Kisah Dewa Mabuk Inggris Insaf karena Kalah dari Jerman

Piala Eropa 1996 jadi titik balik buat Tony Adams

Jakarta, IDN Times - Bek legendaris Arsenal, Tony Adams, dikenal sebagai salah satu dewa mabuk di Timnas Inggris. Kecanduannya akan alkohol tak ada duanya, dan para manajer yang menanganinya sudah pusing untuk mengingatkan Adams.

Namun, Adams pada akhirnya insaf juga. Semua dikarenakan pengalamannya saat bermain untuk Inggris di Piala Eropa 1996.

Baca Juga: Mau Gempur Jerman, Penyihir Inggris Belum Gabung Latihan Tim

1. Punya masalah mental

Kisah Dewa Mabuk Inggris Insaf karena Kalah dari Jermangoal.com

Semua bermula kala Adams gabung ke skuad Inggris untuk Piala Eropa 1988. Kala itu usianya masih 22 tahun.

Dia digadang-gadang jadi pemain belakang Inggris paling menjanjikan kala itu. Namun, Adams dibuat babak belur saat Inggris melawan Belanda. Punya tugas buat mengawal secara khusus Marco van Basten, Adams malah sering diperdaya.

Van Basten kerap lepas dari pengawalannya. Hingga akhirnya, Van Basten bisa cetak hattrick dan mengantarkan Inggris pada kekalahan, 1-3.

Momen ini benar-benar menghancurkan mental Adams. Media kala itu menyorot, hingga menyudutkannya. Karena situasi itu, Adams begitu hancur, dan tak tahu harus melampiaskannya ke mana. 

"Saya rusak, di dalam dan luar lapangan. Saya masih sangat muda kala itu. Anda tahu, saya saat itu masih 22 tahun, bermain melawan Belanda dan mungkin pemain terhebat di dunia saat itu. Sepertinya semua kesalahan ditujukan kepada saya," ujar Adams dilansir The Sun.

"Ketika itu, saya masih punya tujuan. Tapi, tiba-tiba hancur begitu saja. Berkenalan dengan alkohol, minum enak, sampai akhirnya tidur nyenyak, di situ akhirnya mulai merasa ketergantungan dengan alkohol," lanjutnya.

2. Mengompol sampai kebugarannya merosot

Kisah Dewa Mabuk Inggris Insaf karena Kalah dari JermanSportskeeda

Kecanduan Adams terhadap alkohol kala itu langsung berada dalam level yang sulit untuk ditoleransi. Akibat kecanduannya, Adams memiliki kebiasaan buruk saat tidur karena sering mengompol.

Kebiasaanya ini menjadi bahan ejekan rekan-rekan satu timnya dan membuatnya malu. Apalagi, kebugarannya terus menurun akibat alkohol. Dia cedera jelang Piala Eropa 1992. Gagal bawa Inggris ke Piala Dunia 1994 pula.

3. Ban kapten pengubah situasi

Kisah Dewa Mabuk Inggris Insaf karena Kalah dari JermanPA

Kondisi Adams terus memburuk. Ketergantungannya sudah sulit untuk diatasi. Namun, dia mendapatkan sebuah kepercayaan dari manajer Inggris, Terry Vernables, di masa persiapan Piala Eropa 1996.

Ban kapten yang diberikan kepadanya sedikit memberikan beban kepadanya. Dia merasa ada tanggung jawab besar yang diemban dan harus jadi contoh. Hanya saja, Adams belum bisa mengatasi kecanduannya akan alkohol.

Hingga akhirnya, Adams menemukan satu momen di periode Februari hingga Maret 1996. Kala itu, dia cedera dan harus menepi dari lapangan.

Selama masa pemulihan, Adams begitu dekat dengan alkohol. Hingga akhirnya, satu masa dia minum enam hingga delapan botol minuman beralkohol. Adams mabuk berat, lalu pingsan. Anak-anaknya sampai tak terurus.

"Ibu mertua menampar wajah saya dan langsung membawa anak-anak pergi. Kemudian, saya menerima tanggung jawab besar. Memimpin teman-teman di Piala Eropa 1996. Kala itu, saya berpikir, harus lebih dewasa. Pikiran saya cuma satu, latihan terus, mengembalikan kondisi fisik," ujar Adams.

"Saya kapten, harus meningkatkan diri, jadi contoh. Pikiran itulah yang membuat saya harus berubah. Ada pula ketakutan akan mati, karena saya tak bisa mengatasi kecanduan ini," lanjutnya.

4. Hidup itu berubah karena Piala Eropa

Kisah Dewa Mabuk Inggris Insaf karena Kalah dari Jermanwww.football365.com

Tapi, ban kapten yang dipegangnya di Piala Eropa 1996 benar-benar mengubah segalanya. Adams menjadi lebih baik. Dia berubah jadi teladan buat rekan-rekannya yang lain. Kerap kali, di pagi hari, Adams menggedor pintu kamar setiap pemain untuk mengingatkan berlatih.

"Cuma sepak bola tempat saya melampiaskan sesuatu. Kala itu, saya cuma punya sepak bola dan keluarga," ujar Adams.

Perlahan, Adams menjadi pribadi yang lebih baik. Piala Eropa 1996 menjadi titik balik dalam hidupnya. Performa Inggris yang menggila membuat Adams memiliki harapan baru.

Gairahnya akan hidup kembali muncul. Dia mulai tersenyum. Rasa sakit akibat kritik di 1988 silam, mulai terobati. Dengan adanya pujian, kasih sayang dari suporter, Adams terlihat lebih positif.

Optimisme begitu tinggi menyelimuti Adams. Kala itu, dia sangat yakin Inggris juara Piala Eropa. Hingga akhirnya, impian Inggris juara Piala Eropa 1996 sirna ketika kalah dari Jerman di semifinal lewat adu penalti. Manajer Inggris sekarang, Gareth Southgate, jadi pemain yang gagal dalam momen tersebut.

"Menyakitkan, karena kami sangat dekat dengan gelar juara. Tapi, saya bersyukur bisa mendapat momen tersebut. Masih membekas, tapi secara pribadi, momen ini yang mengubah hidup saya jadi lebih baik dan berujung pada rehabilitasi hingga lepas dari kecanduan," ujar Adams.

Baca Juga: Banyak Pekerja Bohong ke Kantor Demi Inggris Vs Jerman

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya