut hingga kembali meraih kesuksesan setelah periode tersuksesnya.

Manchester United merupakan raja di sepak bola Inggris. Mereka sudah menjadi juara sebanyak 20 kali. Perinciannya, 7 trofi diraih pada era First Division dan 13 lainnya pada era English Premier League (EPL).

Namun, Setan Merah sudah lama tidak berjaya. Gelar juara EPL terakhir diraih pada 2011/2012, yang juga musim pemungkas sang pelatih legendaris, Sir Alex Ferguson. Setelah itu, MU tak lagi bertaring.

Pada 2024/2025, kondisi MU justru makin memburuk. Hingga pekan 19, mereka berada di posisi 14 dengan 22 poin, hanya berjarak 7 angka dari zona degradasi. Dengan musim yang baru setengah jalan, ancaman turun kasta begitu nyata.

Sulit rasanya membayangkan MU bermain di luar kompetisi tertinggi. Namun, jika melihat sejarahnya, situasi tersebut pernah terjadi. Sejak terbentuk pada 1878, MU lima kali degradasi. Berikut kisah di balik 5 musim saat Manchester United terdegradasi.

1. Terdegradasi setelah 2 musim bermain di kompetisi tertinggi (1893/1894)

Manchester United terbentuk pada 1878 dengan nama Newton Heath Lancashire and Yorkshire Railway. Seperti namanya, klub ini berisi para pekerja perusahaan kereta api setempat. Nama Manchester United mulai dipakai pada 1902.

Sepuluh tahun setelah Newton Heath terbentuk, Football League lahir. Ini merupakan badan yang menggelar liga sepak bola pertama di dunia. Meski begitu, karena bukan termasuk 12 klub pendiri, Newton Heath pun tidak mendapat hak untuk ikut serta di liga yang dinamai First Division itu.

Newton Heath baru bisa bersaing pada 1892 ketika Football League menambah anggotanya menjadi 28 klub. Pada saat yang sama, mereka juga membentuk liga level kedua bernama Second Divison. Naas, baru 2 musim bermain di First Division, Newton Heat langsung terdegradasi. 

Dilansir Liverpool Echo, Newton Heath menjadi juru kunci (16) dengan raihan 6 kemenangan dari 30 pertandingan. Pada 28 April 1984, mereka harus menjalani pertandingan play-off demi bisa bertahan di First Division. Lawan yang dihadapi adalah Liverpool yang merupakan juara Second Division.

Dalam pertandingan yang berlangsung di Ewood Park, Blackburn, Liverpool menang dengan skor 2-0. Dua gol mereka dicetak oleh Patrick Gordon dan Harry Bradshaw. Pertandingan ini juga sekaligus tercatat sebagai pertemuan pertama Liverpool dengan Manchester United.

2. Terdegradasi pada 1921/1922 setelah ditinggal pemain bintang, Billy Meredith

Setelah terdegradasi pada 1894, Manchester United kembali ke First Division pada 1906. Untuk menghadapi musim baru (1906/1907), mereka yang saat itu dilatih oleh Ernest Mangnall mendatangkan seorang pemain bintang bernama Billy Meredith dari Manchester City. Sosok asal Wales ini merupakan nama penting karena aktor di balik kesuksesan dan kegagalan MU kala itu.

Tidak lama setelah kedatangannya, MU sukses meraih tiga trofi pertama sejak terbentuk. Mereka 2 kali menjadi juara First Division (1908, 1911) dan 1 kali menjadi juara Piala FA (1909). Sayangnya, pada 1921/1921, MU ditinggal oleh Meredith yang memilih kembali ke Manchester City.

Ia bereuni dengan Mangnall yang sudah pindah sejak 1912. Pada musim pertama tanpa Mangnall ini, MU pun langsung terdegradasi. Mereka hanya bisa meraih 8 kemenangan dari 42 pertandingan. First Division diikuti 22 tim pada 1919/1920, kompetisi pertama setelah sempat terhenti pada 1914/1915 akibat Perang Dunia I.

3. Degradasi yang tidak terhindarkan pada 1930/1931

Manchester United kembali kembali meraih tiket promosi pada 1924. Mereka bisa bertahan di First Division selama 6 musim (1925/1926--1930/1931). Pada 1930/1931, performa MU membuat mereka tidak terhindar dari turun kasta.

Mereka kalah dalam 12 pertandingan pertama. Dua di antaranya didapat secara memalukan. Di Old Trafford, MU sempat dibantai dengan skor 0-6 oleh Huddersfield Town dan 4-7 oleh Newcastle United.

Pada akhir musim, MU kebobolan hingga 115 gol. Dari 42 pertandingan, mereka menelan 27 kekalahan. Herbert Bamlett sebagai pelatih MU saat itu pun tidak lepas dari pemecatan.

Sebagai tambahan, pada 1933/1934, MU bahkan hampir terdegradasi ke Third Division, divisi yang terbentuk pada 1920. Krisis finansial menjadi penyebab di balik kemunduran ini. Mereka selamat dari turun ke kasta ketiga berkat kemenangan dengan skor 2-0 atas Milwall pada pertandingan terakhir.

4. Naik turun pada 1935 hingga 1937

Manchester United mengalami pasang surut pada pertengahan 1930-an. Setelah 5 musim bermain di Second Division, mereka kembali ke First Divison pada 1935/1936. Namun, sukacita tersebut bertahan sesaat.

Pasalnya, semusim kemudian (1936/1937), MU kembali terdegradasi. Sepanjang musim, mereka hanya bisa meraih sepuluh kemenangan. Namun, pada musim berikutnya (1937/1938), mereka mampu kembali ke First Division setelah menjadi runner-up di Second Division, di bawah Aston Villa.

5. Terdegradasi pada 1974, 6 tahun setelah jadi juara Liga Champions Eropa pertama kali

Setelah promosi terakhirnya tersebut (1937/1938), Manchester United mampu bertahan cukup lama di First Division. Bahkan, setelah Perang Dunia II selesai dan kompetisi kembali digelar pada 1946 setelah dihentikan pada 1939, MU merasakan salah satu periode tersukses. Mereka mampu meraih lima gelar juara First Division pada 1952, 1956, 1957, 1965, dan 1967.

Kemudian, ada pula dua trofi Piala FA yang didapat pada 1948 dan 1963. Namun, prestasi paling prestisius pada periode tersebut adalah gelar juara European Cup, pendahulu Liga Champions Eropa, pada 1968. Ini jadi kali pertama MU mengangkat trofi tertinggi antarklub Eropa yang mulai digelar pada 1955 itu.

Ironisnya, 6 tahun setelah kejayaan itu, MU secara mengejutkan mengalami degradasi. Mereka harus menerima kenyataan kembali ke Second Division. Ini terjadi usai berakhir di peringkat ke-21 di First Division 1973/1974.

Ada banyak faktor di balik kemerosotan ini. Dari sisi pelatih, MU belum bisa menemukan sosok yang tepat untuk menggantikan Sir Matt Busby. Pria asal Skotlandia tersebut memang aktor utama dari kesuksesan MU di atas. Ia mulai melatih mereka pada 1945 dan berhenti pada 1969.

Setelah Busby, tercatat ada empat pelatih yang diharapkan bisa kembali menghadirkan kesuksesan. Namun, semuanya selalu gagal. Mereka adalah Jimmy Murphy, Wilf McGuinness, Frank O'Farrell, hingga Tommy Docherty. Nama terakhir merupakan pelatih yang menukangi MU ketika terdegradasi pada 1973/1974.

Dari sisi pemain, MU juga ditinggal tiga penggawa paling penting. Mereka adalah Denis Law, George Best, dan Bobby Charlton. Ketiganya bahkan mendapat julukan The Trinity.

Charlton dan Best memilih pensiun dari MU sebelum musim 1973/1974 dimulai. Sementara, Law memiliki kisah yang lebih rumit. Ia ditendang dari klub. Jelang musim dimulai, Law belum kunjung sembuh dari cedera lutut. Docherty pun melepasnya secara gratis. Padahal, ia sempat berjanji akan mempertahankan Law demi bisa memenuhi keinginannya untuk pensiun di MU.

Law bisa saja pensiun pada saat itu. Namun, ada alasan mengapa ia masih ingin bertahan di MU setidaknya 1 tahun lagi. Law ingin membela Skotlandia di Piala Dunia 1974. Akhirnya, Law tetap bermain. Namun, tempat yang ia pilih untuk melanjutkan kariernya cukup mengejutkan. Ia menyeberang ke tim rival, Manchester City. Sebelumnya, Law memang pernah membela Manchester City pada 1960 hingga 1961.

Ironis bagi MU, Law justru menjadi sosok yang hampir saja memastikan terdegradasinya mereka pada 1973/1974. Semuanya bermula ketika kedua tim bertemu pada pekan ke-41. Law mencetal gol tunggal yang membuat Manchester City menang. Ia membobol gawang mantan timnya itu dengan aksi memukau lewat sebuah tendangan backheel.

Pada saat yang sama, Birmingham City meraih kemenangan atas Norwich City. Saat itu, Birmingham City merupakan sesama pesaing di zona degradasi. Begitu pun Norwich City yang merupakan juru kunci.

Hasil inilah yang memastikan MU terdegradasi. Bukan gol kemenangan Law untuk Manchester City. Bahkan, meski mampu menang atas Manchester City, MU akan tetap terdegradasi. Law pun terbebas dari rasa bersalah yang bisa menghantui sepanjang hidupnya.

Setelah degradasi pada 1973/1974, MU hanya bermain di Second Division selama 1 musim. Mereka menjadi juara kompetisi kasta kedua itu pada 1974/1975. Oleh karena itu, MU berhak atas tiket promosi. Sejak saat itu, mereka tidak pernah lagi merasakan degradasi.

Mimpi buruk tersebut bisa kembali datang pada akhir musim 2024/2025. Pelatih MU saat ini, Ruben Amorim, bahkan sudah mengakui kemungkinan timnya terdegradasi memang ada. Namun, sosok asal Portugal itu jelas tidak akan berhenti berjuang. Ia tidak ingin masuk daftar hitam yang hanya merusak reputasi yang sudah dibangunnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gifar Ramzani
EditorGifar Ramzani
Follow Us