Sepak Bola Wanita Indonesia yang Butuh Liga

Tidak cukup dengan pelatih asal Jepang

Jakarta, IDN Times - Sepak bola wanita Indonesia menggeliat. Setelah sempat ramai karena Piala Asia 2022 dan Liga 1 Putri 2019, hadirnya Satoru Mochizuki sebagai pelatih Timnas Wanita menjadikan bola putri di Indonesia dibicarakan lagi.

Peresmian kerja sama antara Mochizuki dan PSSI dihelat di Menara Danareksa pada Selasa, 20 Februari 2024. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir berkata bahwa penunjukan Satoru ini adalah bentuk investasi PSSI untuk sepak bola wanita.

"Mengapa langsung Timnas? Karena saat ini, Timnas Wanita kita punya pemain-pemain yang secara kualitas baik, dengan ada beberapa main di liga luar negeri. Jadi momentumnya lagi bagus dan harus kita manfaatkan," ujar Erick.

Mochizuki memang bukan sosok kaleng-kaleng. Salah satu prestasi terbaiknya hadir bersama Nadeshiko Japan (Timnas Wanita Jepang) pada 2011 silam, kala mengantar mereka menjadi juara Piala Dunia Wanita.

Namun, hadirnya Mochizuki ini tak boleh mengaburkan apa yang menjadi pekerjaan rumah dari PSSI. Apa itu?

1. Mochizuki beri harapan semu bagi Indonesia

Sepak Bola Wanita Indonesia yang Butuh LigaSatoru Mochizuki resmi jadi pelatih Timnas Wanita Indonesia. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Kehadiran Mochizuki ini menghadirkan sebuah harapan semu bagi Indonesia. Catatannya yang luar biasa selama menangani tim wanita Jepang, tentu jadi jaminan mutu bagi Indonesia. Apalagi, sepak bola Indonesia sempat hidup segan mati tak mau.

Liga 1 Putri pada 2019 sempat menggeliatkan sepak bola wanita. Ketika itu, talenta-talenta apik bermunculan ke permukaan. Plus, pada 2022, Indonesia juga lolos ke Piala Asia Wanita untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.

Selain itu, sepak bola wanita Indonesia bisa dibilang tidak terlalu berdenyut. Kini, dengan hadirnya Mochizuki, Indonesia bisa berharap lagi pada sepak bola wanita Indonesia.

"Saya ingin melakukan scouting pemain-pemain wanita Indonesia yang potensial. Ke depannya juga, saya ingin membantu Timnas Wanita masuk standar level dunia," ujar Mochizuki.

Lalu, kenapa harapan itu semu? Karena, sampai saat ini, PSSI belum menyelesaikan pekerjaan rumahnya soal liga untuk sepak bola wanita di Indonesia.

2. Langkah PSSI menjadi pertanyaan

Sepak Bola Wanita Indonesia yang Butuh LigaPertandingan Timnas Wanita Indonesia vs Timnas Wanita Australia di Piala Asia 2022. (dok. AFC)

Co-founder Women's Footie Indonesia, Retno Annisa Utami, heran dengan langkah yang diambil PSSI soal sepak bola wanita ini. Alih-alih memprioritaskan liga, federasi justru memilih untuk fokus ke kepelatihan Timnas Wanita.

"Nanti ini coach-nya bagaimana buat nyari pemain? Liganya saja sudah mati. Terus kalau mau diaspora, mereka pasti bakal berpikir beberapa kali. Karena kan kita tidak punya liga. Ini federasi kayak gimana memperlakukan kami gitu," ujar sosok yang karib disapa Mbak Nin ini.

Mbak Nin juga mengingatkan, Timnas Wanita Indonesia yang bagus bisa lahir dari kompetisi yang sehat. Sekarang, dengan tidak adanya kompetisi sepak bola wanita yang kontinyu, pelatih sebagus apa pun tentu akan sulit mencari pemain.

"Timnas Wanita Indonesia yang kuat berasal dari kompetisi sepakbola yang sehat. Masa kalau mau turnamen baru dipanggil, masuk, dikumpulin dua minggu itu kan kayaknya enggak efektif gitu kan ya," kata Mbak Nin.

Baca Juga: Sepak Bola Wanita Indonesia: Mengubah Stigma Demi Bangkit

3. Alasan kepindahan Zahra Muzdalifah adalah tamparan

Sepak Bola Wanita Indonesia yang Butuh LigaPemain Timnas Putri Indonesia Zahra Muzdalifah (ketiga kiri) menggiring bola melewati sejumlah pemain Akademi Persib Putri dalam pertandingan uji coba di Stadion Madya, kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Kamis (13/1/2022). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Perihal ketiadaan liga ini sempat disinggung penggawa Timnas Wanita Indonesia, Zahra Muzdalifah. Dia menampar federasi dengan perkataan bahwa tak ada liga, menjadikan dirinya tak bisa berkembang.

Alhasil, Zahra pun memutuskan untuk menerima pinangan tim wanita Cerezo Osaka. Dengan sejarah yang apik di dunia sepak bola wanita, berkiprah di Jepang tentu jadi sebuah kesempatan emas bagi Zahra untuk mengembangkan diri.

"Tak ada Liga Sepak bola Wanita di negara saya. Bagaimana saya meningkatkan kemampuan saya? Itulah sebabnya saya ingin pergi ke luar negeri. Lalu ada kesempatan ke Jepang, oh ya tentu saja! Jepang luar biasa," ujar Zahra via akun YouTube WE League.

4. Jadi peringatan juga bagi ASBWI

Sepak Bola Wanita Indonesia yang Butuh LigaPemain Timnas Putri Indonesia Zahra Muzdalifah (ketiga kiri) menggiring bola melewati sejumlah pemain Akademi Persib Putri dalam pertandingan uji coba di Stadion Madya, kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Kamis (13/1/2022). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Ketiadaan liga sepak bola wanita yang kontinyu di Indonesia juga jadi peringatan bagi Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia (ASBWI). Ketua Umum ASBWI, H. Nadalsyah, menyadari itu dan akan membuat banyak program kerja dalam waktu dekat.

"Alhamdulillah, kita dapat berkumpul di sini untuk berbuka puasa bersama sambil berdiskusi untuk sepak bola wanita. Momen seperti ini juga dapat
memperkuat silaturahmi antara ASBWI dengan PSSI, para pemain, dan stakeholder sepak bola wanita," ujar Nadalsyah dalam acara buka bersama pada 30 Maret 2024.

"ASBWI dibawah arahan PSSI juga selalu bekerja bersama untuk pengembangan grassroots, youth level serta berbagai aspek lainnya dalam sepakbola wanita,” lanjutnya.

5. Pembelaan PSSI soal merekrut pelatih lebih dulu

Sepak Bola Wanita Indonesia yang Butuh LigaKetua Umum PSSI, Erick Thohir di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jumat (26/1/2024). (IDN Times/Tino)

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memang mengakui bahwa talent pool untuk sepak bola wanita itu terbatas. Dengan tidak adanya kompetisi liga di berbagai level usia, sulit untuk menemukan pemain yang bisa membela Timnas.

"Tak ada juga liga perempuan di level utama. Jadi, kami akan membuat dua rencana untuk dua-tiga tahun ini, salah satunya memastikan talenta terbaik masuk Timnas. Terkait kelompok umur, Coach Satoru yang akan menentukan," ujar Erick.

Alhasil, dalam rangka mencari pemain, Erick mengaku akan menggandeng beberapa pihak serta rutin menggelar turnamen sepak bola wanita usia dini. TC jangka panjang juga akan jadi opsi lain dalam mencari pemain.

"Kemarin sudah ada MilkLife yang melatih 314 guru, targetnya 16 ribu pemain akan jadi bagian dari ekosistem baru sepak bola wanita yang dibangun, mulai dari U-10 sampai U-12. Nanti juga ada TC di dalam dan luar negeri," kata Erick.

Lebih lanjut, Erick berujar bahwa PSSI tengah menyusun cetak biru sepak bola wanita Indonesia. Berawal dari kompetisi usia dini, nantinya talent pool yang ada akan dikumpulkan dan baru dibentuk liga yang selevel Liga 1 Pria.

"Salah satunya, akan digelar turnamen wanita U-10 dan U-14. Lalu, dibuat zona-zona yang diikuti klub, sehingga baru bisa dijadikan liga. Turnamen-turnamen muda ini menampung bakat sepak bola wanita kita, sekaligus membantu Coach Satoru Mochizuki," beber Erick.

Baca Juga: Masalah Fundamental Sepak Bola Wanita Indonesia, PSSI Kapan Perbaiki?

6. Ujian perdana di Piala Asia U-17

Sepak Bola Wanita Indonesia yang Butuh LigaSatoru Mochizuki resmi jadi pelatih Timnas Wanita Indonesia. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Dalam waktu dekat, ada Piala Asia Wanita U-17 2024 yang akan dihelat pada 7 sampai 20 April 2024. Rencananya, akan ada delapan tim yang akan berpartisipasi, termasuk Timnas Wanita Indonesia.

Seleksi perdana untuk para pemain yang akan memperkuat Timnas Wanita U-17 ini pun sudah dihelat pada 27 Maret 2024 silam. Ajang ini pun akan jadi ujian perdana bagi Mochizuki sebagai pelatih Timnas Wanita Indonesia.

Selain itu, ajang ini juga berpotensi jadi penegas pentingnya kompetisi liga sepak bola wanita Indonesia. Karena pada dasarnya, tidak cukup tangan pelatih Jepang saja untuk membenahi sepak bola putri di tanah air.

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya