Gelombang PHK di Industri Game Global, Apa Dampaknya?

Industri game yang selama pandemi COVID-19 mengalami lonjakan pertumbuhan luar biasa, kini menghadapi tantangan besar, yakni gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Sejak awal tahun 2023 hingga pertengahan 2025, ribuan developer dan profesional game di seluruh dunia telah kehilangan pekerjaan. Fenomena ini memicu kekhawatiran tentang stabilitas jangka panjang industri dan masa depan para pekerjanya.
Selama 2 tahun terakhir, berulang kali terdengar berita pemutusan hubungan kerja di industri game yang hingga saat ini belum menunjukan trend menurun. Artikel ini akan mengulas beberapa faktor utama di balik gelombang PHK di industri game global dan bagaimana dampaknya bisa terasa di seluruh ekosistem game global.
1. Ekspansi berlebihan pasca-pandemi dan koreksi pasar

Ketika pandemi melanda, industri game mengalami lonjakan permintaan yang belum pernah terjadi. Jutaan orang beralih ke video game untuk hiburan dan koneksi sosial saat mereka terkurung di rumah (Bailey, 2024). Sebagai respons, banyak perusahaan game melakukan perekrutan besar-besaran, memperluas tim, dan menginvestasikan miliaran dolar dalam proyek-proyek baru. Mereka mengantisipasi bahwa pertumbuhan luar biasa ini akan berlanjut.
Namun, seiring meredanya pandemi dan kebiasaan konsumen kembali normal, laju pertumbuhan ini melambat secara signifikan. Perusahaan-perusahaan pun menyadari bahwa mereka telah terlalu banyak mempekerjakan staf untuk tingkat pertumbuhan yang lebih realistis. Situasi ini diperparah oleh tekanan ekonomi makro seperti inflasi global, kenaikan suku bunga, dan ketidakpastian resesi, yang menyebabkan penurunan daya beli konsumen dan pengetatan anggaran di banyak perusahaan (Biron, 2024). PHK pun menjadi strategi umum untuk menekan biaya operasional dan menyesuaikan diri dengan kondisi pasar yang baru.
2. Kegagalan proyek dan persaingan industri yang kian ketat

Tidak semua game yang dikembangkan selama periode boom pandemi berhasil meraih kesuksesan di pasar. Beberapa proyek AAA besar gagal memenuhi ekspektasi penjualan atau kritik, mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan bagi studio pengembang. Kegagalan-kegalan ini seringkali memicu restrukturisasi internal, termasuk pengurangan jumlah karyawan yang terlibat dalam proyek yang gagal atau penutupan divisi yang tidak menguntungkan (Schreier, 2024).
Selain itu, industri game tetap merupakan pasar yang sangat kompetitif. Dengan ribuan game baru dirilis setiap tahun, baik dari studio raksasa maupun developer independen, sulit bagi setiap judul untuk menonjol dan meraih keuntungan besar. Studio yang tidak mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan tren pasar, atau yang portofolio gamenya kurang menarik, menjadi lebih rentan terhadap tekanan ekonomi dan terpaksa melakukan PHK untuk menjaga kelangsungan bisnis mereka (Grubb, 2024).
3. Merger, akuisisi, dan redundansi posisi

Gelombang merger dan akuisisi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir juga menjadi pemicu signifikan PHK. Ketika satu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain, seringkali ada tumpang tindih dalam posisi atau fungsi karyawan di kedua organisasi. Untuk mengoptimalkan efisiensi dan menghilangkan duplikasi, posisi-posisi yang dianggap redundan ini kemudian dihilangkan (Warren, 2024). Contoh paling mencolok adalah akuisisi besar seperti Microsoft yang mengakuisisi Activision Blizzard, yang meskipun membuka peluang baru, juga diikuti oleh PHK di berbagai divisi yang bertujuan untuk mengintegrasikan tim secara lebih efisien.
Proses integrasi pasca-akuisisi seringkali membutuhkan penyesuaian struktural yang sulit, di mana tim-tim digabungkan, dirombak, atau bahkan dibubarkan. Meskipun tujuan akhirnya adalah menciptakan entitas yang lebih kuat dan efisien, dampaknya bagi karyawan yang terkena PHK bisa sangat menghancurkan, meninggalkan mereka tanpa pekerjaan dan menghadapi ketidakpastian.
4. Peran kecerdasan buatan atau AI dan adanya otomatisasi baru

Meskipun masih dalam tahap awal dan terus menjadi perdebatan, potensi kecerdasan buatan (AI) untuk memengaruhi tenaga kerja di industri game mulai terlihat. Beberapa laporan mengindikasikan bahwa perusahaan sedang menjajaki penggunaan AI untuk mengotomatisasi beberapa tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia, seperti pengujian game, desain aset, atau bahkan generasi konten prosedural (Braidwood, 2024).
Kekhawatiran akan penggantian tenaga kerja manusia oleh AI semakin meningkat. Meskipun AI dapat meningkatkan efisiensi dan mempercepat proses pengembangan, ada kasus di mana karyawan yang mengembangkan atau mengelola teknologi AI justru menjadi korban PHK, dengan tugas mereka dialihkan ke sistem otomatis. Ini menimbulkan pertanyaan etis dan moral yang mendalam tentang masa depan pekerjaan di industri game dan sejauh mana AI akan mengubah lanskap pekerjaan dalam dekade mendatang.
5. Dampak pada developer dan ekosistem industri

Gelombang PHK ini memiliki dampak yang luas dan mendalam bagi para developer. Selain kehilangan pekerjaan, banyak yang menghadapi ketidakpastian finansial, masalah kesehatan mental, dan penurunan semangat. Moral di kalangan karyawan yang tersisa juga seringkali terpukul karena ketakutan akan giliran mereka berikutnya dan peningkatan beban kerja (Schreier, 2024).
Bagi industri secara keseluruhan, PHK massal dapat menyebabkan "brain drain" atau hilangnya talenta berpengalaman, penundaan proyek, atau bahkan pembatalan game yang sedang dalam pengembangan. Ekosistem game juga terpengaruh; studio-studio kecil dan independen mungkin kesulitan merekrut talenta terbaik yang kini membanjiri pasar kerja. Selain itu, inovasi bisa melambat jika perusahaan terlalu berfokus pada efisiensi biaya dan kurang berani mengambil risiko dalam pengembangan game baru (Grubb, 2024). Ini adalah masa yang menantang, yang menuntut adaptasi dan ketahanan dari semua pihak yang terlibat dalam industri game untuk menghadapi perubahan yang dinamis ini.
Gelombang PHK di industri game global menjadi pengingat pahit bahwa sektor yang tampaknya kebal pun tidak luput dari gejolak ekonomi dan perubahan pasar. Bagi ribuan developer yang terkena dampaknya, ini adalah masa yang penuh ketidakpastian. Namun, setiap krisis juga membawa potensi adaptasi dan inovasi. Bagaimana industri game belajar dari pengalaman ini—baik dari sisi manajemen, strategi bisnis, maupun etika penggunaan teknologi baru seperti AI—akan menentukan stabilitas dan arah perkembangannya di masa depan. Yang jelas, satu hal tetap konstan: passion dan kreativitas para pembuat game akan selalu menjadi inti dari industri yang terus berevolusi ini.