Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Keikhlasan Ibunda Haringga Sirla dan Pesan untuk Suporter Indonesia

Dok. IDN Times

Jakarta, IDN Times - Tiada kata menyerah atau pasrah bagi Mirah (56) dalam menghadapi hidupnya kini. Semenjak pindah dari Jakarta ke Indramayu, dia ingin sedikit melupakan kesedihan terbesar dalam hidupnya, yakni kehilangan anak laki-laki satu-satunya yang paling disayangi, yakni Haringga Sirla.

Segala cara dilakukan Mirah untuk bisa menjalankan kehidupan seperti sedia kala. Setelah sang anak wafat, beberapa tahun terakhir dia terpaksa menjajakan cilor (cilok telor).

Pilihannya untuk berdagang lantaran ingin sekadar menghibur diri dan mengisi hidupnya yang jadi hampa.

1. Mirah sulit melupakan kenangan bersama Haringga

IDN Times/Ashari Arief

Namun, Mirah mengaku, semakin hal itu dilakukan, semakin sulit pula ia melupakan kesedihan tersebut. Jika mengingat lagi ke belakang, Mirah menyebut dirinya tak menyangka harus kehilangan anak laki- laki satu-satunya yang paling disayangi lantaran jadi korban rivalitas antara The Jakmania dan Bobotoh.

Sebagaimana diketahui, Haringga adalah seorang suporter klub Persija Jakarta yang tewas dikeroyok sebelum menyaksikan pertandingan tim kesayangannya melawan Persib Bandung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada 2018 silam.

Ia tercatat jadi korban ketujuh dari perseteruan Persib dan Persija yang dihitung pada beberapa tahun terakhir.

2. Haringga tak bilang ke Bandung untuk menonton Persija

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

Dengan raut wajah yang sedih, ia mengingat kembali saat sebelum Haringga berangkat ke Kota Kembang. Saat itu, ingat Mirah, anak bungsunya pamit bukan untuk menonton pertandingan sepakbola, melainkan untuk main ke rumah temannya di Bandung. Tak ada rasa curiga yang dirasakan saat Haringga pamit.

"Saya ingat, sekitar pukul 06.00 WIB, telepon genggamnya berbunyi, dia terus itu bangun dan siap-siap mandi, dandan terus wangi. Sudah rapi, ia taruh baju di tas, hp, dan charger juga, ia terus bawa salinan baju kemeja pendek, dan celana pendek," kata Mirah kepada IDN Times.

3. Mirah tak menyangka salam Haringga pagi itu adalah yang terakhir kalinya

IDN Times/Ashari Arief

Ia juga mengaku sempat bertanya kepada almarhum perihal kejelasan ke mana akan berangkat. Ia menuturkan, Haringga hanya menjawab pergi ke rumah teman, sambil menunjukkan gelagat yang sedikit aneh karena hal tersebut tak biasa dilakukan Haringga.

"Dia salaman di depan pintu, itu tumben dilakukan biasanya pamit biasa saja. Haringga lama sekali salamin tangan saya. Itu saya ingat dia berangkat pukul 06.30 WIB, berangkat dari rumah sendiri," ujar Mirah sambil mengusap air mata yang mengucur di pipinya.

Tak disangka, hal itu bakal jadi pamit terakhir Haringga kepada ibundanya sebelum akhirnya meninggal dunia. Haringga pun dimakamkan di tempat peristirahatan terakhirnya di kampung Mirah, tempatnya kini berjualan cilor untuk anak-anak di Desa Kebulen, Jatibarang, Indramayu.

4. Mirah sengaja pulang ke Indramayu

Setelah hampir empat tahun ditinggal anak tercintanya, rasa sedih dan kehilangan sulit terhapus di benak keluarga. Air mata selalu saja tumpah jika mengingat kembali atau menceritakan sosok periang tersebut.

Bahkan, setiap kali melamun, Mirah selalu ingat sosok Haringga yang menurutnya sangat manja sekali kepadanya.

Ia pun akhirnya membuka alasan kenapa memilih pulang ke kampung halaman dan berdagang. Menurut dia, hal itu dilakukan agar ia bisa sedikit menghilangkan kesedihan, karena jika hal itu dilakukan, ia bisa lebih dekat dengan anak-anak yang jadi langganannya.

"Saya pindah biar dekat sama makam Haringga. Saya juga memilih dagang biar bisa bercengkerama dengan anak-anak. Saya kadang joget-joget dengan mereka. Tapi, ketika sudah sendiri, tetap saja saya merasa gak percaya," beber Mirah dengan raut muka yang masih diliputi kesedihan.

5. Kakak Haringga sampaikan pesan ke suporter Indonesia

Ilustrasi (IDN Times/Galih Persiana)

Sebetulnya, Mirah menyebut dirinya sudah ikhlas merelakan kepergian Haringga dan bukan tak menerima takdir dari tuhan. Namun, yang ia masih tak percaya adalah cara kepergian anaknya tersebut yang dikeroyok dan diperlakukan seperti binatang.

Kendati demikian, keluarga Haringga tak menyimpan dendam. Justru, Mayrisa Sirawati, yang notabene adalah kakak kandung Haringga, mengingatkan bahwa tak boleh ada lagi keluarga lain yang merasakan hal yang sama dengan keluarganya dan jatuhnya korban jiwa dalam sepakbola.

"Saya tak mau kejadian tersebut terulang, saya pribadi selalu bilang ke Jakmania jangan ada dendam lagi, kalian harus menunjukkan sportivitas, hal-hal yang sifatnya buruk jangan dicontoh, cukup adik saya yang terakhir, jika kejadian itu terulang lagi kapan selesainya," kata Mayrisa.

Lebih jauh, ia berharap seluruh suporter tanah air tak lagi bertindak anarkis dan merugikan pihak lain. Ia ingin semuanya bersikap dengan sportif setiap menyaksikan klubnya bertanding di lapangan, karena tak ada kemenangan yang sebanding dengan nyawa, termasuk dalam perseteruan The Jakmania dan Bobotoh.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
Isidorus Rio Turangga Budi Satria
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us