Ambisi Besar Erick Thohir Tingkatkan Level Sepak Bola Indonesia

Simak wawanacra khusus IDN Times bersama Erick Thohir

Jakarta, IDN Times - Erick Thohir tengah memikul beban berat di pundaknya, karena bertanggung jawab memajukan sepak bola Indonesia. Itu karena statusnya sebagai Ketua Umum PSSI periode 2023-2027.

Tak bisa dipungkiri, sepak bola tanah air mengalami kemajuan saat PSSI ditangani Menteri BUMN ini. Buktinya, ranking Indonesia bisa menanjak ke posisi 147 dunia.

Walau secara tak langsung, prestasi tertinggi yang diraih adalah medali emas SEA Games 2023. Ini merupakan sejarah, karena Indonesia tak pernah menyabet medali tersebut dalam 32 tahun terakhir.

Erick memang memiliki segudang pengalaman. Betapa tidak, dia pernah memimpin salah satu raksasa Eropa, Inter Milan. Kala itu, dia menjabat sebagai presiden klub selama lima tahun, pada 2013-2018 silam.

Pengalaman itu yang menjadi modal positif Erick dalam memimpin PSSI. Banyak misi yang sedang dia rajut untuk diwujudkan.

Demi mengetahui misi apa saja yang disiapkannya agar Indonesia bisa bicara banyak di kancah dunia, berikut wawancara khusus IDN Times dengan Ketum PSSI, Erick Thohir.

Sebenarnya, kiblat sepak bola Indonesia mau diarahkan ke mana? Ada Filanesia yang selama ini jadi pedoman, tapi tampaknya belum terimplementasi. Seperti apa kurikulum yang tepat buat Indonesia?

Ambisi Besar Erick Thohir Tingkatkan Level Sepak Bola IndonesiaKapten Indonesia, Asnawi Mangkualam Bahar, saat dijaga Alejandro Garnacho serta Marcos Acuna. (IDN Times/Tata Firza)

Kalau kita lihat, 20 negara yang peringkat teratas dunia itu punya filosofi bola. Filosofi bukan sesuatu yang ikut-ikutan, tapi harus diimplementasi dari kecil. Nah, seperti yang saya bilang, membangun tim itu harus dari bawah ke atas.

Nah, grassroot di Indonesia itu belum terbentuk (sempurna). Akhirnya, ketika pelatih masuk ke lapangan, dia hanya menyiapkan pemain sesuai dengan sistem pertandingan, sesuai pemain yang ada. Kalau seperti itu, bagaimana kita mau bikin folosofi?

Baca Juga: Erick Thohir, Ketum PSSI Pelepas Dahaga Emas di SEA Games

Lalu, solusi untuk menciptakan filosofi sepak bola Indonesia bagaimana?

Ambisi Besar Erick Thohir Tingkatkan Level Sepak Bola IndonesiaTimnas Indonesia lawan Turkmenistan. (Dok. PSSI)

Kebetulan kita punya generasi emas, saya berterima kasih sama Pak Presiden (Joko Widodo) yang mendorong Pak Zainudin Amali [waktu masih menjabat sebagai Menpora], berkomitmen membangun tim U-20 waktu itu. Dan sekarang Pak Dito juga meneruskan dengan U-17.

Kita itu harus memiliki 150 pemain di database PSSI. Contoh, di U-17, mesti ada 5x11 pemain, U-20 4x11, U-23 dan senior 3x11 dan sebagainya. Ya pokoknya ditotal kira-kira 150 yang harus kita miliki.

Nah, sekarang tidak ada, jadi bagaimana kita mau bikin filosofi, kalau grassroot-nya belum ada. Saya ingin mencari technical director yang independen. Ini supaya dia bisa meramu seperti apa permainan kita dalam 10 tahun ke depan.

Nah, tugas direktur teknik nantinya seperti apa?

Ambisi Besar Erick Thohir Tingkatkan Level Sepak Bola IndonesiaLogo PSSI di Kantor PSSI. (IDN Times/Tino).

Tugasnya tentu meramu permainan Timnas, agar mensinkronkan pelatih di setiap kelompok umur. Seperti Shin Tae Yong di senior dan U-23, Coach Indra (Sjafri) di U-20 dan Coach Bima Sakti di U-17.

Soalnya enggak bisa masing-masing pelatih seperti "saya mau gayanya ini, yang satunya mau ini," itu nanti pemainnya bingung. Tapi, saya selalu ingatkan, bahwa ini sama kayak BUMN, membangun sepak bola itu enggak bisa kayak bangun Candi Perambanan.

 

Baca Juga: Gebrakan di PSSI Modal Erick Thohir Maju Jadi Cawapres Pemilu 2024

Berbicara soal grassroot, kompetisi usia dini dan wanita selama ini belum berjalan dengan baik pak. Sebenarnya apa sih akar masalahnya? Sudah ada solusi dari PSSI?

Beberapa waktu lalu, salah satu rapat di Bogor, Pak Presiden minta Mendagri mengkoreksi atau memperbaiki aturan permendagri, di mana dana APBD boleh untuk Liga 3, bukan klub, tapi untuk Liga 3.

Lalu juga adanya kerja sama Kemendikbud dengan kami, didampingin Kemenpora. Bahwa untuk meningkatkan jumlah pelatih, wasit, guru-guru di sekolah itu bisa di-training, sehingga di waktu-waktu sabtu-minggu, saat mereka tidak mengajar, mereka dapat income tambahan. Bisa juga jadi wasit dan pelatih.

Termasuk tim nasional perempuan, ya, kita sedang mencari dan sudah kerja sama dengan Jepang untuk pelatihnya. Nah, artinya kalau sudah ada pelatihnya, berarti timnas wanita ini bisa mulai kita tata.

Lalu bagaimana kelompok yang berada di bawah umurnya tadi? Ada proses sekolah, ada proses lainnya. Nah, ini yang kita lakukan. Namun, memang dalam hal ini, kita sedang fokus di tim nasional, kita sedang fokus Piala Dunia U-17, kita fokus Liga 1 dan Liga 2 berjalan. Abis ini Liga 3, baru yang grassroot. Ini memang bertahap, gak bisa langsung.

Ngomong-ngomong soal liga, format kompetisi Liga 1 itu gimana sih idenya?

Ambisi Besar Erick Thohir Tingkatkan Level Sepak Bola IndonesiaLogo Liga 1. (Dok. PT Liga Indonesia Baru)

Ya, saya percaya, kita itu kan dalam membangun sesuatu tidak perlu juga pintar sendiri, atau misalnya, oh ini formula terbaik. Kita bisa lihat kegundahan ketika juara liga itu sudah diketahui, gara-gara match fixing.

Sering lho, hasil pertandingan sudah di ujung, tiba-tiba ada penalti. Karena itu, wasitnya dulu yang kita perbaiki. Dengan apa? Adanya asuransi BPJS, adanya juga dia meniup secara minimum. Jadi misalnya dalam satu musim lebih harus 15, karena kalau gak, uangnya kurang. Nah, nanti juga saya sedang dorong Liga kasih penghargaan wasit. Supaya ada kriteria mereka ini.

Tetapi nggak cukup di situ. Ada lagi teknologi VAR. Kita jangan percaya hanya human-nya saja.

Nah, di kompetisinya pun seperti itu. Ketika kita punya musim kompetisi normal, tiba-tiba 4 besar yang diadu lagi, kan mereka juga berpikir dari awal saya mesti masuk 4 besar.

Dan bukan berarti dia yang peringkat satu bisa langsung juara, bisa saja terpeleset. Nah, hal-hal ini yang saya memang dorong dengan cara berkompetisi secara baik dan transparan. Dan diberi kesempatan siapapun berhak untuk main lagi.

Nggak langsung gugur-gugur. Ya, memang Eropa nggak seperti ini, tapi Amerika iya seperti ini. Amerika buktinya MLS bikin sendiri, nggak ada yang ribut, sekarang banyak klubnya, bintang-bintang, Messi pun ke sana.

Baca Juga: Soal Cawapres, Erick Thohir: Saya Ketum PSSI Sampai 2027

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya