Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Morgan Rogers, Poros Aston Villa yang Masuk Skema Tuchel di Inggris

ilustrasi banner Aston Villa
ilustrasi banner Aston Villa (unsplash.com/Trung Tran)
Intinya sih...
  • Fleksibilitas posisi dan kecerdasan spasial menjadi inti performa Morgan Rogers
  • Ia kini meramaikan bursa persaingan pemain "nomor 10" Timnas Inggris
  • Ia menawarkan karakteristik berbeda dari Bellingham, Palmer, dan Foden
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Morgan Rogers tidak lagi hadir sebagai pemain underrated dalam lanskap English Premier League (EPL). Performa konsistennya bersama Aston Villa sepanjang paruh awal musim 2025/2026 menempatkannya sebagai figur sentral dalam struktur permainan Unai Emery, bukan sekadar pelengkap serangan. Dalam performa apik The Villans yang mulai merangsek ke papan atas, Rogers muncul sebagai simpul yang menyatukan progresi, kreativitas, dan penyelesaian akhir.

Perkembangan itu terasa makin signifikan karena terjadi di tengah meningkatnya ekspektasi terhadap Aston Villa. Ketika sistem tidak selalu berjalan mulus, Rogers kerap menjadi solusi individual yang memecah kebuntuan. Dari titik itulah, perannya meluas hingga berdampak langsung pada perebutan posisi number 10 di Timnas Inggris di bawah Thomas Tuchel.

1. Morgan Rogers kerap menjadi poros kreativitas bagi Aston Villa

Di bawah Unai Emery, Morgan Rogers menempati peran sebagai advanced midfielder yang memiliki kebebasan vertikal maupun horizontal. Ia tidak sekadar berdiri di antara lini, tetapi juga aktif melakukan penetrasi ke kotak penalti dengan timing yang terukur. Dalam kemenangan 3-2 atas West Ham United pada pekan ke-16 Premier League 2025/2026, Menurut BBC, Rogers mencatatkan 5 dari 7 total percobaan tembakan Aston Villa, sekaligus menjadi pemain dengan sentuhan terbanyak di kotak penalti lawan.

Kontribusi tersebut mencerminkan bagaimana Rogers berfungsi sebagai pusat progresi serangan Villa. Ia mencatatkan tingkat keberhasilan umpan lebih dari 90 persen di sepertiga akhir lapangan, angka tertinggi di antara pemain Villa pada laga tersebut. Efisiensi ini membuat Villa tetap mampu menjaga kualitas serangan, bahkan ketika ritme permainan sempat terputus akibat tekanan lawan atau jadwal padat kompetisi Eropa.

Rogers juga berperan sebagai pemecah kebuntuan saat struktur kolektif tidak berjalan optimal. Dalam laga melawan Leeds United pada pekan ke-12 liga, Villa sempat kehilangan kontrol dan tertinggal lebih dulu. Rogers merespons situasi tersebut dengan dua gol krusial, yakni penyelesaian jarak dekat dan gol tendangan bebas yang menentukan kemenangan. Dalam konteks ini, Rogers berfungsi sebagai titik balik permainan bagi sistem Emery.

Peningkatan performa Rogers beriringan dengan kebangkitan Aston Villa di klasemen Premier League. Setelah hanya meraih 3 poin dari 5 laga awal musim, Villa bertransformasi menjadi salah satu tim dengan laju kemenangan terbaik di liga. Rogers tidak hanya mencetak gol dan assist, tetapi juga memberi gambaran pada cara Villa menyerang, bergerak, dan bertahan dalam fase transisi.

2. Fleksibilitas posisi dan kecerdasan spasial menjadi inti performa Morgan Rogers

Salah satu kekuatan utama Morgan Rogers terletak pada inteligensinya dalam membaca ruang. Ia mampu mengenali celah dalam struktur pertahanan lawan, baik melalui late run ke kotak penalti maupun pergerakan diagonal dari sisi kiri. Kepekaan terhadap struktur lawan inilah yang membuat kontribusinya terasa istimewa dibandingkan pemain seusianya.

Kualitas ball-striking Rogers menjadi dimensi pembeda yang memperkaya profilnya. Gol jarak jauh melawan West Ham United dan Leeds United memperlihatkan kemampuannya memanipulasi bola dengan presisi dan kekuatan. Analisis teknik tendangan bebasnya menunjukkan kontrol pergelangan kaki yang terkunci serta kontak bersih di bagian tengah bola, yang menghasilkan lintasan menukik yang sulit diantisipasi kiper.

Selain itu, Rogers memiliki kemampuan ball-carrying yang efektif dalam progresi serangan. Ia mampu membawa bola melewati tekanan pertama lawan, lalu membuat keputusan progresif tanpa kehilangan keseimbangan tim. Menurut The Athletic, intensitas dribel dan frekuensi keberadaannya di kotak penalti lawan menandaskan perannya sebagai penghubung aktif, bukan sekadar finisher.

Fleksibilitas posisi menjadi nilai tambah yang membuat Rogers relevan dalam berbagai skema. Ia mampu bermain sebagai number 10, sayap kiri, maupun gelandang serang hibrida yang turun menjemput bola. Fleksibilitas ini memungkinkan Unai Emery menyesuaikan struktur tanpa harus mengorbankan intensitas atau keseimbangan.

3. Morgan Rogers menjadi salah satu kandidat kuat untuk posisi number 10 di Timnas Inggris

Persaingan untuk posisi number 10 di Timnas Inggris kian sengit menjelang Piala Dunia 2026. Nama-nama elite seperti Jude Bellingham, Phil Foden, dan Cole Palmer menawarkan profil yang berbeda, tetapi Morgan Rogers unggul dari sisi fungsi kolektif. Ia tidak selalu menjadi pusat perhatian, tetapi konsisten menjalankan peran yang dibutuhkan sistem.

Dibandingkan Foden yang cenderung mengambil risiko tinggi dan Palmer yang menonjol dalam situasi 1 lawan 1, Rogers menawarkan tactical reliability. Ia disiplin menjaga struktur, aktif dalam fase bertahan, serta mampu membuat keputusan yang kontekstual. Dibandingkan para pesaingnya, Rogers memiliki jumlah assist, dribel, dan sentuhan di kotak penalti yang lebih tinggi sejak awal musim lalu.

Pendekatan Thomas Tuchel yang menekankan keseimbangan tim membuat profil Rogers makin relevan. Tuchel secara terbuka menegaskan, ia tidak memilih pemain berdasarkan reputasi semata. Dalam kerangka ini, Rogers menjadi pilihan logis karena mampu menghubungkan lini, menutup ruang, dan tetap produktif di sepertiga akhir.

Keunggulan Rogers bukan terletak pada ledakan individual semata, melainkan konsistensi kontribusi lintas fase permainan. Ia menawarkan stabilitas yang dibutuhkan dalam turnamen besar, ketika detail kecil dan disiplin taktis sering kali menentukan hasil akhir. Dengan performa dan kebutuhan taktis The Three Lions saat ini, Rogers tidak lagi hanya diposisikan sebagai alternatif. Ia merupakan kandidat utama yang siap secara fungsional, baik dari sisi taktik, mentalitas, maupun pengalaman kompetitif di level tertinggi.

Performa Morgan Rogers bersama Aston Villa telah membawanya sejajar dengan beberapa kandidat elite di Timnas Inggris. Ia bukan lagi hadir sebagai opsi, melainkan sebagai pemain dengan kematangan fungsi yang selaras dengan arah perkembangan sepak bola Inggris.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Sport

See More

Tak Cuma Timnas U-22, PSSI Depak Indra Sjafri dari Departemen Teknik

16 Des 2025, 20:28 WIBSport