5 Pemain yang Pernah Disebut The Next Zidane, Begini Nasibnya

Zinedine Zidane dikenal sebagai sosok yang mampu mengatur dan mengubah permainan saat masih aktif bermain. Eks gelandang Juventus dan Real Madrid itu memiliki visi dan kemampuan olah bola yang sangat baik sehingga mampu memberikan kreativitas di lini tengah. Maka dari itu, beberapa gelandang serang yang memiliki kemiripan gaya bermain dengan Zidane kerap disebut-sebut sebagai The Next Zidane.
Terlebih lagi, jika gelandang serang tersebut mampu bermain sebagai playmaker. Media dan fans sering kali mengaitkannya dengan sosok Zinedine Zidane. Misalnya, lima pemain yang pernah dilabeli sebagai The Next Zidane ini. Seperti apa nasib mereka pada 2023?
1. Bruno Cheyrou flop saat bergabung dengan Liverpool

Bruno Cheyrou mencuri perhatian ketika tampil impresif bersama Lille. Ia sukses bermain dalam 114 pertandingan dan mencetak 32 gol serta 4 assist di seluruh kompetisi pada periode 1998—2002. Cheyrou akhirnya pindah ke Liverpool pada musim panas 2002.
Manajer Liverpool saat itu, Gerard Houllier, menyebut gaya permainan Cheyrou mengingatkannya kepada Zinedine Zidane. Terutama, kemampuan Cheyrou saat memberikan umpan serta pergerakannya sangat identik dengan Zidane. Sayangnya, Cheyrou tidak mampu memenuhi ekspektasi publik terhadap dirinya selama membela Liverpool.
Ia tercatat tampil dalam 45 pertandingan dengan torehan 5 gol dan tanpa assist pada periode 2002—2004. Ia kemudian dipinjamkan kepada beberapa klub Prancis, seperti Olympique Marseille dan Girondins de Bordeaux, tetapi performanya tidak membaik. Cheyrou akhirnya dijual kepada Stade Rennais pada musim panas 2006. Ia kini bekerja sebagai direktur olahraga di Olympique Lyon setelah memutuskan pensiun sebagai pemain pada 2015.
2. Anthony Le Tallec bernasib sama dengan Cheyrou saat bermain di Liverpool

Anthony Le Tallec menunjukkan performa impresif saat membela Timnas Prancis U-17 pada 2001. Gaya permainannya kerap kali disebut-sebut media mirip dengan Zinedine Zidane. Liverpool menjadi klub yang berhasil mendapatkan Le Tallec pada musim panas 2002. The Reds rela menebusnya dari Le Havre dengan harga 2,5 juta euro atau Rp41 miliar.
Sayangnya, nasib Le Tallec tidak jauh berbeda dengan Cheyrou yang gagal tampil apik bersama Liverpool. Ia hanya bermain dalma 32 laga dengan catatan 1 gol dan 2 assist. Le Tallec kemudian menjalani beberapa kali masa peminjaman, tetapi tetap gagal mendapat tempat di tim utama Liverpool. Ia akhirnya dilepas kepada Le Mans pada musim panas 2008. Le Tallec memutuskan pensiun dari sepak bola setelah memperkuat klub divisi tiga Prancis, FC Annecy, pada 2021.
3. Adel Taarabt lebih sering menjalani masa peminjaman
Adel Taarabt bergabung dengan Tottenham Hotspur saat usianya masih 17 tahun pada Januari 2006. Ia saat itu merupakan pemain pinjaman dari RC Lens. Meskipun hanya tampil dalam dua laga di English Premier League (EPL), Taarabt tetap dipermanenkan Tottenham Hotspur pada musim panas 2007.
Eks manajer Tottenham, Harry Redknapp, pernah menyebut bakat Taarabt memiliki kesamaan dengan Zinedine Zidane. Akan tetapi, Taarabt tidak mendapatkan tempat di skuad utama Tottenham. Ia hanya tampil dalam 15 pertandingan sampai 2008/2009.
Taarabt lalu dijual kepada Queens Park Rangers pada musim panas 2010. Ia sempat menjadi andalan lini tengah QPR dengan tampil dalam 156 pertandingan dan mencetak 34 gol serta 42 assist sampai 2012/2013. Ia lalu dipinjamkan kepada AC Milan dan Fulham sebelum dilepas kepada Benfica secara gratis pada musim panas 2015. Sayangnya, Taarabt gagal tampil apik bersama Benfica meski tampil dalam 129 pertandingan. Ia hanya mencatat 2 gol dan 14 assist di seluruh kompetisi. Taarabt kini bermain di Al Nassr setelah meninggalkan Benfica dengan status bebas transfer pada September 2022.
4. Yoann Gourcuff bermasalah dengan sikapnya di AC Milan
Yoann Gourcuff pernah menjadi bahan perbincangan karena keterampilannya di lini tengah mirip dengan Zinedine Zidane. Tidak hanya itu, Gourcuff kerap dibandingkan dengan bintang AC Milan saat itu, Ricardo Kaka, ketika bergabung dengan I Rossoneri pada musim panas 2006. Sayangnya, Gourcuff memiliki masalah dalam sikapnya selama berseragam AC Milan.
Dilansir L'Equipe, eks kapten AC Milan, Paolo Maldini, menyebut Gourcuff tidak memiliki etos kerja dan sikap yang baik. Ia sering terlambat, tidak belajar bahasa Italia, dan ogah bekerja keras baik saat sesi latihan maupun bertanding. Gourcuff kemudian kembali ke Ligue 1 Prancis bersama Girondins de Bordeaux pada musim panas 2008. Ia sukses mengantarkan mereka meraih gelar juara Ligue 1 dan Trophee des Champions pada 2008/2009.
Performa apik Gourcuff bersama Bordeaux sempat membuatnya masuk Timnas Prancis yang bertanding di Piala Dunia 2010. Namun, ia mengalami inkonsistensi performa sehingga namanya kembali meredup. Gourcuff juga tidak mampu tampil impresif saat bergabung dengan Olympique Lyon pada periode 2010--2015. Ia total tampil dalam 128 laga dengan torehan 19 gol dan 29 assist. Gourcuff kini beralih profesi sebagai pemain tenis sejak pensiun sebagai pemain sepak bola pada 2019.
5. Samir Nasri cukup bersinar bersama Arsenal dan Manchester City
Samir Nasri mencuri perhatian setelah tampil apik bersama Prancis U-17 di Euro U-17 2004. Ia mendapat pujian dari pelatih Prancis U-17, Philippe Bergeroo, sebagai titisan Zinedine Zidane, terutama saat ia menguasai bola. Nasri berhasil melanjutkan permainan fantastisnya bersama Olympique Marseille dengan catatan 166 penampilan dan mencetak 12 gol serta 30 assist di seluruh kompetisi pada periode 2004—2008. Ia kemudian pindah ke Arsenal pada musim panas 2008.
Permainan Nasri makin matang bersama Arsenal dengan torehan 27 gol dan 15 assist dari 125 penampilan di semua kompetisi pada periode 2008—2012. Ia mencapai puncak kariernya ketika berkontribusi untuk Manchester City saat meraih gelar juara EPL 2011/2012 dan 2013/2014. Setelah itu, performa Nasri menurun hingga dipinjamkan kepada Sevilla pada 2016/2017.
Kariernya makin merosot saat pemain asal Prancis itu mendapat hukuman larangan bermain selama 18 bulan akibat kasus doping pada 2017. Nasri sempat membela beberapa klub seperti West Ham United dan Anderlecht usai menjalani masa hukuman tersebut. Ia akhirnya memutuskan pensiun sebagai pemain setelah terakhir bermain untuk Anderlecht pada Juli 2020.
Lima pemain di atas memiliki perjalanan karier yang kurang mengesankan. Hanya Nasri dan Gourcuff yang memiliki nasib cukup baik karena sukses membawa klubnya meraih gelar juara bergengsi. Sisanya gagal total ketika mendapatkan kesempatan bermain untuk klub besar. Berbagai faktor menjadi alasan kegagalan. Salah satunya tidak mampu menjawab ekspektasi publik sebagai The Next Zidane.