Bukan hanya smartphone yang semakin canggih, aksesoris pendukungnya pun banyak melakukan inovasi. Salah satu inovasi yang mulai banyak dilirik adalah wireless charging atau pengisian nirkabel. Seperti namanya, pengisian ini dilakukan melalui jarak yang sangat pendek dan tanpa kabel.
Apakah wireless charging akan menggantikan pengisian ulang konvensional? Apa kelebihan dan kekurangannya? Just scroll down and read!
Keuntungan dari wireless charging adalah pengisian baterai jadi cepat, mudah dan praktis. Ini karena kita tidak perlu mencolokkan dan mencabut setiap kali ingin mengisi daya di perangkat. Cukup letakkan smartphone di atasnya dan akan seketika mulai terisi. Selain itu, baterai akan lebih cepat penuh dari pengisian konvensional.
Sedihnya, tak semua smartphone bisa memakai fitur wireless charging. Hanya tipe-tipe tertentu yang mendukung fitur ini. Di antaranya adalah:
Sementara, beberapa tipe hp lain perlu membeli adapter jika ingin menggunakan wireless charging. Jadi, kita harus membelinya secara terpisah.
Di balik keunggulan, selalu ada kekurangan. Begitu juga dengan wireless charging. Konon, smartphone yang diisi daya dengan wireless charging akan lebih cepat habis baterainya. Namun ternyata ini dibantah oleh Menno Treffers dalam laman Digital Trends.
Yang akan menghabiskan baterai lebih cepat adalah aktivitas kita dengan smartphone tersebut, seperti menghidupkan data seluler terus menerus atau membuka banyak aplikasi sekaligus.
Siapkan budget khusus jika ingin memiliki sebuah wireless charger. Satu unitnya dijual dengan harga yang bervariasi, tergantung dengan merknya. Misal, Samsung Power Wireless Charger Convertible dijual dengan harga Rp800 ribu, OptimuZ Wireless Charger WT K226 dibandrol dengan harga Rp699 ribu dan Universal Qi Fast Wireless Charger dijual dengan harga Rp340 ribu.
Nah, itulah 4 fakta menarik seputar wireless charger. Bagaimana, tertarik untuk membelinya? Atau justru smartphone milikmu tak kompatibel dengan teknologi ini?