Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Perbedaan Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran, Apa Saja?

Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran (dok. pribadi/Fatma R. N. | commons.wikimedia.org/Fhikri_Latifi)
Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran (dok. pribadi/Fatma R. N. | commons.wikimedia.org/Fhikri_Latifi)

Solo atau Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang kaya akan wisata sejarah. Kamu akan dengan mudah menjumpai sejumlah bangunan cagar budaya di tengah kota. Beberapa bangunan yang paling populer adalah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo) dan Pura Mangkunegaran.

Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran masih berkaitan dalam hal pemerintahan di masa lampau. Namun, keduanya memiliki ciri khas yang berbeda satu sama lain. Ingin tahu lebih lanjut? Berikut ini perbedaan Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran yang perlu kamu tahu.

1. Sejarah

Keraton Kasunanan Surakarta (IDN Times/Fatma Roisatin N.)
Keraton Kasunanan Surakarta (IDN Times/Fatma Roisatin N.)

Awalnya, Keraton Solo didirikan tahun 1745 sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur akibat Geger Pecinan 1743.  Pusat pemerintahan yang dulu di Kartasura pun dipindah ke Desa Sala, kini dikenal sebagai Kota Solo. Keraton Solo yang bernama lengkap Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu dibangun di bawah pemerintahan Sinuwun Pakubuwono II. 

Kemudian, pada 13 Februari 1755 ditetapkan Perjanjian Giyanti yang berisi, Kerajaan Mataram Islam terbagi menjadi Kasunanan Surakarta (Keraton Solo) dan Kasultanan Ngayogyakarta (Keraton Yogyakarta). Perjanjian itulah yang menjadi bukti pecahnya Kerajaan Mataram Islam. Selain itu, menjadi pertanda berakhirnya pemerintahan Kerajaan Mataram Islam dan Keraton Solo berhak mengatur daerah kekuasaannya sendiri.

Lain halnya dengan Pura Mangkunegaran. Pusat pemerintahan Praja Mangkunegara yang berupa kadipaten ini didirikan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I (Raden Mas Said) pada 1757. Praja Mangkunegaran merupakan daerah otonom yang berhak memiliki tentara dan memerintah wilayahnya sendiri.

Adanya Pura Mangkunegaran tertuang dalam Perjanjian Salatiga yang disepakati oleh Susuhunan Pakubuwono III dan KGPAA Mangkunegara I. Perjanjian tersebut berisi bahwa KGPAA Mangkoenagara I berhak memerintah di wilayah Kaduang, Nglaroh, Matesih, Wiroko, Haribaya, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Kedu, dan Pajang sebelah utara serta selatan.

2. Status pemerintahan

potret Sunan Pakubuwono XIII menghadiri Tingalan Wiyosan Jumenengan Dalem Adipati Mangkunegara X yang ke-1 di Pura Mangkunegaran Surakarta. (commons.wikimedia.org/Bimo_K.A.)
potret Sunan Pakubuwono XIII menghadiri Tingalan Wiyosan Jumenengan Dalem Adipati Mangkunegara X yang ke-1 di Pura Mangkunegaran Surakarta. (commons.wikimedia.org/Bimo_K.A.)

Keraton Solo berfungsi sebagai pusat pemerintahan sekaligus tempat tinggal anggota kerajaan atau kasunanan. Wilayahnya meliputi Surakarta, Sukoharjo, Boyolali, Klaten, dan Sragen. Sementara itu, Pura Mangkunegaran merupakan istana dan pusat pemerintahan kadipaten di bawah pemerintahan Keraton Solo yang menjadi daerah otonom, meliputi wilayah yang saat ini menjadi Karanganyar, Wonogiri, dan Baturetno.

Kasunan Surakarta maupun Praja Mangkunegaran telah kehilangan kedaulatannya setelah bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 1 September 1945. Namun, keduanya masih menjalankan fungsi sebagai penjaga budaya hingga kini. Kamu bisa melihat beberapa tradisi seperi Sekaten, Grebeg Sudiro di Keraton Solo dan Festival Adeging Mangkunegaran, Tingalan Jumenengan di Pura Mangkunegaran.

3. Gelar pemimpin

potret SSISKS Pakoe Boewono XIII bersama keluarga Keraton Solo (commons.wikimedia.org/Sedjati88)
potret SSISKS Pakoe Boewono XIII bersama keluarga Keraton Solo (commons.wikimedia.org/Sedjati88)

Perbedaan lainnya tidak hanya terletak pada fungsi bangunan dan sejarahnya, tapi juga gelar para pemimpin di kedua tempat tersebut. Pemimpin Keraton Solo merupakan raja yang bergelar sunan atau susuhunan. Saat ini, dipimpin oleh Susuhunan Pakubuwono XIII yang bernama lengkap Gusti Raden Mas Suryo Partono.

Sementara itu, Pura Mangkunegaran yang menjadi pusat kadipaten, maka pemimpinnya memiliki gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara. Pengangkatan pemimpin Pura Mangkunegaran harus berdasarkan persetujuan dari Keraton Solo. Kini, Pura Mangkunegaran dipimpin oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X yang bernama asli Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo.

4. Bagian kompleks bangunan

Pura Mangkunegaran Surakarta (commons.wikimedia.org/SakaReksapustaka)
Pura Mangkunegaran Surakarta (commons.wikimedia.org/SakaReksapustaka)

Keraton Solo berlokasi di Jalan Kamadungan, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon. Sedangkan Pura Mangkunegaran terletak di Jalan Ronggowarsito Nomor 83, Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari. Keduanya hanya berjarak 1,7 km yang sama-sama dekat dengan pusat Kota Surakarta.

Bagian kompleks bangunan yang membuat keduanya berbeda adalah alun-alun. Keraton Solo punya dua alun-alun, yaitu Alun-Alun Lor dan Kidul yang menjadi salah satu ruang terbuka untuk aktivitas masyarakat maupun kebudayaan. Sedangkan Pura Mangkunegaran tidak punya alun-alun, sebagai gantinya memiliki pelataran yang cukup luas.

5. Motif batik yang digunakan

potret Penari Gambyong Langenkusuma di Prangwedanan, Istana Mangkunegaran (commons.wikimedia.org/Kembangraps)
potret Penari Gambyong Langenkusuma di Prangwedanan, Istana Mangkunegaran (commons.wikimedia.org/Kembangraps)

Sebagai pusat kebudayaan Jawa, keluarga Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran tentu mengenakan busana tradisional Jawa untuk acara tertentu. Salah satu yang tidak lepas dari unsur busana mereka adalah batik. Kendati keduanya berada di Solo dan berdekatan, ternyata motif batik yang digunakan berbeda.

Batik di lingkungan istana Kasunanan Surakarta didominasi warna gelap, seperti cokelat dan hitam. Motifnya cenderung menunjukkan unsur kerajaan dan alam. Beberapa motif yang cukup terkenal antara lain, sawat (sayap atau ekor garuda) yang melambang mahkota raja dan meru (gunung dalam mitologi Hindu) untuk mewakili kebesaran atau keagungan.

Berbeda dengan batik di lingkungan istana Pura Mangkunegaran yang menggunakan warna cerah dan berani seperti cokelat sogan, kuning keemasan, hijau, dan biru. Warna tersebut akan memberikan kesan lebih dinamis dan bersemangat. Demikian pula dengan coraknya yang lebih beragam, kompleks, dan rumit, seperti buketan pakis, sapanti nata, parang kesit barong, dan wahyu tumurun.

Ternyata perbedaan antara Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran tidak hanya terletak pada komplek bangunannya secara fisik. Asal mula didirikan hingga seni budaya yang berkembang di dalam lingkungan keduanya pun berbeda. Agar lebih tahu mendalam, yuk kunjungi keduanya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us

Latest in Travel

See More

6 Situs Warisan Dunia UNESCO di India Paling Instagramable

14 Sep 2025, 18:50 WIBTravel