Vinicius Kesal saat Diganti, Tanda Retaknya Hubungan dengan Alonso?

Di balik kemenangan Real Madrid atas FC Barcelona dalam laga bertajuk El Clasico jilid pertama LaLiga Spanyol 2025/2026, ada sebuah konflik yang perlahan menyeruak ke permukaan. Vincius Junior, yang selama beberapa musim terakhir menjadi pusat energi klub, kini justru menjadi masalah baru di ruang ganti Los Blancos. Isyarat kemarahan kecil yang terekam kamera, gestur dingin di antara pelatih dan pemain, serta bisik-bisik dari kamp latihan Valdebebas membentuk narasi baru mengenai keretakan hubungan Vinicius dengan klub.
Sumber dari berbagai laporan mengungkap, ketegangan itu bukan insiden tunggal, melainkan rangkaian gesekan yang berawal sejak musim panas 2025. Xabi Alonso datang membawa sistem, hierarki, dan filosofi baru, sementara Vinicius merasa kehilangan panggung yang dulu menjadi miliknya. Di antara perubahan taktik, negosiasi kontrak yang mandek, dan bayang-bayang Kylian Mbappe yang kini jadi poros tim, situasi Vinicius menjadi potret kompleks dari konflik antara ambisi pribadi dan proyek kolektif Real Madrid.
1. Vinicius meluapkan gestur frustrasi usai diganti dalam laga El Clasico
Real Madrid kembali menegaskan dominasinya di LaLiga Spanyol 2025/2026 setelah menaklukkan Barcelona 2–1 di Santiago Bernabeu. Kemenangan itu menjadi catatan manis bagi Xabi Alonso yang menjalani El Clasico perdananya sebagai pelatih Los Blancos. Namun, di balik tiga poin penting tersebut, terselip drama yang mengubah suasana ruang ganti menjadi tegang.
Ketika papan pergantian pemain menunjukkan nomor punggung 7 pada menit ke-72, Vinicius Junior tak percaya dirinya yang harus keluar lapangan lebih dulu. Winger asal Brasil itu bereaksi keras, mengeluh kepada staf kepelatihan sambil berjalan langsung ke ruang ganti tanpa menatap Alonso. Beberapa menit kemudian, ia kembali ke bangku cadangan, tetapi emosinya belum reda.
Di pengujung laga, Vinicius kembali menjadi pusat perhatian ketika terlibat keributan dengan Lamine Yamal dan Raphinha hingga petugas keamanan turun tangan. Meski Alonso menegaskan tak ada masalah serius dan akan mengadakan pembicaraan di ruang ganti, citra harmoni tim kini jadi buah bibir fans dan media. Dalam kemenangan yang seharusnya menjadi simbol kebangkitan, publik justru melihat tanda-tanda keretakan di tubuh Madrid antara sang pelatih dan bintang lamanya.
2. Gaya bermain Vinicius dinilai tak sejalan dengan filosofi taktis Xabi Alonso
Hubungan Vincius Junior dan Xabi Alonso sejatinya sudah berjarak jauh sebelum El Clasico berlangsung. Sejak pramusim 2025, sang pemain kerap merasa statusnya di tim utama menurun, terutama setelah Kylian Mbappe datang dan menjadi pusat proyek baru Real Madrid. Alonso menuntut semua pemain disiplin dalam pressing tinggi dan struktur posisi, sementara Vinicius terbiasa dengan kebebasan ofensif ala Carlo Ancelotti.
Masalah pertama muncul di Piala Dunia Antarklub 2025 ketika Alonso berencana mencadangkan Vinicius dalam semifinal melawan Paris Saint-Germain (PSG) sebelum cedera Trent Alexander-Arnold memaksanya mengubah rencana. Pada laga tersebut, Vinicius dimainkan di sisi kanan, di mana bukan posisi naturalnya, dan tampil tidak efektif. Keputusan itu meninggalkan kesan buruk di benak sang pemain dan memperkuat pandangannya jika Alonso tidak memercayainya sebagai sosok sentral dalam skema baru.
Ketegangan itu berlanjut pada awal musim LaLiga. Vinicius sempat dicadangkan tanpa penjelasan dalam beberapa laga, termasuk pertandingan melawan Real Oviedo pada pekan kedua LaLiga, yang membuatnya frustrasi. Alonso memastikan keputusannya demi kolektivitas tim, sebuah pesan yang seolah ditujukan langsung kepada sang bintang. Dari situ, perasaan saling tidak paham tumbuh. Pelatih menilai Vinicius harus beradaptasi dengan sistem, sedangkan sang pemain merasa diperlakukan seperti opsi sekunder di klub yang membesarkan namanya.
Bagi Alonso, semua pemain harus tunduk kepada ritme dan struktur permainan. Ia tidak segan menurunkan pemain muda seperti Franco Mastantuono atau Arda Guler untuk menggantikan nama besar. Namun bagi Vinicius, keputusan itu terasa seperti degradasi status setelah bertahun-tahun menjadi wajah utama Madrid. Reaksi emosional di El Clasico hanyalah puncak gunung es dari tekanan yang telah lama menumpuk di dalam dirinya.
3. Pergantian kursi pelatih juga memengaruhi kepastian kontrak Vinicius di Real Madrid
Di luar lapangan, persoalan Vinicius Junior dengan klub kian kompleks. Negosiasi perpanjangan kontraknya yang hampir rampung pada awal tahun kini terhenti sejak Xabi Alonso mengambil alih kursi pelatih. Klub menilai sang pemain kehilangan komitmen dan terlalu sensitif terhadap keputusan pelatih, sementara kubu Vinicius merasa perlu menunggu kejelasan soal peran dan prioritas di tim yang kini dikomandoi Mbappe.
BBC melaporkan, Vinicius sempat menurunkan tuntutan gajinya demi bertahan hingga 2030, tetapi proses tersebut mandek setelah perubahan arah proyek tim. Kini, sumber internal menyebut kontraknya tersisa hingga 2027 tanpa progres berarti. Pihak Vinicius dikabarkan mulai mempertimbangkan opsi hengkang bila situasi tidak membaik, dengan isu ketertarikan dari luar Eropa, termasuk Arab Saudi.
Di sisi lain, Real Madrid merasa dikhianati oleh sikap sang pemain yang dianggap tidak adil terhadap institusi yang selalu melindunginya. Alonso berulang kali menjelaskan, tidak ada masalah pribadi dan setiap keputusan murni berdasarkan taktik. Namun, kebocoran internal dan pemberitaan media membuat narasi retaknya hubungan keduanya makin menguat.
El Clasico yang diharapkan menjadi momentum pemersatu tim justru menyingkap rapuhnya hubungan antara Xabi Alonso dan Vinicius Junior. Di tengah transformasi taktik, bintang asal Brasil itu tampak kehilangan kilaunya akibat benturan antara visi pelatih dan egonya sendiri.


















