Kaleidoskop 2023: Invasi Naturalisasi ke Timnas Indonesia

Naturalisasi begitu marak pada 2023

Jakarta, IDN Times - Pada 2010, naturalisasi sempat jadi proyek mercusuar di sepak bola Indonesia. Semua berkat performa apik Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim di Piala AFF 2020. Tahun 2023, proses ini marak kembali.

Total, sudah ada enam pemain yang dinaturalisasi PSSI selama 2023 ini. Mereka adalah Jordi Amat, Sandy Walsh, Ivar Jenner, Rafael Struick, Shayne Pattynama, dan Justin Hubner.

Saat ini ada dua pemain juga yang tengah menanti proses naturalisasi. Mereka adalah Jay Idzes dan Nathan Tjoe-A-On. Keputusan Presiden (Keppres) naturalisasi keduanya sudah turun, tinggal pengambilan sumpah.

Belum lagi, ada Ragnar Oratmangoen yang juga akan melakoni proses naturalisasi. Jika ketiga pemain ini tuntas dinaturalisasi, total sudah ada sembilan pemain yang dinaturalisasi di era kepelatihan Shin Tae Yong. Jumlah ini tentu banyak.

Lalu, apakah naturalisasi ini memberi dampak? Atau, hanya beberapa saja yang mampu rutin tampil di level Timnas?

1. Melengkapi beberapa pemain yang masih rutin bela Timnas

Kaleidoskop 2023: Invasi Naturalisasi ke Timnas IndonesiaMarc Klok, Penggawa Timnas U-23. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Sepanjang sejarah naturalisasi, ada beberapa pemain yang bisa dianggap gagal. Tengok saja di skuad Piala AFF 2012, ketika ada Tonnie Cussell atau John van Beukering yang urung memberi performa positif bagi Timnas. Ironisnya, Van Beukering malah jadi pesakitan dan kerap tersandung masalah usai jadi WNI.

Akan tetapi, ada beberapa pemain naturalisasi yang memang rutin bela Timnas. Pada eranya, Gonzales dan Bachdim terbilang rutin membela Pasukan Garuda, sebelum akhirnya usia menggerus kemampuan mereka.

Kini, ada Marc Klok dan Stefano Lilipaly yang terbilang rutin membela Timnas. Khusus Klok, dia jadi sosok yang tak tergantikan di lini tengah Timnas, termasuk pada era Shin Tae Yong.

Baca Juga: Makin Ramai Naturalisasi di Timnas, Memangnya Bagus?

2. Naturalisasi gak berhenti

Kaleidoskop 2023: Invasi Naturalisasi ke Timnas IndonesiaJay Idzes, pemain naturalisasi timnas Indonesia (instagram.com/jayidzes)

Menilik proses naturalisasi yang dilakukan PSSI sepanjang 2023, benar-benar berderet. Tidak cuma itu, banyak juga proses naturalisasi yang dilakukan secara bersamaan, seperti yang terjadi pada Jordi Amat dan Sandy Walsh.

Setelah itu, ada juga naturalisasi Ivar Jenner dan Rafael Struick, yang juga rampung secara bersamaan. Justin Hubner harusnya masuk ke dalam rombongan ini, tetapi karena satu dan lain hal, naturalisasinya baru rampung akhir 2023.

Sedangkan, naturalisasi Shayne dilakukan secara terpisah. Dia tak masuk rombongan manapun, dan melakukannya seorang diri. Kebiasaan menaturalisasi secara rombongan ini pun kemungkinan masih dilakukan ke depannya.

Sebab, ada Jay dan Nathan yang proses naturalisasinya dilakukan bersamaan. Belum lagi, ke depan ada nama Thom Haye dan Maarten Paes yang juga kemungkinan dilakukan bersamaan.

Baca Juga: Menjadi Indonesia Lewat Olahraga

3. Terminologi naturalisasi yang coba diluruskan

Kaleidoskop 2023: Invasi Naturalisasi ke Timnas IndonesiaDiskusi Turun Minum PSSI Pers soal naturalisasi. (Dok. PSSI Pers)

Tenaga Ahli Kemenpora Bidang Diaspora dan Kepemudaan, Hamdan Hamedan, menyatakan penyebutan pemain naturalisasi tak relevan lagi saat yang bersangkutan sudah memiliki paspor Indonesia. Karena naturalisasi adalah kata benda.

"Naturalisasi itu proses hukum yang dilakukan untuk mengubah status kewarganegaraan seseorang dari WNA menjadi WNI. Jadi frasa pemain naturalisasi itu sebetulnya tidak tepat," kata Hamdan pada Kamis (21/12/2023).

"Tetapi, ketika seseorang itu sudah berhasil dinaturalisasi, disumpah dan menandatangani sumpah, maka dia sudah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan mempunyai kesamaan dalam hukum dan pemerintahan," lanjutnya.

4. Rentan munculkan batas pemisah

Kaleidoskop 2023: Invasi Naturalisasi ke Timnas IndonesiaAnggota Exco PSSI Arya Sinulingga dalam acara Diskusi Turun Minum PSSI Pers. (Dok. PSSI Pers)

Seiring dengan maraknya proses naturalisasi ini, mulai ada dikotomi antara pemain naturalisasi dan pemain lokal. Dikotomi ini jadi sebuah diskursus tersendiri, sampai-sampai memunculkan istilah 'local pride'.

Merespons hal tersebut, Hamdan menolak anggapan miring sejumlah pihak terkait motif pemain keturunan mau dinaturalisasi. Banyak yang menilai hal itu dianggap karena mereka tak mampu bersaing untuk memperkuat Timnas negara asalnya.

"Ada pemain grade A yang bermain di salah satu klub terbaik di dunia, dia ingin membela Indonesia. Dia mengatakan, saya ingin sekali membela Indonesia," ujar Hamdan.

Hal tak jauh berbeda juga diungkapkan Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga. Dia secara tegas menolak dikotomi pemain naturalisasi dan lokal.

"Dikotomi ini harus diselesaikan sekarang, istilah local pride, atau anti-naturalisasi harus dihentikan. Naturalisasi hanya proses, tapi sepanjang dia punya darah (Indonesia), maka dia berhak mewakili bangsa kita," kata Arya.

5. Jangan sampai melupakan kompetisi

Kaleidoskop 2023: Invasi Naturalisasi ke Timnas IndonesiaPersib U-17 juara Nusantara Open 2023. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Pandangan berbeda diungkapkan pengamat sepak bola Indonesia Tommy Welly. Dia menyoroti sisi lain dari gencarnya PSSI melakukan naturalisasi pemain keturunan.

Pria yang akrab disapa Towel itu sadar program naturalisasi bukanlah sebuah tindakan ilegal. Namun, dia menyoroti keseriusan PSSI dalam memajukan sepakbola Indonesia.

"Jadi, naturalisasi itu kita sudah tidak debat layak atau tidak, karena koridor hukumnya sudah jelas. Tapi, kita mempertanyakan arah pengembangan sepak bola. Kalau PSSI yang sekarang memutuskan semua naturalisasi, bisa saja. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah di mana positioning kompetisi kita," ujar Tommy.

Selama 2023, proses naturalisasi jadi sesuatu yang rutin dilakukan PSSI. Semua demi target prestasi. Akan tetapi, jangan sampai lupa bahwa untuk mencetak pemain andal, federasi tetap harus membenahi sistem kompetisi dan pembinaan di Indonesia.

Pembinaan usia dini dan membenahi kompetisi, ditegaskan oleh mantan pelatih Timnas U-16, Fakhri Husaini, lebih penting untuk sekarang. Sebab, pembinaan usia dini bak investasi jangka panjang. Bagi Fakhri, menciptakan iklim kompetisi di level usia dini yang ketat dan berjenjang, bisa melahirkan pemain-pemain muda yang berkualitas.

"Seperti investasi, pembinaan usia dini begitu. Kompetisi harus digalakkan di level usia dini. Mereka bisa berkembang di sana. Jika tidak ada, mau bagaimana talenta lokal kita? Jadi, saya rasa PSSI sudah seharusnya memperhatikan dan berinvestasi di pembinaan usia dini," kata Fakhri, 9 November 2023.

Kehadiran pemain naturalisasi, menurut mantan pelatih Timnas, Jacksen F Tiago, sebenarnya punya dampak positif. Tapi, bagi Jacksen itu hanya bisa dirasakan dalam waktu singkat. Tetap saja, menurut Jacksen, pembinaan di level usia dini, harus lebih digalakkan oleh PSSI.

"Sebenarnya ada positif dan negatifnya. Jika mau menaikkan level sepak bola Indonesia, dalam waktu singkat, perlu kehadiran mereka. Sebab, pola pikir, pandangan, serta pelatihan mereka soal sepak bola berbeda. Kualitasnya juga beda. Untuk waktu singkat, tentu Timnas butuh mereka," ujar Jacksen.

Baca Juga: Makin Ramai Naturalisasi di Timnas, Memangnya Bagus?

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya