Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Game Live-Service Ambisius yang Harusnya Mendominasi Tapi Gagal

thumb-1920-1085829.jpg
Hyper Scape (dok. Ubisoft)
Intinya sih...
  • Concord menjadi contoh kegagalan besar di industri gaming, dengan biaya ratusan juta dolar dan ditutup hanya dua minggu setelah rilis.
  • LawBreakers, game FPS garapan Boss Key Productions, gagal menarik perhatian pemain dan ditutup hanya setahun setelah rilis.
  • Battleborn sempat mendapat sambutan baik namun kalah populer saat Overwatch hadir, akhirnya server-nya dimatikan pada awal 2020.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pada dasarnya, game adalah bisnis. Pada publisher besar biasanya membuat game yang bisa jadi mesin uang terus-menerus. Industri gaming memang telah lama dikuasai oleh game-game live-service besar seperti CS:GO, Fortnite, Dota 2, League of Legends, Destiny 2, Valorant, PUBG dan Apex Legends, namun mencari pemain setia di pasar yang sudah “sesak” bukan perkara gampang. Investasi besar dan tim pengembang berpengalaman pun tak lagi menjamin kesuksesan. Alhasil, beberapa game live-service ambisius yang diniatkan untuk mendominasi malah berakhir gagal total. Berikut 7 di antaranya.

1. Concord

Concord menjadi salah satu contoh paling terkenal soal kegagalan besar di industri gaming. Sebagai bagian dari pergeseran Sony ke model live-service (hingga di titik mengakuisisi Bungie), game hero shooter pertama mereka ini digarap oleh Firewalk Studios selama bertahun-tahun dengan biaya ratusan juta dolar. Namun ketika rilis pada Agustus 2024, game ini tidak laris dan jumlah pemainnya sangat rendah sejak hari pertama. Sony akhirnya menutupnya dua minggu kemudian, mengembalikan semua uang pemain, menutup Firewalk dan kabarnya membatalkan banyak proyek game live-service lain yang sudah lama dikembangkan.

2. LawBreakers

Digarap oleh pengembang veteran yang ahli di bidangnya tidak selalu menjamin kesuksesan. LawBreakers contohnya, game FPS garapan Boss Key Productions (studio baru dari mantan pengembang Gears of War dan Unreal Tournament) dirilis pada Agustus 2017 dengan visi yang jelas, namun gagal menarik perhatian pemain. Penjualannya tidak lancar dan dengan cepat dilupakan oleh para pemain. Game ini sempat beralih ke model free-to-play, namun itu terlambat karena pemain sudah tak berminat. LawBreakers ditutup hanya setahun kemudian dan yang menyedihkannya lagi, Boss Key Productions ikut dibubarkan

3. Battleborn

Terkadang sebuah game sudah berada di ambang kesuksesan, tapi karena berbagai alasan, langsung tersingkir. Sayangnya, hal itu lah yang dirasakan Battleborn. Rilis Mei 2016 sebagai game hero shooter dengan balutan elemen MOBA, game sempat mendapat sambutan cukup baik, namun hanya beberapa minggu kemudian, Overwatch hadir dan popularitasnya meledak. Banyak pemain pun hijrah, dan meski Gearbox mencoba bertahan dengan menurunkan harga game ini serta merilis DLC, kehidupannya sulit diselamatkan. Battleborn sempat bisa dimainkan untuk sementara waktu, sebelum server-nya dimatikan total pada awal 2020.

4. Hyper Scape

Ubisoft punya sejarah panjang dengan game live-service yang kesulitan menembus pasar dan Hyper Scape jadi contoh jelasnya. Game battle-royale ini sebenarnya mencoba hal baru lewat integrasi Twitch dengan mengusung konsep “game sebagai tontonan” namun sayangnya, gebrakan itu tak seberdampak yang diharapkan. Setelah uji beta-nya pada Juli 2020 sempat meroket di Twitch, performanya kemudian merosot usai rilis secara penuh pada Agustus, baik dari sisi pemain maupun penonton. Ubisoft mengakui hasilnya tak sesuai ekspektasi dan sempat melakukan perombakan, tapi pada akhirnya Hyper Scape resmi ditutup pada 2022.

5.Anthem

Selama bertahun-tahun, Anthem kerap dijadikan contoh perilisan game live-service yang berujung mengecewakan. Padahal sejak digagas sebagai proyek jangka panjang untuk menantang Destiny 2, game ini menawarkan dunia yang menarik, visual yang memukau dan sensasi terbang menggunakan Javelin terasa spektakuler. Namun ketika rilis pada 2019, kontennya sedikit dan kombinasi bug serta masalah teknis lainnya membuat pemain cepat kabur. BioWare sempat menjanjikan perombakan besar, tapi rencana itu tak pernah benar-benar terwujud, hingga dua tahun kemudian, mereka membatalkan Anthem 2.0.

6. Evolve

Evolve merupakan game ambisius dari kreator Left 4 Dead yang mengusung visual mantap dan konsep fresh di mana monster yang dikendalikan satu pemain melawan skuad berisi empat prajurit yang dikendalikan empat pemain. Ketika dirilis pada Februari 2015, game ini terlihat punya semua potensi untuk berhasil, tetapi monetisasi berlebihan yang diperparah dengan DLC yang membingungkan, membuat banyak pemain kabur. Rebranding menjadi Evolve Stage 2 sempat menarik jutaan pemain tapi pada akhirnya, tiga tahun setelah dirilis, server-nya ditutup permanen pada September 2018.

7. XDefiant

XDefiant yang notabene adalah upaya untuk Ubisoft membuat game shooter free-to-play, sejak awal dipandang ragu karena arahnya yang tidak jelas. Ketika meluncur pada Mei 204, responnya sempat sangat baik dan cepat meraih satu juta pemain meski Ubisoft sedang bermasalah. Sayangnya, itu semua cepat luntur di mana jumlah pemain turun di bawah 20,000 di semua platform dan pendapatan dari microtransaction hampir tidak terasa. Kurang dari enam bulan, Ubisoft mengumumkan rencana penutupan dan menutup registrasi pemain baru pada Desember 2024, dan server-nya akhirnya resmi dimatikan pada Juni tahun ini.

Itulah tadi ulasan mengenai beberapa game live-service ambisius yang harusnya mendominasi tapi malah gagal total. Pernah menjajal game-game di atas?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us

Latest in Tech

See More

JuraganFilm Ilegal, Ini 7 Situs Nonton Film Indonesia Terbaru

20 Des 2025, 17:09 WIBTech
gangguan Roblox kode 9007

Apa Penyebab Roblox Down?

20 Des 2025, 08:22 WIBTech