Alasan Maskapai Low Cost Jarang Pakai Terminal Utama di Bandara

Terminal utama biasanya identik dengan fasilitas lengkap serta arus penumpang yang padat, sementara maskapai low cost cenderung punya kebutuhan yang berbeda dari operator full service. Banyak bandara akhirnya memisahkan alur keduanya supaya operasional lebih rapi, terutama di negara yang pertumbuhan low cost carrier cukup cepat.
Persaingan harga membuat struktur biaya jadi faktor paling sensitif, sehingga penempatan terminal sering ikut menyesuaikan kebutuhan operasional maskapai. Berikut penjelasan yang lebih mudah dipahami.
1. Bandara memisahkan arus penumpang low cost

Bandara memisahkan area low cost agar alur penumpangnya tidak bercampur dengan penumpang transit atau penumpang full service yang jalurnya lebih kompleks. Penumpang low cost biasanya datang dalam jumlah besar pada waktu tertentu sehingga butuh ruang yang bisa diatur lebih mudah. Pemisahan ini membantu bandara mengendalikan antrean, pemeriksaan keamanan, dan arus masuk dan keluar tanpa membuat terminal utama penuh. Selain itu, alur penumpang premium juga tetap lancar karena tidak berbagi jalur dengan volume penumpang yang lebih padat.
Dengan punya area tersendiri, bandara dapat menata jalur boarding, area menunggu, dan gate dengan format yang lebih sederhana. Penataan seperti ini memudahkan penyesuaian kapasitas ketika musim liburan atau lonjakan permintaan. Terminal low cost juga lebih ringkas karena dibuat untuk kebutuhan perjalanan cepat tanpa banyak layanan tambahan. Alur yang lebih langsung ini membuat penumpang low cost lebih mudah memahami arah pergerakan sejak masuk hingga menuju pesawat.
2. Maskapai low cost butuh biaya terminal yang ringan

Maskapai low cost menjaga harga tiket tetap murah sehingga struktur biaya operasional harus stabil. Terminal utama umumnya punya fasilitas lengkap, yang berarti biaya pemakaiannya lebih tinggi. Jika maskapai low cost ditempatkan di sana, biaya tambahan ini bisa berpengaruh pada harga tiket yang mereka jaga tetap rendah. Karena itu mereka memilih area dengan layanan dasar yang sesuai kebutuhan operasionalnya.
Dengan memisahkan terminal, bandara lebih mudah menetapkan tarif berdasarkan fasilitas yang benar-benar digunakan. Sistem ini membuat biaya lebih jelas sehingga maskapai tidak terbebani layanan tambahan yang tidak diperlukan. Penempatan yang terkontrol juga memudahkan bandara menyesuaikan tenaga kerja dan peralatan di area yang tepat. Hasilnya, operasional harian tetap efisien tanpa mengganggu model bisnis low cost yang bergantung pada biaya rendah.
3. Operasi low cost menuntut pergantian pesawat cepat

Maskapai low cost menjalankan jadwal rapat sehingga pesawat harus kembali terbang dalam waktu singkat setelah mendarat. Proses ini lebih mudah dilakukan di terminal dengan arus sederhana dan jarak langsung ke apron. Mereka biasanya tidak memakai aerobridge agar penumpang bisa naik dan turun lewat dua pintu sekaligus sehingga waktu henti pesawat lebih singkat.
Di zona khusus, bandara bisa menempatkan pesawat di titik parkir yang jaraknya dekat dengan gate sederhana. Hal ini membantu kru melakukan pembersihan kabin, pengisian bahan bakar, dan pergantian penumpang tanpa banyak hambatan. Kecepatan ini berpengaruh langsung pada jumlah rute harian yang bisa dijalankan. Semakin cepat pesawat berputar, semakin efisien biaya yang keluar.
4. Fasilitas low cost lebih cocok untuk rute pendek

Maskapai low cost fokus pada perjalanan jarak dekat hingga menengah sehingga tidak membutuhkan fasilitas yang rumit seperti lounge premium atau sistem bagasi transit. Terminal utama dirancang untuk penumpang dengan kebutuhan tersebut sehingga operasinya lebih berat dan biayanya lebih besar. Penumpang low cost biasanya melakukan perjalanan langsung dari titik asal ke tujuan tanpa perpindahan pesawat. Karena itu, penempatan terminal berbeda justru lebih pas dengan pola perjalanannya.
Dengan memisahkan terminal, bandara bisa menata alur yang lebih cepat sejak pemeriksaan awal hingga menuju gate. Jalurnya lebih pendek sehingga penumpang tidak harus melewati banyak tahap. Area tunggu juga dibuat lebih ringkas agar waktu keberangkatan lebih mudah diprediksi. Alur yang sederhana ini membuat perjalanan terasa lebih efisien tanpa mengganggu penumpang full service yang membutuhkan layanan tambahan.
5. Bandara ingin menjaga kelancaran pergerakan pesawat

Pesawat low cost punya pola operasi cepat, termasuk taxiing singkat dan penggunaan landasan yang lebih fleksibel. Jika digabung dengan pesawat full service di terminal utama, perbedaan ini dapat menambah antrean di apron maupun landasan. Terminal terpisah memudahkan bandara mengatur jalur pergerakan pesawat agar tidak saling menghambat. Dengan pembagian ruang yang jelas, antrean pesawat jadi lebih mudah dikendalikan.
Di area khusus, bandara dapat menata jarak parkir, urutan pushback, dan posisi kendaraan apron dengan lebih konsisten. Aturan yang seragam ini membantu pesawat mengikuti jadwal tanpa gangguan. Pengaturan yang lebih terarah juga mengurangi risiko kemacetan pergerakan saat jam sibuk.
Penempatan maskapai low cost di terminal terpisah membantu bandara menyeimbangkan banyak hal. Pembagian ini membuat kebutuhan tiap maskapai bisa dipenuhi tanpa saling mengganggu. Alur yang lebih sederhana justru membuat perjalanan terasa lebih jelas dan cepat. Menurutmu, fasilitas apa yang paling perlu ditambah di terminal low cost agar pengalaman perjalanannya makin nyaman?
Referensi:
"Why do budget airlines not use the jetbridge that's right there?" Aviation. Diakses pada November 2025
"Why The World's Low-Cost Carriers Don't Usually Have Widebodies" Simple Flying. Diakses pada November 2025
"A budget terminal for budget airlines" Airport International Review. Diakses pada November 2025
"Base abandonments by low-cost carriers" Journal of Air Transport Management. Diakses pada November 2025
"Low-Cost Carriers In The Aviation Industry: What Are They?" OAG. Diakses pada November 2025


















