Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Wisata Budaya di Kota Denpasar, Masih Sering Terlupakan

Patung Monumen Ida Cokorda Pemecutan IX yang berada di sebelah barat Puri Pemecutan. (dok.Pribadi/Ari Budiadnyana)
Patung Monumen Ida Cokorda Pemecutan IX yang berada di sebelah barat Puri Pemecutan. (dok.Pribadi/Ari Budiadnyana)

Jika menyebut Denpasar, pastinya kita akan langsung tertuju kepada obyek wisata Sanur yang cukup dikenal di kalangan wisatawan. Padahal, Denpasar memiliki obyek wisata yang tak kalah menarik dengan Sanur. Satu di antaranya adalah wisata di sekitar pusat Kota Denpasar.

Di tempat ini, kamu bisa menemukan spot wisata budaya yang unik hasil akulturasi budaya yang ada di Kota Denpasar. Agar kamu tidak penasaran, artikel ini akan menyajikan wisata budaya yang bisa kamu kunjungi saat berada di Kota Denpasar. Kamu juga bisa mengunjungi wisata-wisata di bawah ini dengan ikut walking tour bareng dengan Kultara. Langsung disimak, ya!

1. Puri Agung Pemecutan bukti sejarah perlawaan terhadap Belanda

Salah satu bangunan dengan ornamen khas Bali di Puri Agung Pemecutan. (dok.Pribadi/Ari Budiadnyana)

Puri Agung Pemecutan terletak di Jalan Thamrin, Denpasar. Puri ini adalah kerajaan di Denpasar yang turut mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda pada 1906. Perang ini dikenal sebagai Perang Puputan, yang mana raja dan rakyat puri yang ada di Denpasar bersatu untuk memerangi Belanda.

Bagi kalangan wisatawan, Puri Agung Pemecutan memang belum sepopuler Puri Saren Agung Ubud, Gianyar. Puri Agung Pemecutan masih jarang dikunjungi wisatawan saat ini. Hal ini karena obyek wisata ini masih belum dibuka secara luas. Hanya rombongan atau grup wisatawan yang baru terlihat mengunjungi puri ini.

Puri Agung Pemecutan memiliki banyak spot-spot menarik untuk dikunjungi. Saat masuk ke dalam puri ini, kamu akan menemui bangunan yang masih tetap dijaga kelestariannya. Kamu juga akan menemukan banyak cerita sejarah mengenai semangat perjuangan Raja Puri Agung Pemecutan beserta rakyatnya saat menghadapi Belanda.

2. Pura Tambang Badung, pura tertua di Bali

Bangunan suci Pelinggih Sad Kahyangan di Pura Tambang Badung. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Pura Tambang Badung terletak di sebelah barat Puri Pemecutan, tepatnya di Banjar Pemedilan Kerandan, Denpasar. Pura ini telah ada sebelum Anglurah Pemecutan pertama berkuasa, sehingga membuat pura ini menjadi pura tertua di Bali. Pura yang dulunya bernama Pura Taman ini diempon (warga yang mengelola dan bertanggung jawab terhadap pura) oleh keluarga Puri Pemecutan.

Pura ini dulunya menjadi benteng perlawanan terhadap agresi Belanda pada 1906. Hal ini dapat dilihat dengan keberadaan sepasang meriam yang berada di pintu masuk utama pura atau di depan candi bentar. Meriam ini bernama Gora dan Gori.

Saat masuk ke dalam area Pura Tambang Badung, terdapat bangunan unik yang disebut dengan bangunan suci atau pelinggih Sad Kahyangan. Bangunan ini terdapat pemujaan atau penyawangan kepada kekuatan suci yang berstana di enam pura penting (Sad Kahyangan) yang ada di Bali. Pura tersebut antara lain Pura Sakenan, Pura Batukaru, Pura Uluwatu, Pura Petitenget, Pura Besakih, dan Pura Batur.

3. Makam Raden Ayu Siti Khotijah, putri Raja Puri Pemecutan

Makam Raden Ayu Siti Khotijah yang berada di area setra (kuburan) Badung. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Di area setra Badung (kuburan Badung) terdapat sebuah makam keramat yang sering dikunjungi warga untuk berziarah. Makam keramat ini merupakan makam dari putri Raja Pemecutan yang bernama Raden Ayu Siti Khotijah. Putri raja ini beragama Islam karena menikah dengan seorang raja dari Kerajaan di Bangkalan, Madura.

Putri raja ini kemudian dibunuh oleh pasukan kerajaan atas perintah Raja Pemecutan, yang merupakan ayah kandungnya sendiri. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan paham yang mengira putri raja sedang mempelajari ilmu hitam. Setelah dibunuh, jenazah Raden Ayu Siti Khotijah mengeluarkan bau harum. Sebelum meninggal, ia meminta agar dibuatkan makam di tempat ia dibunuh jika tubuhnya mengeluarkan bau harum. Selain itu, Raden Ayu Putri Khotijah meminta kepada Raja Pemecutan agar pengikutnya berjumlah 40 orang diberikan lahan sebagai tempat tinggal. Lahan tersebut berada di Desa Pemogan saat ini yang dikenal sebagai kampung Islam tertua di Bali.

Makam keramat ini ramai dikunjungi warga untuk berziarah. Selain dari Bali, banyak warga datang dar luar Bali. Tempat ini menjadi bukti akulturasi budaya yang ada di Kota Denpasar.

4. Jam Lonceng Belanda di pusat Kota Denpasar

Jam Lonceng Belanda yang berada di titik nol Kota Denpasar. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Tak banyak masyarakat yang mengetahui bahwa di pusat Kota (titik nol) Denpasar terdapat benda bersejarah yang sangat ikonik. Benda ini adalah Jam Lonceng Belanda. Jam kuno ini berdiri di sebelah Timur Laut patung Catur Muka.

Jam Lonceng Belanda memiliki nilai sejarah karena merupakan peninggalan jaman Kolonial Belanda. Tidak ada yang tahu dengan pasti kapan Jam Lonceng Belanda ini dibangun. Hingga saat ini, jam ini masih bisa beroperasi walaupun hanya satu sisi saja. Jam Lonceng Belanda rencanya akan ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Denpasar, bersama tiga objek lainnya yakni Patung Catur Muka, Patung Panca Rsi, dan Patung Panca Dewata.

5. Bale kulkul yang menjadi saksi bisu perjuangan melawan Belanda

Bale kulkul pemberian Raja Panji Sakti Buleleng. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

 

Selain Jam Lonceng Belanda, terdapat satu lagi bangunan peninggalan sejarah yang jarang diketahui. Bangunan ini adalah bale kulkul yang berada persis di perempatan Jalan Imam Bonjol, Jalan Thamrin, Jalan Hasanuddin, dan Jalan Gunung Batur. Kulkul adalah sebutan kentongan tradisional di Bali. Bale Kulkul merupakan bangunan tempat menaruh kuluk dan biasanya dibuat lebih tinggi dari rumah warga.

Bale kulkul dengan arsitektur kuno ini berdiri kokoh menjulang tinggi yang hingga kini masih digunakan oleh masyarakat setempat. Bangunan ini adalah hadiah pemberian dari Raja Panji Sakti Buleleng. Saat itu, Raja Panji Sakti menantang Raja Pemecutan untuk adu kesaktian. Hal ini dilakukan karena Raja Panji Sakti ingin mengetahui kemampuan Raja Pemecutan yang masih baru.

Raja Pemecutan berhasil mengalahkan Raja Panji Sakti. Raja Pemecutan mendapatkan hadiah bale kulkul dan gelar Sakti dari Raja Panji Sakti. Bale kulkul ini, hingga kini masih memiliki bentuk yang sama saat diberikan oleh Raja Panji Sakti Buleleng.

Wisata budaya di Kota Denpasar sesungguhnya mampu mendatangkan banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Sayangnya, potensi wisata budaya ini masih belum mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota Denpasar hingga saat ini.

Kultara ikut serta dalam menyediakan walking tour untuk mengunjungi wisata-wisata di Denpasar yang tidak biasa seperti dalam daftar di atas. Sayangnya, saat ini belum adanya fasilitas penunjang untuk para pejalan kaki di Kota Denpasar, seperti trotoar yang aman dan nyaman tentunya membuat wisata budaya ini seperti jalan di tempat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ari Budiadnyana
EditorAri Budiadnyana
Follow Us