Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi stadion sepak bola (IDN Times/Mardya Shakti)

Bintang muda Barcelona, Lamine Yamal, kembali mencuri perhatian setelah mencetak gol di laga Barcelona vs Benfica pada menit ke-27 pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions Eropa 2024/2025. Barcelona sukses menaklukkan Benfica 3-1 di Estadi Olímpic Lluís Companys pada Rabu (12/3/2025). Mereka sekaligus memastikan diri melaju ke perempat final dengan agregat 4-1 setelah menang 1-0 pada leg pertama. 

Di tengah euforia kemenangan Barcelona, nama Yamal menjadi perbincangan. Bukan hanya karena performanya yang gemilang, melainkan juga karena dedikasinya menjalankan ibadah puasa Ramadan. Sebagai seorang muslim, Yamal memang berkomitmen menjalankan ibadah puasa dari fajar hingga terbenam matahari meskipun menghadapi jadwal pertandingan yang padat. Ia mampu menjaga keseimbangan antara profesionalisme dan keimanannya sehingga membuktikan dirinya bahwa dedikasi dalam beribadah tidak menghalanginya untuk tetap tampil gemilang di lapangan hijau.

1. Barcelona terbiasa mengelola kondisi pemain muslim yang menjalankan puasa Ramadan

Barcelona bukanlah klub asing bagi pemain muslim yang menjalankan puasa Ramadán. Tim medis dan ahli gizi klub telah lama menyusun strategi agar para pemain tetap bugar dan prima di lapangan. Mereka memahami dampak puasa terhadap performa, terutama dalam olahraga berintensitas tinggi seperti sepak bola, sehingga merancang pola makan, hidrasi, dan manajemen energi yang optimal. Pemain seperti Ousmane Dembélé, Franck Kessié, dan Ansu Fati pernah menjalani Ramadan dengan dukungan penuh dari klub.

Pendekatan serupa juga diterapkan kepada Yamal. Meski masih muda, ia mendapat perhatian khusus agar tetap bermain optimal tanpa mengorbankan ibadahnya. Di bawah pengawasan ahli gizi Silvia Tremoleda, pola makan dan hidrasi Yamal disesuaikan agar mendukung aktivitas fisiknya. Ia tetap mengikuti sesi latihan seperti biasa dengan pemantauan lebih ketat untuk menghindari kelelahan berlebihan. Berkat pengalaman panjang menangani pemain muslim, Barcelona yakin Yamal bisa terus bersinar tanpa meninggalkan komitmen spiritualnya.

2. Lamine Yamal mendapat izin dari otoritas agama untuk tidak berpuasa pada hari pertandingan

Sebagai seorang muslim yang taat, Lamine Yamal tetap menjalankan ibadah puasa sepenuh hati. Namun, sebagai atlet profesional, ia juga memahami kebugaran tubuh sangat menentukan performanya di lapangan. Oleh karena itu, Yamal mendapatkan izin dari otoritas agama untuk tidak berpuasa pada hari pertandingan. Keputusan ini bukanlah hal yang baru dalam dunia sepak bola, karena banyak pemain muslim mendapatkan keringanan serupa demi menjaga kesehatan mereka.

Dalam Islam, mereka yang bepergian atau menjalani tugas berat diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya pada hari lain. Atas dasar ini, Yamal mendapatkan izin dari otoritas agama untuk tidak berpuasa pada hari pertandingan agar bisa tetap tampil dalam kondisi optimal. Bagi seorang atlet yang harus berlari, beradu fisik, dan tampil intens, asupan nutrisi serta cairan sebelum pertandingan menjadi faktor krusial yang tidak bisa diabaikan.

Meski diberikan pengecualian pada hari pertandingan, Lamine Yamal tetap menjalankan puasa pada hari-hari lainnya selama Ramadán. Keputusan ini bukan hanya bentuk kepatuhan terhadap ajaran agamanya, melainkan juga didorong faktor emosional. Ia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan keluarganya, terutama neneknya, Fátima, yang menunaikan ibadah haji di Makkah. Berpuasa menjadi salah satu caranya untuk tetap terhubung dengan nilai-nilai yang telah ditanamkan keluarganya sejak kecil. Di tengah tantangan menjaga keseimbangan antara ibadah dan profesionalisme, Yamal terus menunjukkan kedewasaan luar biasa untuk usianya yang masih belia.

3. Dalam pertandingan melawan Benfica, Lamine Yamal hanya bermain selama 56 menit

Saat Barcelona menghadapi Benfica di Lisbon, Lamine Yamal hanya bermain selama 56 menit sebelum akhirnya digantikan Ferran Torres. Banyak yang menduga pergantian ini berkaitan dengan kondisinya yang sedang menjalankan puasa, tetapi sebenarnya keputusan itu murni bersifat taktis. Pelatih Hansi Flick melihat Benfica memberikan tekanan yang besar melalui Álvaro Carreras, yang berulang kali menyulitkan pertahanan Barcelona di sisi sayap. Yamal yang lebih banyak berperan dalam menyerang dinilai kurang efektif dalam membantu pertahanan. Oleh karena itu, Flick memasukkan Torres untuk memberikan keseimbangan yang lebih baik di sektor sayap timnya.

Meskipun hanya tampil selama kurang dari 1 jam, Yamal tetap memberikan kontribusi yang berarti dalam pertandingan tersebut. Kecepatannya dalam menusuk pertahanan lawan serta kreativitasnya dalam membangun serangan tetap menjadi ancaman bagi Benfica. Pergantian yang dilakukan Flick lebih merujuk ke strategi tim, bukan karena Yamal mengalami penurunan performa akibat puasa.

Hal ini menunjukkan, Yamal tetap bisa menjaga profesionalismenya sebagai pemain top meskipun menjalankan ibadah dengan penuh komitmen. Keputusan ini juga menggarisbawahi bahwa Barcelona tidak melihat puasa sebagai hambatan bagi para pemainnya. Mereka melihat ini sebagai bagian dari kehidupan yang bisa disiasati lewat perencanaan yang tepat.

4. Lamine Yamal meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga saat berbuka puasa

Di tengah padatnya jadwal pertandingan dan latihan, Lamine Yamal tetap meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarganya, terutama saat berbuka puasa. Meskipun kini sudah tidak tinggal di asrama La Masia dan menetap di apartemen di Sant Joan Despí, ia menjaga tradisi berbuka bersama keluarganya di rumah sang paman, Abdul, di Rocafonda. Bagi Yamal, momen berbuka tidak hanya mengisi kembali energi setelah seharian berpuasa, tetapi juga sebagai ajang untuk mempererat hubungan dengan orang-orang terdekatnya. Kehangatan keluarga menjadi salah satu sumber kekuatan mentalnya, yang membantunya tetap tenang dan fokus dalam menghadapi berbagai tantangan di dunia sepak bola.

Kedekatannya dengan keluarga makin terasa selama Ramadán, terutama karena absennya sang nenek, Fatima, yang sedang menunaikan ibadah haji. Sebagai seorang anak muda yang sedang merintis karier di dunia sepak bola, Yamal menyadari kebersamaan keluarga adalah sesuatu yang sangat berharga. Oleh karena itu, ia selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama mereka di sela-sela kesibukan sebagai pemain profesional. Dalam kesederhanaan momen berbuka puasa, ia menemukan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesionalnya. Hal ini menunjukkan nilai-nilai keluarga dan spiritual tetap menjadi bagian penting dalam hidupnya meskipun berada di puncak dunia sepak bola.

Pada usia belia, Lamine Yamal telah menunjukkan profesionalisme luar biasa dengan menjalani puasa Ramadán tanpa mengorbankan performa di lapangan. Ketahanan fisik dan mentalnya terus diuji, tetapi Barcelona yakin pemain muda ini mampu mengatasi segala tantangan, baik di dunia olahraga maupun spiritual. Pada sisa Ramadán yang masih menyisakan sepertiga terakhir, Yamal akan terus membuktikan disiplin dan dedikasi dapat berjalan beriringan, bahkan dalam situasi yang penuh tantangan sekalipun.

Akankah ia tetap tampil gemilang di laga-laga berikutnya? Semua mata kini tertuju kepadanya, menantikan bagaimana ia akan membuktikan dirinya di atas lapangan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team