Menggebrak Industri Sepak Bola Amputasi di Indonesia, Turki Kiblatnya

Turki bisa jadi kiblat sepak bola amputasi Indonesia

Jakarta, IDN Times - Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia (PSAI) masih dihantui beban besar di pundaknya. Beban itu adalah menggelar kompetisi berkelanjutan, untuk menjadi wadah para pemainnya.

Kompetisi itu menjadi impian bagi para pemain sepak bola amputasi di Tanah Air. Sejauh ini, mereka bisa merumput lewat turnamen tahunan, bertajuk Piala Menpora.

Perjalanan PSAI membentuk kompetisi pun masih begitu panjang. Ada jalan terjal yang perlu ditempuh, salah satunya menggebrak industri sepak bola amputasi yang fondasinya belum terbangun.

Dalam memajukan sepak bola amputasi di Tanah Air, Turki bisa jadi kiblatnya. Apalagi ada dua pemain Timnas Amputasi Indonesia yang berkarier di sana, yakni Aditya dan Shiddiq Bahiri.

Mereka bisa menjadi mata-mata untuk mencari tahu bagaimana cara Turki membesarkan industri sepak bola amputasinya.

Baca Juga: Atlet Sepak Bola Amputasi Surabaya Wakili Timnas di Ajang Piala Dunia

1. Klub sepak bola amputasi belum siap

Menggebrak Industri Sepak Bola Amputasi di Indonesia, Turki KiblatnyaTimnas Amputasee Indonesia menerima bantuan dana dari Sharp dan The Goods Dept (IDN Times/Margith Juita Damanik)

Menurut Ketua Umum PSAI, Yudhi Yahya, banyak pertimbangan untuk menggulirkan kompetisi. Selain industrinya yang belum terbangun, sebagian besar klub sepak bola amputasi memang belum siap secara finansial.

Faktor ini menjadi pertimbangan penting. Yudhi khawatir banyak klub yang bertumbangan di tengah jalan. Maka dari itu, mereka ingin membangun industrinya terlebih dahulu.

"Cukup sulit bagi kami menggelar kompetisi dengan konsep liga, karena membangun industri sepak bola amputasi sendiri cukup sulit bagi kami," kata Yudhi kepada IDN Times.

"Membentuk liga ini PR yang sangat besar. Kita harus lihat kesanggupan dari maasing-masing klub yang belum begitu stabil secara finansialnya," tambah Yudhi.

Yudhi mengatakan, klub sepak bola amputasi di Indonesia masih kesulitan dalam mencari suntikan dana segar secara mandiri. Mereka masih mengandalkan pemasukan dari stakeholder di setiap daerahnya.

"Sebagian besar klub masih berpangku tangan kepada kebijakamn stakeholder di daerahnya masing-masing. Kami juga terus mendorong tentang hal itu," ujar Yudhi.

2. Ada yang bisa ditiru dari Turki

Menggebrak Industri Sepak Bola Amputasi di Indonesia, Turki KiblatnyaPotret Aditya dan Shiddiq Bahiri berseragam Kayseri Melikgazi Belediyespor. (Dok pribadi Aditya).

Begitu juga, klub sepak bola di Indonesia belum begitu banyak. Nah, untuk hal ini, PSAI bisa mencontoh Turki. Mereka harus menggandeng klub sepak bola di Tanah Air, yang berlaga di Liga 1 atau Liga 2 untuk ikut membentuk tim disabilitas.

Ini yang membantu industri sepak bola amputasi di Turki bisa berkembang lebih pesat. Antusiasme masyarakat juga tinggi, karena semua fans klub Turki ikut mendukung tim amputasinya.

Ini yang membuat kompetisi sepak bola amputasi di Turki bisa berjalan dengan lancar. Bahkan, kompetisinya terdapat tiga kasta hingga bisa menerapkan sistem promosi dan degradasi.

"Setiap klub non-disabilitas di sini (Turki) juga memiliki tim amputasinya juga. Otomatis penonton selalu memberikan dukungan," kata Adit.

"Liganya berjalan dengan baik, ada tiga kompetisi. Beberapa tim pun sudah ada yang memakai lapangan dengan standar sepak bola amputasi," ujar Adit.

3. PSAI harus terafiliasi dengan PSSI

Menggebrak Industri Sepak Bola Amputasi di Indonesia, Turki KiblatnyaLogo PSSI di Kantor PSSI. (IDN Times/Tino).

Turki bisa menggelar kompetisi dengan tiga kasta karena organisasi sepak bola amputasinya sudah terafiliasi dengan Federasi Sepak Bola Turki (TFF). Ini yang ingin ditiru oleh PSAI.

Sejauh ini, PSAI bergerak secara mandiri karena belum terafiliasi dengan PSSI. Mereka mengandalkan bantuan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Pada program 2024, Yudhi menyatakan, PSAI bakal berusaha untuk terafiliasi dengan PSSI. Ketua Umum PSAI itu akan mencoba berkomunikasi dengan Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI untuk segera mewujudkan misi tersebut.

"Memang agenda tahun depan itu salah satunya adalah menjajaki kerja sama, apakah mungkin bisa berafiliasi dengan PSSI. Nantinya ini bisa berdampak pada ekosistem sepak bola amputasi. Kita akan coba, saya akan mencoba mendorong ini dengan Pak Erick Thohir agar PSAI bisa segera terafiliasi dengan PSSI," ujar Yudhi.

4. PSAI harus gencarkan pembinaan

Menggebrak Industri Sepak Bola Amputasi di Indonesia, Turki KiblatnyaKetua Umum Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia, Yudhi Yahya. (IDN Times/Tino)

Sembari menunggu kompetisi dan terafiliasinya PSAI dengan PSSI, kapten Timnas Amputasi Indonesia, Aditya, menyarankan agar federasi memperkuat akar rumputnya. Pembinaan usia muda harus digencarkan, untuk mematangkan talenta para atlet sebelum liga di mulai.

"Harapannya dibuat pembinaan khusus. Turnamen harus lebih sering lagi untuk menjadi ranah para pemain mencari prestasi," kata Adit.

Pembinaan ini sebenarnya sudah berjalan dalam program 2023. Yudhi menyebut, pembinaan ini akan ditingkatkan pada program 2024. PSAI akan membangun suatu pemusatan latihan yang dikhususkan untuk anak muda dan perempuan.

"Kami memang ada agenda program 2024, salah satunya coaching clinic anak dan perempuan yang akan di-upgrade sebagai training camp. Selain itu, juga akan ada sosialisasi dengan cara door to door ke lembaga lain dan masyarakat," ujar Yudhi.

5. Memanfaatkan kekuatan media sosial

Menggebrak Industri Sepak Bola Amputasi di Indonesia, Turki Kiblatnyailustrasi media sosial (IDN Times/Aditya Pratama)

Adit juga menyarankan agar PSAI dan klub sepak bola amputasi di Tanah Air memaksimalkan media sosialnya. Dengan begitu, talenta atlet di Indonesia bisa lebih terpantau oleh pemandu bakat di luar negeri.

Hal itu yang dilakukan Adit dan Bahir yang kini berseragam Kayseri Melikgazi Belediyespor, yakni salah satu klub Amputee Super Lig 1. Mereka dikontrak pada November 2023 lalu hingga akhir musim 2023/24.

"Untuk mempromosikan talenta di Indonesia lewat media sosial menurut saya sangat efektif, terbukti oleh Adit dan Nahir yang pengikutnya cukup banyak ditambah skill yang mumpuni. Ini akan menjadi strategi yang bagus agar pemain kita semakin banyak direkrut klub di luar negeri," kata Yudhi.

"Kita juga mendorong klub-klub agar para pemain yang memiliki potensi besar bisa dipoles lagi, supaya saat mempromosikan di media sosial kita gak mengecewakan. Misal, ketika sudah direkrut tapi kemampuan dan etikanya kurang baik. Ini kan akan mempermalukan Indonesia, tapi langkah ini akan kita coba poles," ujar Yudhi.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya