Pengakuan Erick Thohir: Filosofi Sepak Bola Indonesia Belum Terbentuk

Jakarta, IDN Times - Peran filosofi dalam sepak bola begitu penting. Dengan beragam kurikulum, filosofi bisa menancapkan fondasi dan karakter untuk membangun sebuah tim yang kuat.
Misalnya, Belanda dengan total football, yang punya ciri khas sepak bola menyerang. Ada pula Italia yang memiliki catenaccio, dengan mempertunjukkan seni pertahanan yang aduhai.
Lantas, kalau sepak bola Indonesia seperti apa?
1. Filosofinya belum terbentuk

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, mengakui filosofi sepak bola Indonesia belum terbentuk. Sebuah filosofi baru bisa ditancapkan, andai pengembangan usia dini di Indonesia sudah dimatangkan.
"Kalau kita lihat di peringkat FIFA, top 20 itu punya filosofi sepak bola. Jadi bukan ikut-ikutan, tapi itu harus diimplementasi dari kecil. Bagaimana kalau kita mau bikin filosofi, tapi grassroot belum terbentuk," kata Erick Thohir dalam wawancara eksklusif bersama IDN Times.
2. Menanti tuah Dirtek PSSI yang baru

Dalam beberapa waktu terakhir, PSSI sudah memulai banyak kerja sama dengan negara maju seperti Jerman dan Jepang. Nah, dalam kerja samanya dengan Jerman, Erick mencari sosok yang tepat untuk menjadi Direktur Teknik (Dirtek) PSSI.
Sosok tersebut diharapkan bisa memberikan kurikulum yang tepat untuk mengembangkan sepak bola Indonesia. Kehadiran direktur teknik anyar itu juga diharapkan bisa meramu permainan terbaik Timnas Indonesia, mulai dari kelompok umur hingga senior.
"Direktur teknik saya cari independen, supaya bisa meramu 10 tahun ke depan, permainan terbaik kita ke depannya bagaimana," kata Erick.
3. Sebenarnya, Indonesia punya Filanesia

Sebenarnya, Indonesia punya Filanesia yang selama ini menjadi pedoman dalam membangun sepak bola Tanah Air. Filanesia resmi diluncurkan pada 9 November 2017.
Filanesia memberikan panduan dalam hal lingkup sepak bola. Kurikulum di dalamnya adalah penjenjangan latihan berdasarkan usia, pengembangan teknik pemain dan ciri-ciri bermain di lapangan.
Dikutip laman resmi PSSI, Filanesia sudah menjalani studi, praktik lapangan, diskusi panel, dan seminar dengan seluruh pelatih Liga 1, praktisi olahraga, dan personel teknis lainnya. Namun, tampaknya, hal tersebut belum terimplementasikan secara masif.