Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Perbedaan Pesawat Full Service Carrier dan Low Cost Carrier?

Potret pesawat Garuda Indonesia di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (unsplash.com/fasyahalim_)

Dalam dunia penerbangan, ada dua istilah penting yang barangkali sering kamu dengar, yakni Full Service Carrier (FSC) dan Low Cost Carrier (LCC). Keduanya memiliki beberapa perbedaan yang cukup signifikan dan menentukan preferensi setiap penumpang, terutama dalam hal bujet dan kenyamanan.

Memahami perbedaan antara Full Service Carrier dan Low Cost Carrier tentu sangat penting. Tujuannya supaya kamu bisa memilih maskapai mana yang sesuai dengan kebutuhan perjalananmu. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan yang bisa jadi pertimbangan sebelum memesannya.

Melansir berbagai sumber, berikut beberapa perbedaan antara pesawat Full Service Carrier dan Low Cost Carrier yang perlu kamu tahu.

1. Harga tiket pesawat

Potret e-ticket pesawat terbang (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Perbedaan paling mendasar antara Full Service Carrier dan Low Cost Carrier adalah harga tiket pesawatnya. Full Service Carrier umumnya mematok harga tiket lebih tinggi, jika dibandingkan dengan Low Cost Carrier untuk rute yang sama.

Misalnya, penerbangan langsung jurusan Jakarta-Kuala Lumpur pada awal Mei dengan pesawat Full Service Carrier, seperti Garuda Indonesia dan Malaysia Airlines, harga tiketnya mulai dari Rp1,8 jutaan. Sementara itu, untuk rute yang sama, harga tiket pesawat Low Cost Carrier, seperti Air Asia dan Scoot, mulai dari Rp1 jutaan.

Meski demikian, selisih harga antara Full Service Carrier dan Low Cost Carrier bisa jadi tidak beda jauh, sekitar Rp200 ribu-Rp300 ribuan. Hal ini tergantung waktu (season)  penerbangan, biaya operasional, dan hal lain yang menjadi pertimbangan maskapai.

2. Layanan yang didapatkan penumpang

Potret makanan atau inflight meal di maskapai Garuda Indoensia (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Beda harga, tentu beda layanan. Sesuai dengan namanya, Full Service Carrier  menyediakan layanan lengkap untuk setiap penumpang tanpa ada biaya tambahan. Mulai dari bagasi kabin, bagasi tercatat (checked baggage), makanan, bantal, selimut, hingga hiburan. Penumpang pun bisa memilih kursi sendiri saat online checkin.

Sementara itu, maskapai Low Cost Carrier hanya memberikan fasilitas bagasi kabin (7-10 kg). Mereka menerapkan biaya tambahan apabila penumpang ingin membawa barang lebih banyak dan dijadikan bagasi tercatat. Makanan juga bisa dibeli sebelum (pre-book) atau saat penerbangan, serta tidak ada layanan hiburan. 

3. Jenis dan kelas pesawat

Potret pesawat Air Asia di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (unsplash.com/fasyahalim_)

Melansir situs Simple Flying, maskapai Full Service Carrier biasanya mengoperasikan beberapa jenis ukuran pesawat, mulai dari yang berbadan lebar dan sedang. Jenisnya ada Boeing 737 dan Airbus A320 (kapasitas kurang dari 150 kursi), hingga Airbus A380 (kapasitas sekitar 400-550 kursi).

Satu pesawat terdiri dari 1-4 kelas, yakni ekonomi, ekonomi premium, bisnis, dan first class. Maskapai yang melayani rute pendek biasanya hanya satu atau dua kelas, yakni ekonomi saja atau gabungan ekonomi dan bisnis.

Sementara itu, maskapai Low Cost Carrier biasanya memakai pesawat berukuran sedang, seperti Boeing 737 dan Airbus A320. Kelasnya pun hanya ada ekonomi.

4. Interior pesawat

Potret interior pesawat (unsplash.com/ep_petrus)

Ukuran pesawat berpengaruh pada kapasitas dan interior. Pesawat dengan Full Service Carrier memiliki berbagai macam konfigurasi kursi, tergantung ukuran badannya. Pesawat berbadan besar dan jarak jauh memiliki konfigurasi kelas ekonomi 3-3-3 atau 2-3-2. Penerbangan jarak dekat dan ukuran pesawat kecil, konfigurasi kursinya 3-3.

Kelas bisnis memiliki konfigurasi kursi 2-2 atau 1-2-1. Kelas pertama atau first class umumnya 1-2-1. Sedangkan, pesawat Low Cost Carrier hanya memiliki kelas ekonomi, maka konfigurasi kursinya 3-3.

5. Bandara yang digunakan

Potret Terminal 3 Bandara Internasional Changi Singapura (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Di beberapa ibu kota dunia, Full Service Carrier dan Low Cost Carrier biasanya beroperasi di bandara yang berbeda. Full Service Carrier di bandara utama dan memiliki rute penerbangan jauh, baik domestik maupun internasional.

Landasan pacunya pun lebih panjang, karena banyak pesawat berbadan besar yang akan mendarat dan terbang di sini. Hal ini berpengaruh pada biaya operasional dan perawatannya yang tentu tidak sedikit.

Di sisi lain, Low Cost Carrier biasanya menggunakan bandara "kedua" atau bandara alternatif yang lebih kecil untuk menekan biaya operasional. Rute penerbangannya juga beragam, tetapi tidak sebanyak atau sejauh maskapai di bandara utama.

Landasan pacu di bandara ini lebih kecil jika dibandingkan bandara utama, karena ukuran pesawat yang beroperasi di sini tidak sebesar pesawat-pesawat Full Service Carrier. Contohnya bandara di Kuala Lumpur, yakni KLIA untuk Full Service Carrier dan KLIA2 untuk Low Cost Carrier. Di Bangkok, ada Suvarnabhumi Airport untuk Full Service Carrier dan Don Mueang untuk Low Cost Carrier.

Nah, sekarang kamu sudah tahu perbedaan pesawat Full Service Carrier dan Low Cost Carrier. Semoga informasi di atas membantu dalam memilih dan mempertimbangkan tiket pesawat yang akan kamu pesan, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fasrinisyah Suryaningtyas
Dewi Suci Rahayu
Fasrinisyah Suryaningtyas
EditorFasrinisyah Suryaningtyas
Follow Us