Mengapa Chipset Exynos Tidak Disukai Banyak Orang?

- Exynos merupakan chipset buatan Samsung yang digunakan di HP dan perangkat lain
- Chipset Exynos mudah panas, mengalami overheat, dan performanya tak setara dengan kompetitornya
- Samsung terkesan tidak konsisten dalam menggunakan Exynos, serta memiliki optimalisasi software yang buruk
Saat ini, ada banyak chipset HP yang hadir di pasar, mulai dari Apple A Bionic, Snapdragon, MediaTek, Unisoc, dan Kirin. Beberapa chipset sangat terkenal dan banyak digunakan di HP, namun, ada juga chipset yang hanya dipakai di beberapa HP saja. Dalam hal ini, Samsung memiliki chipset buatan mereka sendiri, yaitu Exynos. Secara khusus, Exynos hanya digunakan di beberapa HP Samsung.
Sayangnya, Exynos merupakan chipset yang memiliki reputasi cukup buruk di mata konsumen. Saking buruknya, bahkan banyak orang yang tidak menyukainya. Mengapa begitu?
1. Mengenal chipset Exynos

Exynos merupakan system-on-chip (SoC) buatan Samsung yang pertama kali diperkenalkan pada 2000. Exynos sendiri merupakan kelanjutan dan pengembangan dari chip berbasis ARM terdahulu, yaitu S3C, S5L dan S5P. Umumnya, chipset Exynos digunakan di HP, seperti Samsung Galaxy seri A, M, dan S. Gak cuma di HP, Exynos juga hadir di perangkat lain, seperti smartwatch, otomotif, dan modem. Nah, yang sering dikeluhkan pengguna adalah chipset Exynos yang dipakai di HP.
2. Exynos cepat panas

Masalah pertama yang sering dijumpai di chipset Exynos adalah masalah panas. Dalam hal ini, HP yang menggunakan chipset Exynos mudah panas dan mengalami overheat. Tak perlu digunakan untuk bermain game, hanya sekadar menonton video atau scrolling sosial media saja cukup untuk membuat HP panas. Tentunya, hal tersebut membuat pengguna tidak nyaman. Lebih lanjut, ada beberapa hal yang membuat Exynos mudah panas, seperti arsitekstur yang kuno dan desain yang kurang optimal.
3. Performa Exynos tidak sebaik chipset lain

Jika dibandingkan dengan kompetitornya seperti MediaTek dan Snapdragon, Exynos tak mampu memberikan performa yang setara. Contohnya, chipset-chipset flagship Exynos seperti Exynos 2400 dan 2200 hanya mampu menorehkan skor AnTuTu v10 1,1 dan 1,7 jutaan. Clock speed-nya juga tergolong rendah, yaitu di angka 2.8 dan 3.2 GHz.
Tentunya, hal tersebut sangat berbeda dari Snapdragon 8 Gen 2, 8 Gen 3, dan MediaTek Dimensity 9400 yang punya skor AnTuTu v10 hingga 2,5 jutaan dan clock speed mencapai 3.6 GHz. Karena hal itu, chipset Exynos kurang cocok untuk menjalankan pekerjaan berat seperti rendering dan bermain game. Ditambah dengan panas berlebih, maka Exynos sangat sulit bersaing dengan chipset lain.
4. Samsung terkesan tidak konsisten dalam menggunakan Exynos

Exynos memang merupakan chipset buatan Samsung. Tapi, Samsung sendiri tidak menggunakan Exynos di semua HP buatan mereka. Sebaliknya, Samsung masih menggunakan dan bergantung pada chipset lain, entah itu Snapdragon, MediaTek, atau Unisoc. Alhasil, Samsung terkesan tidak konsisten dan seakan-akan menganggap bahwa Exynos merupakan chipset yang tidak bisa diandalkan.
Gak cuma itu, satu tipe HP juga bisa menggunakan chipset yang berbeda tergantung di mana HP tersebut dijual. Contohnya, Samsung Galaxy S21 Ultra yang dijual secara internasional menggunakan Exynos 2100. Di sisi lain, Samsung Galaxy S21 Ultra dijual di China dan Amerika Serikat justru menggunakan Snapdragon 888. Hal tersebut berbeda dari Apple, Huawei, dan Google yang selalu menggunakan chipset buatan mereka di semua tipe HP.
5. Chipset Exynos tidak seoptimal chipset lain

Gak cuma soal hardware, optimalisasi dari software dan developer juga sangat penting agar chipset bisa berjalan maksimal. Sayangnya, Exynos memiliki optimalisasi yang buruk, khususnya dengan developer game. Alhasil, meski Exynos memiliki performa tinggi ia tak bisa menjalankan game di konfigurasi terbaik. Hal ini menjadi masalah tersendiri dan membuat banyak aplikasi tidak bisa berjalan dengan baik di HP Samsung yang menggunakan chipset Exynos.
Saat ini, chipset Exynos memang masih memiliki segudang permasalahan. Sebagai konsumen, kamu tinggal berharap agar Samsung terus berbenah dan bisa memaksimalkan kinerja Exynos. Jika hal tersebut dilakukan, bisa saja di masa depan Exynos menjadi chipset yang powerful dan konsumen bisa menyukai chipset tersebut.