- Continuous Life and Death
ArtScience Museum & Jewel Rain Vortex: Lebih dari Sekadar Objek Wisata

Wah, gak kerasa terasa ya, perjalananku di Singapura sudah sampai di artikel terakhir, alias ke-4. Kalau kamu belum sempat mengikuti dari awal, silakan intip dulu artikel 1-3 supaya bisa ikut merasakan serunya perjalanan lengkapnya.
Artikel 1: Mengenal Singapura Lewat Kuliner: Beragam Rasa di Satu Negara
Artikel 2: Sehari di Resorts World Sentosa, Banyak yang Baru untuk Dijelajahi!
Artikel 3: Seni, Sunset, dan Sepiring Nasi Hainan: Perpaduan Sempurna di Singapura
Singapura memberiku begitu banyak pengalaman berkesan. Bahkan, rasanya campur aduk saat aku menulis artikel ini. Antara puas karena sudah menjelajahi banyak tempat keren di Singapura, tapi juga agak berat hati karena harus pulang ke Indonesia.
Mengingat jadwal penerbanganku ke Indonesia pukul 21.20 waktu Singapura, jadi aku masih sempat mampir ke dua destinasi yang ikonik banget di Negeri Singa ini, yaitu ArtScience Museum di kawasan Marina Bay Sands dan Jewel Rain Vortex di Bandara Changi. Dua tempat ini jadi penutup sempurna untuk perjalananku kali ini.

Walau waktunya mepet, semuanya terasa lancar. Mulai dari beli tiket online, ngopi di sekitar Marina Bay Sands, sampai siap-siap boarding, semua bisa kulakukan dengan lebih mudah.
Mungkin karena sekarang apa pun bisa diatur dari satu genggaman lewat aplikasi blu dan metode pembayaran menggunakan kartu Garuda x bluDebit Card.
Karena Yang Biasa Jadi Luar Biasa di Singapura kalau bareng blu by BCA Digital. Tanpa berlama-lagi, yuk, ikuti keseruannya di artikel ini!
Saat seni, sains, teknologi, dan budaya Singapura bertemu di ArtScience Museum

Pernah lihat bangunan mirip bunga teratai raksasa di kawasan Marina Bay Sands? Yap, itu adalah ArtScience Museum. Desain bunga teratai itu melambangkan perpaduan seni dan sains, dua hal yang menjadi fokus utama pada museum ini.
Untuk tiket masuknya, aku beli lewat aplikasi Marina Bay Sands Singapore. Selain bisa pilih tanggal dan jam kedatangan, aku juga gak perlu antre di loket. Harga tiketnya SGD 38.00 untuk berkunjung ke dua pameran, yaitu teamLab Future World dan SingaPop! 60 Tahun Budaya Pop Singapura.
Mau lebih hemat? Kamu bisa daftar keanggotaan Sands LifeStyle terlebih dahulu untuk dapetin diskon tiket 30 persen. Apalagi kalau transaksinya pakai Garuda x bluDebit Card, kamu bisa dapat voucher gratis Miracle Coffee yang ada di ArtScience Museum.
Gak cuma itu, kamu juga bakal dapetin rewards hingga $130 Resorts Dollar, bahkan fast track upgrade tier Prestige Sands LifeStyle Membership, loh! Lumayan banget, ‘kan? Untuk informasi mekanisme, rewards, syarat dan ketentuannya, kamu bisa langsung cek promo Garuda x bluDebit Card dan Marina Bay Sands!
teamLab Future World, pameran seni yang bisa disentuh dan dimainkan

Pameran pertama yang aku kunjungi di ArtScience Museum adalah teamLab Future World. Seperti namanya, pameran ini adalah hasil kolaborasi dengan kolektif seni digital asal Jepang, teamLab.
Pameran ini menggabungkan seni, teknologi, dan sains dalam bentuk instalasi digital interaktif yang dapat merespons gerakan, sentuhan, bahkan keberadaan pengunjung. Jadi, di pameran ini kita gak cuma jadi penonton saja, tapi juga ikut ‘menciptakan’ karya seni secara real-time.
Masuk ke Future World rasanya seperti menjelajah dunia yang berbeda. Tiap ruangan memberikan pengalaman imersif yang bikin aku selalu penasaran, kira-kira di ruangan selanjutnya bakal kayak gimana ya?

Perjalananku dimulai dari galeri “City in Nature”, sebuah instalasi yang membuat aku lebih dekat dengan alam. Aku seolah diajak untuk mengeksplorasi gagasan tentang alam sebagai sesuatu yang merangkul manusia dan segala hal yang kita ciptakan. Nama galeri ini terinspirasi dari pendekatan Singapura terhadap alam di tengah kota.
Pada tahun 1960-an, Perdana Menteri pendiri Singapura, Lee Kuan Yew, mencanangkan visi untuk menjadikan Singapura sebagai ‘kota taman’ dengan pepohonan hijau yang rimbun di mana-mana.
Seiring waktu, visi tersebut berkembang, dari ‘kota di dalam taman’ menjadi ‘kota di alam’, yang menegaskan pentingnya keanekaragaman hayati sebagai identitas kota.

Di galeri ini, aku bisa menyelami dunia flora dan fauna digital. Ada bunga-bunga musiman yang terus beregenerasi, mekar dan gugur mengikuti langkah kita yang menciptakan pusaran di lantai.
Lalu, ada hewan-hewan raksasa yang terlahir dari bunga, menghadirkan karya seni yang mengingatkan kita betapa pentingnya hidup selaras dengan alam.
Karya teamLab ini juga membuatku merenung, bagaimana manusia dan alam saling membentuk ruang perkotaan. Selama ribuan tahun, manusia membangun dan mengubah kota, hingga kini lebih dari separuh populasi dunia tinggal di wilayah urban.
“City in Nature” juga jadi pengingat bahwa kota bukan hanya tempat tinggal manusia, tapi juga bisa menjadi ruang yang melindungi dan merawat alam. Oleh karena itu, di instalasi ini terdapat beberapa instalasi seru yang bisa kamu jelajahi:

Salah satu instalasi yang paling memikat pengunjung. Begitu masuk, aku langsung disuguhi dinding raksasa penuh bunga digital yang mekar, layu, dan berganti musim.
Jika aku menyentuh kelopak bunganya, maka bunga tersebut akan rontok. Sementara jika aku hanya berdiri diam, bunga-bunga baru akan tumbuh di sekitar.
- Moving Creates Vortices and Vortices Create Movement

Masih di area yang sama dengan Continuous Life and Death, setiap langkah yang aku buat di area tersebut menciptakan pusaran di lantai digital, seakan-akan aku tengah menari di atas aliran sungai.
- Sliding Through the Fruit Field
Salah satu instalasi favorit anak-anak. Di sini, aku bisa meluncur di perosotan sambil melihat buah-buahan digital tumbuh dan muncul di sekeliling.
- Water Droplets, Flowing Down a Slope
Di area ini aku bisa melihat air terjun imersif yang mengalir turun, dan gerakan yang aku buat bisa memecah alirannya.
- Room Full of Little People

Instalasi yang ‘dihuni’ karakter‐kecil digital bernama Little People yang hidup di dunia miniatur. Aku bisa dapat menaruh objek di meja atau menempel objek ke dinding yang akan mempengaruhi perilaku para Little People. Mereka bisa memanjat, melompat, serta bergerak tergantung objek dan bentuk.
- Sketch Aquarium: Connected World

Instalasi yang paling seru menurutku di galeri ini. Aku bisa menggambar dan mewarnai hewan laut sesuai imajinasiku di kertas yang telah disediakan.
Setelah selesai, gambar tersebut bisa dipindai dan akan langsung muncul di layar raksasa seperti akuarium digital. Bangga banget rasanya lihat gambarku ‘berenang’ bersama karya dari pengunjung lain.

Lanjut ke galeri berikutnya yang gak kalah menarik, yaitu “Exploring New Frontiers”. Kalau di galeri pertama temanya tentang alam, di sini teamLab membawa kita terbang jauh melampaui batas bumi, menuju angkasa dan dunia imajinasi yang tak terbatas.
Ada beberapa instalasi dan aktivitas seru yang bisa kamu coba:
- Autonomous Abstraction, Continuous Phenomena from the Universe to the Self
Instalasi yang menampilkan cahaya yang tampak bergerak secara acak, namun sesungguhnya membentuk fenomena self-organisation (keteraturan yang lahir dari kekacauan).
Saat aku bergerak atau menyentuh instalasi, pola cahaya akan menyebar, berkumpul, atau berubah secara dinamis, menciptakan visual baru yang selalu berbeda setiap interaksi.
Lewat karya ini, teamLab ingin merepresentasikan bagaimana alam semesta bekerja dari sesuatu yang terlihat kacau, bisa tercipta keteraturan yang indah, seperti bintang di angkasa atau sistem kehidupan di bumi.
- Aerial Climbing Through a Flock of Coloured Birds

Instalasi ini berbentuk rangkaian batang horizontal berwarna-warni yang menggantung di udara, menyerupai jalur pendakian. Kamu bisa memanjat atau melangkah di atasnya, seolah sedang menyeberangi jembatan cahaya di angkasa.
Setiap gerakan tubuh kita akan memicu perubahan warna, cahaya, dan suara di sekeliling. Sensasinya seperti sedang melayang di langit bersama burung-burung.
- Sketch Flight

Di instalasi ini kamu bisa melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Kamu akan disediakan kertas untuk menggambar pesawat, burung elang, atau kupu-kupu. Setelah selesai, gambar tersebut dapat dipindai dan akan ‘hidup’ di dinding besar berbentuk lanskap digital.
Menariknya, setiap karya yang kamu gambar bisa diterbangkan dengan bantuan tablet, loh. Kamu juga bisa mengendalikan hasil sketsa itu untuk terbang melintasi kota, hutan sakura, hingga pelangi. Seru banget!
- Crystal Universe

Ditutup dengan salah satu instalasi ikonik di galeri ini yang paling dinanti para pengunjung. Ruang Crystal Universe dipenuhi ribuan cahaya LED yang membentuk suasana seperti galaksi tak berujung.
Begitu melangkah masuk, aku sangat speechless dengan ruangan ini. Aku juga merasakan seperti seakan terlempar ke dalam kosmos yang dikelilingi bintang, planet, dan cahaya.
Setelah menjelajahi setiap sudut teamLab Future World, tak ada kata lain yang bisa aku ungkapkan selain ‘mind-blowing’! Beda ruangan, beda pengalaman.
Setiap ruangan memberikanku pengalaman yang tak akan pernah aku lupakan. Pokoknya pameran ini wajib banget masuk bucket list kamu kalau ke Singapura!
Merayakan enam dekade evolusi budaya pop di Negeri Singa

Setelah menyelesaikan pameran teamLab Future World, aku bergegas menuju pameran berikutnya di ArtScience Museum, yaitu SingaPop! 60 Tahun Budaya Pop Singapura.
Jika teamLab mengajakku menatap masa depan, maka SingaPop! membawaku menoleh ke belakang, menyusuri enam dekade perjalanan budaya pop di Negeri Singa.
Pameran ini menunjukkan bahwa musik, film, mode, dan media bukan hanya sekadar hiburan, tapi cerminan bagaimana masyarakat Singapura tumbuh, berubah, dan berinteraksi dengan dunia.
Menjelajahi pameran ini rasanya seperti masuk ke mesin waktu, aku bisa melihat dan merasakan budaya pop di Singapura dari era klasik 1960-an, gemerlap 80-an, hingga tren digital masa kini.

Begitu melewati pintu masuk, petugas akan memberikan sebuah gelang tipis dengan chip kecil di dalamnya. Awalnya aku mengira itu adalah tiket masuk biasa, tapi ternyata, gelang tersebut adalah cara untuk menikmati pameran ini dengan lebih personal.
Selama menyusuri pameran ini, kamu akan disuguhkan dengan lima instalasi super keren, informatif, dan seru. Penasaran ada apa saja? Keep scrolling, ya!
- SingaWho?

Begitu melangkah masuk ke area pertama pameran, aku langsung disambut oleh ruangan berwarna biru yang menjelaskan kisah perjalanan budaya pop Singapura. Ruangan ini menjadi semacam ‘prolog’ yang mengajakku untuk melihat budaya pop bukan hanya sebagai hiburan, melainkan sebagai cermin perjalanan bangsa.
Kisah perjalanan budaya pop Singapura dimulai dari Dick Lee, seorang penyanyi, penulis lagu, sekaligus ikon budaya pop Singapura yang menjelaskan tentang “Siapa Singapura sebenarnya?” lewat rangkaian video dan instalasi visual.
Di instalasi ini, aku juga melihat peta budaya pop Singapura yang tampak seperti jalinan benang warna-warni. Setiap garis mewakili unsur berbeda, mulai dari musik, fesyen, televisi, bahasa, hingga makanan yang membentuk identitas unik Singapura.
- Rojak Lane

Di instalasi ini aku baru mengetahui fakta bahwa rujak yang merupakan hidangan khas dari Jawa, ternyata digemari banyak orang Singapura. Tapi lebih dari itu, kata ‘rujak’ di sini merupakan metafora yang pas untuk menggambarkan keberagaman Singapura.
Dalam bahasa Melayu, kata ‘rujak’ sendiri memiliki arti ‘campuran’. Sama seperti halnya masyarakat Singapura yang terdiri dari berbagai ras seperti Tionghoa, Melayu, India, Eurasia, dan banyak komunitas lain yang hidup berdampingan.
Harmoni itu juga tercermin dalam lanskap kotanya. Misalnya, kuil Buddha yang berdiri berdampingan dengan masjid, katedral hanya berjarak beberapa langkah, atau sinagoga dan kuil Hindu yang bersebelahan. Semuanya menjadi bukti nyata keberagaman yang hidup di Singapura berdampingan secara damai.
Di instalasi Rojak Lane, aku bisa melihat keberagaman ini divisualisasikan lewat arsitektur, seni pertunjukan, hingga motif dekoratif. Setiap budaya tampil dengan ciri khasnya, namun bersatu membentuk identitas Singapura yang beragam.
- RojakLand

Seperti rujak yang menjadi metafora keberagaman, area RojakLand memadukan pengaruh dan identitas dalam satu pengalaman imersif. Setiap ruang dirancang interaktif, sehingga pengunjung bisa ikut serta dalam kisah budaya pop Singapura yang terus berkembang.
Di instalasi ini terdapat beberapa ruang bertema yang menyoroti esensi kehidupan sehari-hari di Singapura, mulai dari fesyen, parade Hari Nasional, musik, televisi dan film, Singlish, hingga budaya hawker.
✔ IconSG: Di area ini aku melihat para ikon yang pernah meramaikan layar kaca dan dunia hiburan Singapura, mulai dari Phua Chu Kang, komedian Kumar, hingga Singa the Kindness Lion yang menjadi simbol kebaikan.

✔ SingaStyle: Menampilkan evolusi fesyen di Singapura. Mulai dari gaun kontes kecantikan era 60-an, kostum panggung musisi, sampai tren lainnya yang pernah hits. Setiap pakaian menunjukkan bahwa fesyen adalah bagian penting dari budaya pop yang membentuk identitas Singapura.
✔ NDPop: Sebagai orang Indonesia, aku bisa ikut merasakan kemeriahan Pawai Hari Nasional Singapura di ruangan ini. Mulai dari lagu-lagu ikonik, kostum meriah, hingga rekaman parade dari masa ke masa.
✔ SingaSong: Perhatianku langsung tertuju pada sebuah jukebox interaktif raksasa yang berdiri megah di ruangan. Bukan sekadar pajangan, di jukebox ini aku bisa memilih lagu dan mendengar cerita di baliknya.
Area ini sekaligus mengajak pengunjung untuk menyelami bagaimana musik menjadi bahasa universal yang menyatukan berbagai generasi dan latar budaya di Singapura.

✔ Screening Room: Di ruangan ini pengunjung diajak bernostalgia lewat potongan film, serial TV, hingga iklan yang pernah mewarnai layar kaca Singapura. Ruang ini menghadirkan kembali momen ketika televisi dan film menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, sekaligus menunjukkan bagaimana media visual ikut membentuk budaya pop dari masa ke masa.

✔ SingaMakan: Area yang menghadirkan suasana hawker centre khas Singapura dengan deretan makanan legendaris seperti kopitiam, chicken rice, satay, laksa, rojak, dan lain-lain. Ingat gelang interaktif yang diberikan di pintu masuk pameran?
Nah, gelang itu bisa kamu pakai untuk mencoba berbagai aktivitas seru di area ini. Misalnya, ikutan kuis yang menguji seberapa kenal kamu dengan jajanan ikonik Singapura, meracik makanan di hawker stall versi kamu, atau voting jajanan paling disukai di Singapura. Seru banget!
- SingaStories
Di instalasi ini aku diajak untuk mendengarkan cerita-cerita yang membentuk wajah budaya pop Singapura. Ruangan dibuat seperti rumah, sehingga aku bisa merasakan bagaimana masyarakat Singapura mengenang masa kecil mereka.
Aku bisa merasakan seperti apa momen menonton serial TV bersama keluarga. Bagaimana mereka bercerita tentang parade Hari Nasional pertama yang mereka saksikan, atau sekadar cerita sederhana tentang makanan favorit yang selalu bikin rindu rumah.
Ada juga video yang memperlihatkan momen-momen budaya pop penting per dekade, mulai dari tahun 60-an sampai era digital seperti sekarang, sebagai visualisasi nyata bagaimana budaya berubah dan berkembang
- SingaVoices

Kunjunganku di pameran SingaPop! berakhir di instalasi SingaVoices ini. Tidak hanya musik atau lagu, ruang ini menyoroti semua ‘suara’, mulai dari penyanyi legendaris, pengisi suara karakter ikonik, hingga iklan dan program radio yang melekat di ingatan masyarakat.
Sebagai penutup, kamu akan disuguhkan video penghormatan melalui virtual choir yang melibatkan lebih dari 900 suara dari Singapura dan 26 negara lain. Mereka menyanyikan lagu “Home” (1998) karya Dick Lee.
Video ini dibuat pada puncak pandemik COVID-19 pada tahun 2020 dan mereka semua bernyanyi dari rumah masing-masing. Suaranya menyatu menjadi suara kolektif yang menguatkan bersama.
Menjelajahi pameran Future World dan SingaPop! 60 Tahun Budaya Pop Singapura membuatku lebih mengenal Singapura. Setiap sudut pameran memberi perspektif baru tentang kreativitas, identitas, dan cara masyarakat Singapura mengekspresikan diri.

Setelah lelah mengeksplorasi, aku menutup hari dengan segelas es caffe latte di Miracle Coffee, sambil menikmati suasana di pinggir kolam teratai ArtScience Museum. Tapi di kepalaku masih terbayang satu spot ikonik yang belum sempat dikunjungi selama di Singapura, yaitu Gardens by the Bay.
Pastinya kalau liburan ke Singapura lagi, tempat ini wajib masuk itinerary-ku untuk aku jelajahi sampai ke setiap sudutnya. Aku penasaran banget bagaimana rasanya berjalan di antara Supertree Grove yang menjulang tinggi, menjelajahi Flower Dome dan Cloud Forest, lalu menutup hari dengan menonton pertunjukan cahaya memukau di Garden Rhapsody saat malam tiba.
Dari ArtScience Museum, aku bergegas menuju Bandara Changi dengan MRT. Yap, naik MRT jadi salah satu cara tercepat dan terjangkau untuk menuju Changi. Yang bikin perjalanan ini makin nyaman, karena aku pakai Garuda x bluDebit Card.

Praktis banget, tinggal tap di gate MRT, saja! Gak perlu ribet nyari uang tunai atau antre beli tiket, pakai kartu ini semua serba cepat dan gampang. Benar-benar solusi praktis buat traveler yang pengen eksplor Singapura tanpa ribet soal pembayaran.
Aku naik dari stasiun MRT terdekat dari hotel, yaitu Stasiun MRT Maxwell. Kemudian transit di Marina Bay dan City Hall. Dari City Hall aku mengambil jalur hijau (East-West Line) menuju Stasiun Tanah Merah. Dari Tanah Merah, aku turun dan berpindah ke MRT dengan tujuan akhir Bandara Changi.
Menikmati Jewel Rain Vortex dari perspektif berbeda di Mastercard® Canopy Bridge

Sesampainya di Bandara Changi, aku gak langsung menuju terminal keberangkatan. Rasanya belum lengkap meninggalkan Singapura tanpa menyempatkan diri menikmati salah satu ikon paling terkenal di Jewel Changi, yaitu Rain Vortex.
Namun, alih-alih hanya berdiri di lantai dasar sambil menatap derasnya air yang jatuh, aku memilih untuk menikmati Rain Vortex dari perspektif berbeda. Tujuan utamaku adalah Mastercard® Canopy Bridge, jembatan kaca sepanjang 50 meter yang terletak di Canopy Park lantai 5.

Dari atas Mastercard® Canopy Bridge, aku bisa menikmati Rain Vortex dari perspektif yang jarang dijumpai pengunjung. Kabut buatan yang sesekali muncul di ujung jembatan menambah kesan dramatis, seolah-olah aku berjalan di atas awan.
Suara gemuruh air dan pepohonan hijau Forest Valley yang rindang mengelilingi Rain Vortex, bak oasis tropis di tengah hiruk pikuk bandara. Dari atas jembatan, aku juga melihat siluet orang-orang yang sibuk mengabadikan momen di bawah. Tampak SkyTrain juga yang sesekali melintas di bawah jembatan. Indah banget!

Pokoknya wajib masukin tempat ini ke itinerary kamu kalau ke Singapura, ya! Apalagi kalau kamu liburan bareng pasangan, teman, atau keluarga. Bisa makin hemat karena pakai promo dari blu by BCA Digital yang sering kasih penawaran menarik untuk kamu yang suka traveling ke Singapura
Nah, supaya liburan di Singapura makin lancar dan bebas dari drama keuangan, kamu bisa banget, loh, manfaatin fitur-fitur yang ada di aplikasi blu by BCA Digital. Salah satunya nabung dari jauh-jauh hari untuk dana liburan pakai fitur bluSaving.

Dengan bluSaving, kamu bisa bikin pos tabungan khusus sesuai kebutuhan, misalnya untuk kulineran, transport, atau belanja. Jadi, budgeting liburan di Singapura bisa lebih teratur, pengeluaran tetap terkontrol, dan gak bikin kantong jebol. Bahkan kamu bisa buka sampai 20 poket dalam satu bluSaving!
Setiap pos bisa kamu kasih nama sendiri, tentuin target nominal, sampai atur durasi waktunya, jadi rasanya lebih personal dan terarah. Enaknya lagi, bluSaving punya fitur auto-debit yang bikin kamu lebih disiplin menabung. Setiap bulan, dana akan otomatis dialokasikan ke pos-pos yang sudah kamu buat tanpa harus ribet transfer manual.
Nantinya, saat hari liburan tiba, kamu tinggal pakai dana sesuai posnya saja. Gak ada lagi deh drama overbudget atau pusing mikirin uang terpakai buat hal lain. Semuanya sudah rapi sejak awal. Liburan pun jadi lebih tenang dan dompet tetap aman!
Nah, kalau kamu liburannya bareng teman, pasangan, atau keluarga, jangan lupa juga pakai fitur bluGether. Dengan fitur ini, kamu bisa bikin grup keuangan bersama, isinya anggota yang ikut trip. Di situ, kamu bisa catat pengeluaran bareng, seperti tiket MRT, makan di hawker centre, atau tiket masuk ArtScience Museum. Setiap transaksi bisa langsung dibagi rata atau disesuaikan sesuai ‘porsi’ masing-masing. Selain itu, fitur ini transparan banget, karena semua anggota grup bisa lihat pengeluaran secara real-time di aplikasi blu.
Yang aku paling suka, bluGether juga bisa memantau total dana yang masih tersisa dan siapa yang sudah bayar atau belum. Jadi, gak perlu lagi tuh kirim catatan di grup chat atau spreadsheet yang ribet. Semua bisa dicatat, diatur, dan dikontrol bareng lewat satu aplikasi blu saja.
Serunya lagi, blu by BCA Digital juga sering kasih promo spesial buat traveler, termasuk potongan harga, cashback, atau penawaran eksklusif di merchant pilihan. Jadi, sebelum berangkat, selalu stay tuned sama promo-promo terbaru dari blu by BCA Digital, biar liburanmu makin hemat dan Yang Biasa Jadi Luar Biasa di Singapura!
Pesona kupu-kupu warna-warni di taman ‘tersembunyi’ Bandara Changi Singapura

Kalau masih punya sisa waktu yang cukup banyak sebelum berangkat dari Terminal 3 Bandara Changi, gak ada salahnya untuk mampir ke Butterfly Garden. Daripada bosan menunggu, kamu bisa jalan-jalan di taman kupu-kupu ini.
Katanya, ini adalah taman kupu-kupu pertama di dunia yang ada di dalam bandara, loh. Letak Butterfly Garden sendiri ada di area transit setelah pemeriksaan imigrasi, tepatnya di Level 2 dan Level 3. Kamu bisa menemukannya dengan mengikuti petunjuk arah yang ada di dalam terminal, ya.

Begitu masuk ke taman ini, aku akan langsung disambut ribuan kupu-kupu dari puluhan spesies yang beterbangan bebas di antara tanaman dan bunga-bunga yang menawan. Gak cuma itu, di taman ini juga ada air terjun yang menciptakan suasana sejuk dan menenangkan.
Aku berjalan perlahan menyusuri jalan setapak, mencoba mengamati setiap detail di taman ini. Ada informasi mengenai siklus hidup kupu-kupu, mulai dari telur hingga menjadi serangga bersayap dewasa yang bisa aku pelajari. Bahkan di taman ini juga Emergency Cage, tempat di mana aku bisa melihat kupu-kupu keluar dari kepompong. Keren banget!

Aku juga melihat kupu-kupu yang beterbangan dan sibuk mengisap nektar dari bunga-bunga tropis. Di beberapa titik, potongan nanas disediakan sebagai tempat hinggap bagi kupu-kupu, sehingga kita bisa mengamati secara dekat bagaimana mereka mengisap nektar sebagai sumber energi.
Oh iya, taman ini buka 24 jam dan bisa diakses gratis untuk semua penumpang dengan boarding pass, jadi kamu bisa mampir kapan saja. Selain itu, kalau kamu liburan bareng anak-anak, taman ini bisa jadi spot edukasi sekaligus hiburan yang sayang jika dilewatkan.
Punya rencana liburan ke Singapura? blu Travel Week is here!

Singapura selalu jadi destinasi favorit buat short getaway, entah itu buat belanja, kulineran, atau sekadar jalan-jalan. Nah, di blu Travel Week yang akan hadir di tanggal 20–31 Oktober 2025, kamu bisa menikmati berbagai promo menarik yang bikin liburanmu jadi lebih hemat.
Ada banyak promo dan diskon spesial dari partner ternama seperti tiket.com, Garuda Indonesia, hingga brand favorit Singapura seperti Garrett Popcorn, IRVINS, dan Godiva. Belum lagi, ada tambahan penawaran menarik yang bisa kamu manfaatkan, seperti:
✔ Diskon tiket pesawat hingga Rp3 juta + cashback Blibli Tiket Points hingga Rp2 juta di tiket.com
✔ Promo tiket maskapai Garuda Indonesia dan promo miles
✔ Promo spesial di merchant-merchant Singapura
✔ Promo kebutuhan traveling dari marketplace pilihan
✔ Penawaran roaming dari provider pilihan.
Yuk, rencanakan liburan bijak dan hemat ke Singapura! Cek promo blu Travel Week sekarang juga!
Oke guys, artikel ini adalah akhir dari liburanku di Singapura selama empat hari. Kalau ditanya hal apa yang paling berkesan di Singapura, aku akan jawab “semuanya”! Mulai dari kuliner yang lezat, keliling kota naik transportasi yang nyaman dan tertib, main ke museum-museum modern yang super interaktif, sampai menikmati sunset dari atas Marina Bay Sands, semuanya akan menjadi memori baik yang akan terus kubawa dalam cerita-ceritaku.
Terima kasih untuk blu by BCA Digital yang sudah jadi sahabat terbaik selama di Singapura. Semua transaksi di sini jadi sangat praktis dan tentunya lebih hemat berkat promo dan diskonnya.
Empat hari di sini terasa seperti mimpi, dan aku tidak sabar untuk kembali lagi ke negara ini. Sampai jumpa, Singapura! #VisitSingapore #PassionMadePossible (WEB/AMS)