Ken Herez, Diaspora Indonesia yang Pegang 13 Lisensi dari Inggris

Ken Herez mengambil jalur berbeda

Jakarta, IDN Times - Mengharumkan nama bangsa bukan cuma soal main di kompetisi luar negeri. Ada cara lain yang bisa ditempuh, seperti jalan dari Ken Herez, diaspora Indonesia di Inggris.

Ken Herez kini bekerja di salah satu klub kontestan Divisi Championship, Coventry City FC. Tak main-main, dia menjadi staff supervisor di Coventry City, yang bertanggung jawab dalam pengaturan sistem kerja dan keamanan pertandingan. Nantinya, dia membawahi 60 steward ketika laga berlangsung.

Posisi ini tak diraihnya secara instan. Sejak masih kuliah di Coventry University, Ken Herez bekerja secara sambilan sebagai steward.

Tugasnya adalah mengatur alur penonton dan mengendalikan akses di stadion. Dia juga bertanggung jawab antara penanganan konflik dan pusat komunikasi penonton ke pihak-pihak terkait.

Ken Herez menuturkan posisi ini cukup mudah didapat oleh para pendatang di Inggris. Sebab, sekitar 80 persen steward merupakan pendatang pula.

Tak cuma di Coventry City, Ken Herez juga sempat mencicipi pengalaman bekerja di klub milik Ryan Reynolds pemeran Deadpool, Wrexham AFC, serta Stoke City.

1. Karakter penonton Inggris sebenarnya gak jauh beda

Ken Herez, Diaspora Indonesia yang Pegang 13 Lisensi dari InggrisCoventry City (ccfc.co.uk)

Secara tupoksi, memang terlihat mudah. Namun, Ken Herez menyatakan sebenarnya ada penilaian tertentu yang membuatnya bisa menjadi langganan untuk bertugas sebagai stewards. Dia harus mendapatkan reputasi poin yang tinggi. Baru setelahnya bisa naik jabatan.

"Reputasi poin saya 99 plus, dengan lebih dari 48 shift selama dua musim bekerja. Saya dapat dua kali promosi jabatan. Masuk ke staff hospitality, saya lihat orang lokal semua. Tugasnya menerima tamu-tamu penting, jadi pendekatannya pasti berbeda. Mungkin, saya satu-satunya supervisor yang statusnya pendatang," kata Ken Herez beberapa waktu lalu saat diwawancarai virtual oleh IDN Times dan beberapa media lain.

Bekerja dalam bidang keamanan stadion, banyak pengalaman yang didapat Ken Herez. Dia dihadapkan pada kultur berbeda antara penonton Inggris dengan Indonesia.

Hanya saja, prosedurnya sebenarnya sama dengan Indonesia. Karena mereka harus memeriksa barang bawaan, bangku penonton, hingga memastikan suporter bisa pulang dengan selamat.

"Kalau dibilang penonton di sana lebih tertib, gak juga. Pada dasarnya sama, malah saya pernah menemukan plastik yang bau, ternyata di dalamnya ada kotoran manusia. Itu pengalaman saya," ujar Ken Herez.

Baca Juga: Manchester United Optimis Akhiri Paceklik Gelar di Piala FA 2023/2024

2. Pegang 13 lisensi dari Inggris

Ken Herez, Diaspora Indonesia yang Pegang 13 Lisensi dari InggrisCoventry City merayakan kemenangan melawan Wolverhampton Wanderers pada perempat final Piala FA 2023/2024. (ccfc.co.uk)

Dengan peran barunya, Ken Herez mengakui tanggung jawabnya akan lebih berat. Sebab, dia harus mengoordinasikan staf, mengatur pos, dan menyiapkan sistem demi bisa menjaga keamanan dan ketertiban selama pertandingan.

Ken Herez memberikan simulasi, ketika stadion terisi penuh dengan 25 ribu penonton, maka ada 500 steward yang harus dilepas.

Perhitungan ini tak cuma didasari atas pengalaman. Tapi, Ken Herez juga mendapatkan ilmunya dari jalur menimba ilmu bersama FA Inggris. Saat ini, Ken Herez sudah mengantongi 13 lisensi, sembilan dari FA Inggris dan empat swasta. Semua berkaitan dengan security stadium.

"Dengan jabatan baru, saya harus mengoordinasikan staf dan atur pos mereka. Lalu, saya harus kasih laporan lapangan ke manajemen klub, ada kerusakan atau tidak. Setidaknya, 25 ribu penonton harus kami siapkan 500 steward. Ini asumsi stadion penuh," kata Ken Herez.

3. Ada pekerjaan lain

Saat ini, bekerja di Coventry City jadi sampingan buat Ken Herez. Dia memiliki pekerjaan lain yang statusnya tetap, yakni sebagai marketing creative di Tonsser, perusahaan digital sepak bola.

Tonsser bukan perusahaan sembarangan di bidang sepak bola. Mereka fokus dalam pembinaan usia dini demi mencari bakat-bakat terbaik dunia. Perusahaan ini berasal dari Denmark dan didirikan oleh duet Peter Holm serta Simon Hjaere.

Pada dasarnya, mereka memiliki basis data pemain muda potensial. Data-data ini akan diolah oleh para pemandu bakat agar bisa diteruskan ke klub-klub profesional. Semua berbasis pada big data yang ada di aplikasi Tonsser.

Tonsser tak cuma ada di Denmark. Mereka sudah melebarkan sayapnya ke Britania raya, Belanda, Jerman, Austria, Swiss, Portugal, Norwegia, dan Swedia.

"Erling Haaland jadi contoh sempurna penggunaan Tonsser. Dia sudah pakai di akademi, belum jadi profesional. Jadi basisnya, mereka mengisi data yang detail, bahkan tinggi orang tua juga diminta untuk diisi," ujar Ken Herez.

Dari dua peran berbeda ini, Ken Herez merasa ilmu dan pengalamannya mulai berkembang. Ada impian yang diusungnya, yakni ketika kembali ingin menerapkannya ke sepak bola Indonesia.

Memang, sejauh ini tak banyak orang di Indonesia yang punya lisensi security stadium internasional. Terakhir, ada Nugroho Setiawan yang memegang lisensi FIFA dalam bidang ini.

"Saya mau di sini dulu, menimba ilmu dan pengalaman. Ketika kembali, saya mau aplikasikan ilmu saya di sepak bola Indonesia," ujar Ken Herez.

Baca Juga: Kemenangan Dramatis Coventry City Teruskan Tradisi Magis Piala FA

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya